25 C
Medan
Saturday, September 21, 2024

Gerimis di Old Trafford

Minggu malam WIB kemarin. Sebanyak 75.572 orang memenuhi Stadion Old Trafford. Betapa stadion yang diresmikan pada 1910 itu berwarna merah menyala. Ribuan fans melambai-lambaikan bendera bertuliskan 20 champions. Suasana jadi syahdu usai laga. Gerimis yang turun sejak penghujung babak kedua menambah cita rasa perpisahan.

Yoi bro, laga kontra Swansea City kemarin itu juga dikemas sebagai laga perpisahan Sir Alex Ferguson, arsitek legendaris Manchester United. Opa 71 tahun itu sudah memutuskan mundur dari dunia sepak bola setelah 27 tahun setia di ‘Setan Merah’. Usai laga yang dimenangi United 2-1 itu, pesta juara juga digelar. Intinya, suasana di Old Trafford saat itu benar-benar- melankolis. Saya yang menonton dari layar kaca saja nyaris menangis.

Sebelum perayaan juara, skuad kembali ke ruang ganti. Begitupun Sir Alex. Berbincang sekitar lima menit, segenap staff, pemain dan jajaran pelatih kembali ke lapangan Old Trafford. Puluhan ribu suporter termasuk sejumlah fans Swansea tak beranjak dari tempat duduk stadion berkapasitas 76.212 itu.

Standing ovation menggema di penjuru stadion yang kali pertama dipakai saat United menjamu Liverpool pada 19 Februari 1910 silam itu.
Setelah semuanya berada di lapangan, Sir Alex diperkenankan menyampaikan pidato perpisahannya. 75 ribuan fans terdiam. Hanya spanduk-spanduk bertuliskan penghormatan kepada sang gaffer melambai-lambai di kerumunan manusia. Dengan logat uniknya, Fergie pun berkata-kata. Gerimis masih turun dan membasahi rambut tuanya. Tak perlu mantel, fisik 71 tahunnya masih cukup kuat menahan cuaca Kota Manchester yang dingin.
Kali ini dia tak mengunyah permen karet. Aksen Skotlandia yang masih kental mengudara di penjuru stadion berjuluk Theater of Dream itu.

“Sekarang saya akan menonton pertandingan MU dari rumah. Itu lebih baik daripada saya terus berada dalam tekanan,” kata Sir Alex berpidato.
Banyak yang dibilangnya di pidato perpisahannya itu. Dengan suara yang kadang kalah parah dan bergetar menahan tangis, Sir Alex juga mengingatkan fans agar mendukung manajer MU yang baru. Sudah ditentukan, David Moyes adalah suksesornya. Pelatih Everton itu merupakan pilihan langsung Sir Alex. Manajemen klub lantas merestui, karena tipikal pelatih yang dibutuhkan MU adalah pelatih pekerja keras yang loyal.

“Saya ingin kembali mengingatkan Anda, kami sempat memiliki periode buruk di sini. Namun Direksi, pemain dan klub tetap memberikan kepercayaan buat saya. Tugas Anda sekarang, memberikan kepercayaan kepada manajer baru,” lanjut Opa seperti dilansir Skysport.
Menghormati manajer baru juga pesan penting yang harus dijalani para pemain MU sepeninggal suami Lady Cathy itu.

Soal alasan pensiun, isu keluarga adalah yang paling masuk akal. Sejak lama, Lady Cathy, istri Sir Alex memang mendukungnya penuh di sepak bola. Tapi di usia senja, Cathy jelas ingin waktu penuh sang suami. Sir Alex yang juga sudah punya 11 cucu dari tiga anaknya, tak cukup punya waktu untuk keluarga.
Waktu bermain bersama cucu pun sebentar sekali di setiap hari libur. Itupun tak jauh-jauh dari urusan gadget. Hehehe, ini salah satu fakta unik juga, bahwa Sir Alex cukup gagap teknologi. Dia memang punya seperangkat gadget seperti Ipad, Ipod dan beberapa ponsel canggih. Tapi yang namanya orang tua, Sir Alex tak begitu terobsesi kepada alat-alat tersebut. Para cucunya lah yang mengajarinya mengoptimalkan alat itu.

Well, walau musim ini masih menyisakan satu laga, perpisahan memang sudah harus terjadi. Fokus pemberitaan sepak bola dunia kini jelas soal Fergie. Pelatih legendaris yang menurut Carlo Ancelotti sebagai pahlawan dan legenda di sepak bola.

Pertanyaannya, apakah yang akan terjadi sepeninggalnya? Transisi adalah jawaban yang akan kita nantikan. Tapi yang jelas, sebuah simulasi game manajerial menjawab United akan langsung juara musim depan di bawah kendali Moyes. Ada tiga manajer dipakai di game tersebut, Moyes, Mourinho dan Ole Gunner Solskjaer. Saat dikendalikan Mourinho dan Solskjaer, United hanya finish kedua di Premier League.

Hmm, gerimis di Old Trafford akhirnya berhenti. Cuaca kembali normal, terlebih ketika trofi ke-20 diangkat tinggi-tinggi oleh Sir Alex dan ‘anak-anaknya’ yang nakal. #thankyousiralex. (*) @fazadesyafa

Minggu malam WIB kemarin. Sebanyak 75.572 orang memenuhi Stadion Old Trafford. Betapa stadion yang diresmikan pada 1910 itu berwarna merah menyala. Ribuan fans melambai-lambaikan bendera bertuliskan 20 champions. Suasana jadi syahdu usai laga. Gerimis yang turun sejak penghujung babak kedua menambah cita rasa perpisahan.

Yoi bro, laga kontra Swansea City kemarin itu juga dikemas sebagai laga perpisahan Sir Alex Ferguson, arsitek legendaris Manchester United. Opa 71 tahun itu sudah memutuskan mundur dari dunia sepak bola setelah 27 tahun setia di ‘Setan Merah’. Usai laga yang dimenangi United 2-1 itu, pesta juara juga digelar. Intinya, suasana di Old Trafford saat itu benar-benar- melankolis. Saya yang menonton dari layar kaca saja nyaris menangis.

Sebelum perayaan juara, skuad kembali ke ruang ganti. Begitupun Sir Alex. Berbincang sekitar lima menit, segenap staff, pemain dan jajaran pelatih kembali ke lapangan Old Trafford. Puluhan ribu suporter termasuk sejumlah fans Swansea tak beranjak dari tempat duduk stadion berkapasitas 76.212 itu.

Standing ovation menggema di penjuru stadion yang kali pertama dipakai saat United menjamu Liverpool pada 19 Februari 1910 silam itu.
Setelah semuanya berada di lapangan, Sir Alex diperkenankan menyampaikan pidato perpisahannya. 75 ribuan fans terdiam. Hanya spanduk-spanduk bertuliskan penghormatan kepada sang gaffer melambai-lambai di kerumunan manusia. Dengan logat uniknya, Fergie pun berkata-kata. Gerimis masih turun dan membasahi rambut tuanya. Tak perlu mantel, fisik 71 tahunnya masih cukup kuat menahan cuaca Kota Manchester yang dingin.
Kali ini dia tak mengunyah permen karet. Aksen Skotlandia yang masih kental mengudara di penjuru stadion berjuluk Theater of Dream itu.

“Sekarang saya akan menonton pertandingan MU dari rumah. Itu lebih baik daripada saya terus berada dalam tekanan,” kata Sir Alex berpidato.
Banyak yang dibilangnya di pidato perpisahannya itu. Dengan suara yang kadang kalah parah dan bergetar menahan tangis, Sir Alex juga mengingatkan fans agar mendukung manajer MU yang baru. Sudah ditentukan, David Moyes adalah suksesornya. Pelatih Everton itu merupakan pilihan langsung Sir Alex. Manajemen klub lantas merestui, karena tipikal pelatih yang dibutuhkan MU adalah pelatih pekerja keras yang loyal.

“Saya ingin kembali mengingatkan Anda, kami sempat memiliki periode buruk di sini. Namun Direksi, pemain dan klub tetap memberikan kepercayaan buat saya. Tugas Anda sekarang, memberikan kepercayaan kepada manajer baru,” lanjut Opa seperti dilansir Skysport.
Menghormati manajer baru juga pesan penting yang harus dijalani para pemain MU sepeninggal suami Lady Cathy itu.

Soal alasan pensiun, isu keluarga adalah yang paling masuk akal. Sejak lama, Lady Cathy, istri Sir Alex memang mendukungnya penuh di sepak bola. Tapi di usia senja, Cathy jelas ingin waktu penuh sang suami. Sir Alex yang juga sudah punya 11 cucu dari tiga anaknya, tak cukup punya waktu untuk keluarga.
Waktu bermain bersama cucu pun sebentar sekali di setiap hari libur. Itupun tak jauh-jauh dari urusan gadget. Hehehe, ini salah satu fakta unik juga, bahwa Sir Alex cukup gagap teknologi. Dia memang punya seperangkat gadget seperti Ipad, Ipod dan beberapa ponsel canggih. Tapi yang namanya orang tua, Sir Alex tak begitu terobsesi kepada alat-alat tersebut. Para cucunya lah yang mengajarinya mengoptimalkan alat itu.

Well, walau musim ini masih menyisakan satu laga, perpisahan memang sudah harus terjadi. Fokus pemberitaan sepak bola dunia kini jelas soal Fergie. Pelatih legendaris yang menurut Carlo Ancelotti sebagai pahlawan dan legenda di sepak bola.

Pertanyaannya, apakah yang akan terjadi sepeninggalnya? Transisi adalah jawaban yang akan kita nantikan. Tapi yang jelas, sebuah simulasi game manajerial menjawab United akan langsung juara musim depan di bawah kendali Moyes. Ada tiga manajer dipakai di game tersebut, Moyes, Mourinho dan Ole Gunner Solskjaer. Saat dikendalikan Mourinho dan Solskjaer, United hanya finish kedua di Premier League.

Hmm, gerimis di Old Trafford akhirnya berhenti. Cuaca kembali normal, terlebih ketika trofi ke-20 diangkat tinggi-tinggi oleh Sir Alex dan ‘anak-anaknya’ yang nakal. #thankyousiralex. (*) @fazadesyafa

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/