32.8 C
Medan
Monday, May 6, 2024

Peringati Hari Pahlawan di Sumut, Aliansi Ormas Islam Gelar Dialog Kebangsaan

SUMUTPOS.CO – Masih dalam momen memperingati Hari Pahlawan Nasional, Aliansi Ormas Islam di Sumut menggelar Dialog Kebangsaan. Dialog tersebut mengambil tema ‘Pahlawan Islam untuk Indonesia’ yang dilangsungkan di Aula Tengku Rizal Nurdin, Rumah Dinas Gubernur Sumatera Utara (Sumut), Minggu (13/11).

Kegiatan Dialog Kebangsaan itu diinisiasi Aliansi Ormas Islam Pembela Masjid Sumut.

“Iya. Pertama ide awalnya adalah bagaimana memperingati momentum Hari Pahlawan 10 November. Saat itu adalah situasi peperangan di Surabaya yang digerakkan oleh resolusi jihadnya pimpinan Nahdatul Ulama, yakni Hasyim Asy’ari. Dan itu kita peringati sebagai Hari Pahlawan,” ungkap Sekretaris Aliansi Ormas Islam Pembela Masjid Sumut, Muhammad Syahbana.

Sebagai umat Islam, lanjut Syahbana, harus paham, Hari Pahlawan juga momentum untuk berjihad mempertahankan republik ini.

“Jangan pula distigmatisasi, umat Islam itu menjadi duri di Republik ini. Dia adalah pendiri republik ini, dia Juga mempertahankan republik ini,” tegasnya.

Karena itu, dia juga mengatakan, harus diingat, Hari Pahlawan ini adalah hari kebangkitan-nya umat Islam.

“Karena yang mendirikan atau Founding Fathers negeri ini adalah umat Islam. Bahkan kita rela menjadikan negara ini bukan sebagai negara Islam. Itulah rahmatan lil alamin-nya pendiri bangsa ini,” kata Syahbana.

Dalam kesempatan yang sama, seorang pemateri Dialog Kebangsaan, yang juga ustad kondang Kota Medan, Qosim Nurseha Dzulhadi berharap, peringatan Hari Pahlawan tidak hanya sekadar slogan.

“Selama ini kan muncul flyer-flyer, misalnya baliho, ditulis di antara temanya adalah pahlawanku teladanku. Sekarang apanya yang mau kita teladani?” tanyanya.

Menurutnya, perjuangan dan kesederhanaan pahlawan Islam di antaranya mungkin pendidikan keilmuan dan perjuangan pengorbanan, itu yang harusnya diteladani.

“Jadi tidak sekadar peringatan. Nanti setiap 10 November gitu lagi. Sekadar peringatan saja,” kata Qosim.

Disinggung mengambil tema Pahlawan Islam untuk Indonesia, Qosim menilai sangat tepat. Pahlawan di situ adalah pahlawan Muslim. Pahlawan yang berkorban untuk kemerdekaan dan kedaulatan Indonesia. Dan itu juga ada yang prakemerdekaan dan ada yang setelah kemerdekaan. Ini juga disebut pahlawan, bahkan ada juga pahlawan pergerakan nasional.

“Ada sosok pahlawan Islam di bidang ekonomi, seperti serikat dagang Islam. Ada pahlawan pendidikan Ki Hajar Dewantara. Ada lagi Muhammadiyah. Nahdlatul Ulama dan lain-lain, termasuk Al Washliyah, bukan sekadar politik tapi juga pendidikan. Inilah ternyata yang melahirkan pahlawan-pahlawan itu,” jelasnya.

Dia pun kembali mengingatkan, dalam momentum peringatan Hari Pahlawan kali ini, generasi muda harus paham sejarah.

“Karena kalau tidak tahu sejarah, dia akan dikibuli oleh dongeng,” tutur Qosim lagi.

Sementara itu, seorang ustadah yang hadir, Bunda Roni Rezkita menilai, peringatan Hari Pahlawan bertajuk Pahlawan Islam untuk Indonesia, menjadi sebuah harapan baru.

“Perlu jadi ingatan kembali, peran ulama-ulama dulu dalam memperjuangkan dan menyerukan ‘Allahuakbar’ di mana-mana,” ujarnya.

Selain Qosim Nurseha Dzulhadi, dialog tersebut turut menghadirkan 2 pemateri dan juga penulis buku, yakni Al Chaidar, dan Nunu. Dialog itu juga turut dihadiri sejumlah tokoh Aliansi Ormas Islam, Ketua Overlanding Indonesia Sumut Irmansyah Lubis, dan juga Presidium Keluarga Besar Muslim Karo H Ibrahim Tarigan. Mewakili Gubernur Sumut, hadir Staf Ahli Gubernur Bidang Ekonomi, Keuangan, Pembangunan, Aset dan SDA, Agus Tripriyono. (rel/dek/saz)

SUMUTPOS.CO – Masih dalam momen memperingati Hari Pahlawan Nasional, Aliansi Ormas Islam di Sumut menggelar Dialog Kebangsaan. Dialog tersebut mengambil tema ‘Pahlawan Islam untuk Indonesia’ yang dilangsungkan di Aula Tengku Rizal Nurdin, Rumah Dinas Gubernur Sumatera Utara (Sumut), Minggu (13/11).

Kegiatan Dialog Kebangsaan itu diinisiasi Aliansi Ormas Islam Pembela Masjid Sumut.

“Iya. Pertama ide awalnya adalah bagaimana memperingati momentum Hari Pahlawan 10 November. Saat itu adalah situasi peperangan di Surabaya yang digerakkan oleh resolusi jihadnya pimpinan Nahdatul Ulama, yakni Hasyim Asy’ari. Dan itu kita peringati sebagai Hari Pahlawan,” ungkap Sekretaris Aliansi Ormas Islam Pembela Masjid Sumut, Muhammad Syahbana.

Sebagai umat Islam, lanjut Syahbana, harus paham, Hari Pahlawan juga momentum untuk berjihad mempertahankan republik ini.

“Jangan pula distigmatisasi, umat Islam itu menjadi duri di Republik ini. Dia adalah pendiri republik ini, dia Juga mempertahankan republik ini,” tegasnya.

Karena itu, dia juga mengatakan, harus diingat, Hari Pahlawan ini adalah hari kebangkitan-nya umat Islam.

“Karena yang mendirikan atau Founding Fathers negeri ini adalah umat Islam. Bahkan kita rela menjadikan negara ini bukan sebagai negara Islam. Itulah rahmatan lil alamin-nya pendiri bangsa ini,” kata Syahbana.

Dalam kesempatan yang sama, seorang pemateri Dialog Kebangsaan, yang juga ustad kondang Kota Medan, Qosim Nurseha Dzulhadi berharap, peringatan Hari Pahlawan tidak hanya sekadar slogan.

“Selama ini kan muncul flyer-flyer, misalnya baliho, ditulis di antara temanya adalah pahlawanku teladanku. Sekarang apanya yang mau kita teladani?” tanyanya.

Menurutnya, perjuangan dan kesederhanaan pahlawan Islam di antaranya mungkin pendidikan keilmuan dan perjuangan pengorbanan, itu yang harusnya diteladani.

“Jadi tidak sekadar peringatan. Nanti setiap 10 November gitu lagi. Sekadar peringatan saja,” kata Qosim.

Disinggung mengambil tema Pahlawan Islam untuk Indonesia, Qosim menilai sangat tepat. Pahlawan di situ adalah pahlawan Muslim. Pahlawan yang berkorban untuk kemerdekaan dan kedaulatan Indonesia. Dan itu juga ada yang prakemerdekaan dan ada yang setelah kemerdekaan. Ini juga disebut pahlawan, bahkan ada juga pahlawan pergerakan nasional.

“Ada sosok pahlawan Islam di bidang ekonomi, seperti serikat dagang Islam. Ada pahlawan pendidikan Ki Hajar Dewantara. Ada lagi Muhammadiyah. Nahdlatul Ulama dan lain-lain, termasuk Al Washliyah, bukan sekadar politik tapi juga pendidikan. Inilah ternyata yang melahirkan pahlawan-pahlawan itu,” jelasnya.

Dia pun kembali mengingatkan, dalam momentum peringatan Hari Pahlawan kali ini, generasi muda harus paham sejarah.

“Karena kalau tidak tahu sejarah, dia akan dikibuli oleh dongeng,” tutur Qosim lagi.

Sementara itu, seorang ustadah yang hadir, Bunda Roni Rezkita menilai, peringatan Hari Pahlawan bertajuk Pahlawan Islam untuk Indonesia, menjadi sebuah harapan baru.

“Perlu jadi ingatan kembali, peran ulama-ulama dulu dalam memperjuangkan dan menyerukan ‘Allahuakbar’ di mana-mana,” ujarnya.

Selain Qosim Nurseha Dzulhadi, dialog tersebut turut menghadirkan 2 pemateri dan juga penulis buku, yakni Al Chaidar, dan Nunu. Dialog itu juga turut dihadiri sejumlah tokoh Aliansi Ormas Islam, Ketua Overlanding Indonesia Sumut Irmansyah Lubis, dan juga Presidium Keluarga Besar Muslim Karo H Ibrahim Tarigan. Mewakili Gubernur Sumut, hadir Staf Ahli Gubernur Bidang Ekonomi, Keuangan, Pembangunan, Aset dan SDA, Agus Tripriyono. (rel/dek/saz)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/