25.6 C
Medan
Saturday, May 11, 2024

Dua Maskapai Tutup Rute ke Silangit, Pemprovsu: Mungkin Bukan Pasarnya

.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Di tengah gencar-gencarnya pemerintah mengkampanyekan Danau Toba sebagai destinasi wisata nasional, Garuda Indonesia dan Malindo Air menutup rute penerbangan ke Bandara Sisingamangaraja XII, Silangit, Tapanuli Utara. Ini jelas mengundang keprihatinan sejumlah kalangan. Apalagi, Silangit dianggap sebagai salah satu pintu gerbang menuju kawasan Danau Toba.

Kepala Bidang Pemasaran Pariwisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumut, Muchlis Nasution berharap, maskapai komersil lainnya tidak ikut-ikutan mengambil kebijakan serupa, sebab dapat merugikan perekonomian masyarakat Sumut. “Jelas kita menyayangkan (penutupan penerbangan ke Silangit). Tapi bagaimanapun perusahaan airlines itu ‘kan punya hitungan bisnis berbeda atau ada pertimbangan lainnya,” kata Muchlis Nasution kepada Sumut Pos, Senin (14/1).

Apalagi bicara sektor pariwisata, menurutnya sangat disayangkan dampak dari penutupan rute penerbangan Jakarta-Silangit dan Malaysia-Silangit (pulang-pergi) oleh kedua maskapai tersebut. Namun Muchlis mengaku, penutupan penerbangan ke Silangit oleh Garuda Indonesia dan Malindo Air perlu memerhatikan banyak aspek dukungan. Salah satunya soal pengembangan atas sebuah kawasan yaitu kemudahan akses menuju lokasi destinasi serta sarana dan prasarana didalamnya.

“Harapan kita karena kawasan Danau Toba menjadi salah satu prioritas bapak presiden yang harus dikembangkan, jangan ada lagi maskapai yang tidak ada rute ke Silangit. Cukuplah dua maskapai itu saja, jangan lagi yang lain ikut-ikutan. Kalau yang lain masih ada (buka rute penerbangan ke Silangit), tentu menjadi kesempatan Sumut. Mungkin saja Garuda bukan pasarnya di sana. Tapi pasarnya Lions dan Sriwijaya,” katanya.

Dia menyebut, pilihan paling mudah bagi wisatawan menuju destinasi wisata adalah melalui jalur udara. Pihaknya mencatat, sekitar 60 sampai 65 persen wisatawan menggunakan perjalanan udara untuk mencapai lokasi wisata. Sisanya baru memakai jalur darat dan laut. “Jadi dengan mudahnya ke situ, kita bisa buat banyak pilihan. Objek wisata Danau Toba juga menurut kami sudah banyak dibenahi oleh Badan Pelaksana Otorita Danau Toba, Kemenpar maupun Kementerian PUPR. Seperti di daerah Hutaginjang dan lainnya saya pikir sudah ditata itu,” katanya seraya mengaku, secara resmi belum ada pemberitahuan dari dua perusahaan maskapai itu soal penutupan rute ke Silangit. “Ya, belum ada. Tapi saya baca di media karena faktor penumpang ke sana tidak memenuhi ekspektasi mereka, maka akhirnya mereka tutup penerbangan ke Silangit,” pungkasnya.

Dishub Sumut mengakui, sejauh ini belum ada pemberitahuan resmi dari pihak maskapai yang dikabarkan sudah menutup penerbangan ke Silangit. “Belum, belum ada disampaikan ke kita tembusannya. Biasanya itu langsung koordinasinya ke pusat (Kemenhub),” kata Kabid Perkeretaapian dan Pengembangan Dishub Sumut, Agustinus Panjaitan.

Semestinya, kata dia, kalau dari awal pembukaan rute penerbangan ke sana diumumkan secara resmi ke masyarakat, hal serupa juga harus dilakukan saat penutupan. “Biasa ‘kan kalau pembukaan itu ada, rata-rata pun disampaikan ke pusat. Tapi seyogyanya kalau dia mengawali ada memberitahu, mengakhiri juga harusnya ada. Coba ditanyakan ke AP II atau pihak maskapainya sajalah,” katanya seraya menyebut kemungkinan penutupan rute ke Silangit akibat jumlah penumpang yang tidak sebanding.

///Jangan Tinggal Diam

DPRD Sumut meminta pemerintah pusat dan provinsi tidak tinggal diam atas penutupan rute penerbangan menuju Silangit oleh Garuda dan Malindo Air. Sebab akan menjadi kerugian bagi Sumut terutama dari sisi untuk meningkatkan jumlah wisatawan mancanegara ke destinasi pariwisata Danau Toba. “Yang jelas kejadian ini kerugian besar buat Sumut, karena Silangit itukan sudah jadi destinasi nasional. Itulah salah satu pendukung dari sisi transportasi menuju kawasan Danau Toba. Kalau itu gak ada tentu menghambat dan merugikan,” kata Anggota Komisi E DPRD Sumut, Zulfikar.

Menurutnya bukan hanya pemda yang harus berusaha mencari jalan keluar atas hal ini. Walaupun mungkin sebagai inisiator atau ujung tombak ada di pemda, pemprov dan pemerintah pusat harus turut membackup dan memerhatikan masalah tersebut. “Sebab dia sudah jadi destinasi nasional. Pusat dan provinsi gak boleh tinggal diam. Perlu ditanyakan apa masalahnya, kenapa bisa mereka menutup penerbangan ke Silangit,” kata politisi PKS itu

Ia menambahkan, kemungkinan masalah penutupan penerbangan menuju Silangit terkait jumlah penumpang dari kedua maskapai tersebut. “Itukan wajar sebab mereka memakai bisnis untung rugi. Kita juga tidak bisa menyalahkan mereka. Makanya upaya seperti promosi harus intensif dilakukan. Dan kami mendorong ada upaya yang mesti dilakukan pemprov dan pusat atas kejadian ini,” pungkasnya.

Diberitakan sebelumnya, maskapai Garuda Indonesia dikabarkan menutup penerbangan dari Jakarta ke Bandara Internasional Silangit di Kabupaten Tapanuli Utara ataupun sebaliknya mulai Minggu (13/1). Garuda menjadi maskapai kedua yang menutup rute ke Silangit setelah Malindo Air.

Penutupan rute Silangit-Jakarta (pulang-pergi) tersebut juga dibenarkan otoritas Bandara Silangit. Mulai Minggu kemarin, pesawat Garuda tidak lagi mendarat di Silangit sejak rute itu dibuka 2016. “Iya betul mulai hari ini,” kata M Irawan, Eksekutif General Manager Bandara Silangit.

Sempat tersiar kabar bahwa penutupan rute itu karena penurunan jumlah kunjungan ke Danau Toba. Namun hal tersebut dibantah. “Jadi ini terkait strategi bisnis mereka,” ungkapnya.

Memang hanya pesawat Garuda yang tidak lagi mendarat. Mereka menyerahkan pada Citilink dan Sriwijaya yang masih dalam satu grup.

Penumpang Silangit dalam dua tahun terakhir mengalami peningkatan. Data yang dihimpun, ada kenaikan 50 persen jumlah penumpang yang keluar masuk dari Silangit dari 2017. Hingga saat ini, ada sejumlah maskapai yang melayani penerbangan domestik. Antara lain Srimijaya Air, Citilink, Batik Air dan Wings. Sedangkan untuk luar negeri, cuma dilayani Air Asia.

Silangit memang menjadi salah satu pintu masuk ke kawasan Danau Toba. Pemerintah juga sedang menggenjot pembangunan Bandara Sibisa di Toba Samosir. Kedua bandara ini jika rampung akan meningkatkan kunjungan wisatawan ke danau terbesar di Asia Tenggara tersebut. Baik turis domestik ataupun mancanegara. (prn)

.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Di tengah gencar-gencarnya pemerintah mengkampanyekan Danau Toba sebagai destinasi wisata nasional, Garuda Indonesia dan Malindo Air menutup rute penerbangan ke Bandara Sisingamangaraja XII, Silangit, Tapanuli Utara. Ini jelas mengundang keprihatinan sejumlah kalangan. Apalagi, Silangit dianggap sebagai salah satu pintu gerbang menuju kawasan Danau Toba.

Kepala Bidang Pemasaran Pariwisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumut, Muchlis Nasution berharap, maskapai komersil lainnya tidak ikut-ikutan mengambil kebijakan serupa, sebab dapat merugikan perekonomian masyarakat Sumut. “Jelas kita menyayangkan (penutupan penerbangan ke Silangit). Tapi bagaimanapun perusahaan airlines itu ‘kan punya hitungan bisnis berbeda atau ada pertimbangan lainnya,” kata Muchlis Nasution kepada Sumut Pos, Senin (14/1).

Apalagi bicara sektor pariwisata, menurutnya sangat disayangkan dampak dari penutupan rute penerbangan Jakarta-Silangit dan Malaysia-Silangit (pulang-pergi) oleh kedua maskapai tersebut. Namun Muchlis mengaku, penutupan penerbangan ke Silangit oleh Garuda Indonesia dan Malindo Air perlu memerhatikan banyak aspek dukungan. Salah satunya soal pengembangan atas sebuah kawasan yaitu kemudahan akses menuju lokasi destinasi serta sarana dan prasarana didalamnya.

“Harapan kita karena kawasan Danau Toba menjadi salah satu prioritas bapak presiden yang harus dikembangkan, jangan ada lagi maskapai yang tidak ada rute ke Silangit. Cukuplah dua maskapai itu saja, jangan lagi yang lain ikut-ikutan. Kalau yang lain masih ada (buka rute penerbangan ke Silangit), tentu menjadi kesempatan Sumut. Mungkin saja Garuda bukan pasarnya di sana. Tapi pasarnya Lions dan Sriwijaya,” katanya.

Dia menyebut, pilihan paling mudah bagi wisatawan menuju destinasi wisata adalah melalui jalur udara. Pihaknya mencatat, sekitar 60 sampai 65 persen wisatawan menggunakan perjalanan udara untuk mencapai lokasi wisata. Sisanya baru memakai jalur darat dan laut. “Jadi dengan mudahnya ke situ, kita bisa buat banyak pilihan. Objek wisata Danau Toba juga menurut kami sudah banyak dibenahi oleh Badan Pelaksana Otorita Danau Toba, Kemenpar maupun Kementerian PUPR. Seperti di daerah Hutaginjang dan lainnya saya pikir sudah ditata itu,” katanya seraya mengaku, secara resmi belum ada pemberitahuan dari dua perusahaan maskapai itu soal penutupan rute ke Silangit. “Ya, belum ada. Tapi saya baca di media karena faktor penumpang ke sana tidak memenuhi ekspektasi mereka, maka akhirnya mereka tutup penerbangan ke Silangit,” pungkasnya.

Dishub Sumut mengakui, sejauh ini belum ada pemberitahuan resmi dari pihak maskapai yang dikabarkan sudah menutup penerbangan ke Silangit. “Belum, belum ada disampaikan ke kita tembusannya. Biasanya itu langsung koordinasinya ke pusat (Kemenhub),” kata Kabid Perkeretaapian dan Pengembangan Dishub Sumut, Agustinus Panjaitan.

Semestinya, kata dia, kalau dari awal pembukaan rute penerbangan ke sana diumumkan secara resmi ke masyarakat, hal serupa juga harus dilakukan saat penutupan. “Biasa ‘kan kalau pembukaan itu ada, rata-rata pun disampaikan ke pusat. Tapi seyogyanya kalau dia mengawali ada memberitahu, mengakhiri juga harusnya ada. Coba ditanyakan ke AP II atau pihak maskapainya sajalah,” katanya seraya menyebut kemungkinan penutupan rute ke Silangit akibat jumlah penumpang yang tidak sebanding.

///Jangan Tinggal Diam

DPRD Sumut meminta pemerintah pusat dan provinsi tidak tinggal diam atas penutupan rute penerbangan menuju Silangit oleh Garuda dan Malindo Air. Sebab akan menjadi kerugian bagi Sumut terutama dari sisi untuk meningkatkan jumlah wisatawan mancanegara ke destinasi pariwisata Danau Toba. “Yang jelas kejadian ini kerugian besar buat Sumut, karena Silangit itukan sudah jadi destinasi nasional. Itulah salah satu pendukung dari sisi transportasi menuju kawasan Danau Toba. Kalau itu gak ada tentu menghambat dan merugikan,” kata Anggota Komisi E DPRD Sumut, Zulfikar.

Menurutnya bukan hanya pemda yang harus berusaha mencari jalan keluar atas hal ini. Walaupun mungkin sebagai inisiator atau ujung tombak ada di pemda, pemprov dan pemerintah pusat harus turut membackup dan memerhatikan masalah tersebut. “Sebab dia sudah jadi destinasi nasional. Pusat dan provinsi gak boleh tinggal diam. Perlu ditanyakan apa masalahnya, kenapa bisa mereka menutup penerbangan ke Silangit,” kata politisi PKS itu

Ia menambahkan, kemungkinan masalah penutupan penerbangan menuju Silangit terkait jumlah penumpang dari kedua maskapai tersebut. “Itukan wajar sebab mereka memakai bisnis untung rugi. Kita juga tidak bisa menyalahkan mereka. Makanya upaya seperti promosi harus intensif dilakukan. Dan kami mendorong ada upaya yang mesti dilakukan pemprov dan pusat atas kejadian ini,” pungkasnya.

Diberitakan sebelumnya, maskapai Garuda Indonesia dikabarkan menutup penerbangan dari Jakarta ke Bandara Internasional Silangit di Kabupaten Tapanuli Utara ataupun sebaliknya mulai Minggu (13/1). Garuda menjadi maskapai kedua yang menutup rute ke Silangit setelah Malindo Air.

Penutupan rute Silangit-Jakarta (pulang-pergi) tersebut juga dibenarkan otoritas Bandara Silangit. Mulai Minggu kemarin, pesawat Garuda tidak lagi mendarat di Silangit sejak rute itu dibuka 2016. “Iya betul mulai hari ini,” kata M Irawan, Eksekutif General Manager Bandara Silangit.

Sempat tersiar kabar bahwa penutupan rute itu karena penurunan jumlah kunjungan ke Danau Toba. Namun hal tersebut dibantah. “Jadi ini terkait strategi bisnis mereka,” ungkapnya.

Memang hanya pesawat Garuda yang tidak lagi mendarat. Mereka menyerahkan pada Citilink dan Sriwijaya yang masih dalam satu grup.

Penumpang Silangit dalam dua tahun terakhir mengalami peningkatan. Data yang dihimpun, ada kenaikan 50 persen jumlah penumpang yang keluar masuk dari Silangit dari 2017. Hingga saat ini, ada sejumlah maskapai yang melayani penerbangan domestik. Antara lain Srimijaya Air, Citilink, Batik Air dan Wings. Sedangkan untuk luar negeri, cuma dilayani Air Asia.

Silangit memang menjadi salah satu pintu masuk ke kawasan Danau Toba. Pemerintah juga sedang menggenjot pembangunan Bandara Sibisa di Toba Samosir. Kedua bandara ini jika rampung akan meningkatkan kunjungan wisatawan ke danau terbesar di Asia Tenggara tersebut. Baik turis domestik ataupun mancanegara. (prn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/