25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Belajar Bahasa Inggris lewat Drama Berkelompok, Siswa Rebutan Peran

Para siswa MTs. N 2 Asahan, Sumatera Utara belajar bahasa Inggris dengan membuat drama secara berkelompok dan diperankan dalam Voice Note, di bawah bimbingan gurunya, Rehana Nasty.

ASAHAN, SUMUTPOS.CO – Belajar daring (dalam jaringan) selama pandemi Covid-19, tak selamanya mesti monoton. Untuk membuat belajar daring ini menarik, seorang guru Bahasa Inggris di MTs. N 2 Asahan, Rehana Nasty, menciptakan metode belajar yang berhasil menarik minat siswa-siswinya, bahkan turut membuat orang tua masing-masing bangga.

“Kepada siswa MTs. N 2 Asahan kelas lX semester 2 pada Kompetensi Berbicara, saya memilih kompetensi dasar (KD) pada pokok bahasan Narrative Text. Saya meminta para siswa membuat sebuah drama secara berkelompok. Saya mencoba merancang pembelajaran aktif dengan unsur MIKiR (Mengalami, Interaksi, Komunikasi, Refleksi), agar siswa aktif dan bekerja sama dengan teman-temannya untuk mencapai hasil pembelajaran yang lebih maksimal,” kata Rehana kepada Sumut Pos, Rabu (14/4).

Dalam tugas drama berkelompok ini, Rehana menugaskan siswa kelas IX A, B, E, dan F untuk membuat sebuah drama Narrative Text dalam bahasa Inggris, dengan tenggang waktu dari tanggal 15 Maret s/d 27 Maret 2021.

“Siswa per kelas ‘kan rata-rata berjumlah 32 orang. Saya bagi dalam 3 kelompok. Masing-masing kelompok memilih judul drama berbentuk Narrative Text yang telah disajikan guru menggunakan aplikasi grup WhatsApp melalui Voice Note,” terang salahsatu Fasilitator Daerah Komunikasi Asahan Program Pintar Tanoto Foundation ini menjelaskan metode pembelajaran yang diterapkannya.

Sebelum para siswa membuat konsep drama dengan berkelompok, Rehana terlebih dahulu membagikan beberapa video praktek drama alumni MTs Negeri 2 Asahan ke grup WhatsApp sebagai contoh.

Setelah mempelajari sejumlah video yang diberikan, para siswa berdiskusi dan melakukan interaksi sesama teman untuk menentukan siapa ketua, narrator, dll dalam kelompok masing-masing.

Yang cukup unik, menurut Rehana, adalah interaksi para siswa di kelas IX F. Di grup ini, para siswa aktif berkomentar dalam bahasa Inggris di Grup WhatsApp melalui Voice Note, membahas kisah drama berjudul ‘Cinderella’.

“Ada yang kagum dengan pemerannya. Mereka bertanya dan berkomentar dengan sesama teman. Saya mendengarkan dan menyimak pembicaraan mereka melalui Voice Note. Saya juga meminta siswa memberi komentar tentang video drama Cinderella. Tanggapan mereka bermacam-macam. Beberapa di antara mereka bahkan menginginkan peran Cinderella. Karena banyak yang berminat, akhirnya mereka memutuskan agar saya yang memilihkan siapa pemeran Cinderella,” kisah Rehana seraya tersenyum manis.

Sebagai guru, ia mengaku senang melihat para siswa berinteraksi satu sama lain, tanpa sadar telah melakukan proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dalam bahasa Inggris.

Selama proses pembuatan drama, Rehana menganjurkan para siswa agar berkreasi dan menampilkan yang terbaik sesuai dengan apa yang diperankan. Ia juga memberikan kebebasan judul drama yang akan mereka pilih, namun tetap harus sesuai dengan Narrative Text. Tujuannya, agar anak-anak bisa berinteraksi dengan teman-temannya satu kelompok.

Siswa rebutan untuk memerankan tokoh Cinderella, dan antusias berperan bak aktris film.

Untuk mewujudkan komunikasi dengan orang tua, Rehana juga membagikan pesan ke grup orang tua siswa, agar dapat mendampingi serta membantu anak anak dalam proses pembuatan drama tersebut.

“Melalui pembelajaran aktif dengan unsur MIKIR yang saya pelajari dari Tanoto Foundation, para peserta didik lebih termotivasi dalam belajar, khususnya pada masa Belajar Dari Rumah. Para siswa benar benar dapat melakukan pembelajaran dengan baik, sesuai dengan panduan yang diberikan oleh guru,” kisahnya menceritakan pengalamannya.

Salahseorang siswa bernama Aulia, juga mengakui hal senada. “Saya merasa saat belajar membuat drama itu sangat menyenangkan. Apalagi saat Belajar Dari Rumah. Saya tertantang harus bisa berbicara, karena peran saya sebagai narator. Untungnya bunda membantu saya berlatih saat saya berbicara,” akunya bangga.

Rehana pun ikut bangga dengan kreativitas para siswa, yang menurutnya wajib diberi reward dan diacungkan jempol. “Karya-karya drama mereka diupload ke YouTube. Walaupun masih ada beberapa siswa yang salah dalam pronunciation (pengucapan), serta ada yang agak kaku dalam memerankan tokoh yang disandangnya, tetapi kekurangan itu bisa tertutupi oleh pemeran lainnya yang tampil bak aktor film,” kekehnya.

Peran orang tua siswa pun, menurutnya sangat luar biasa. Terbukti, waktu 12 hari pembuatan drama yang disepakati, bisa dipenuhi seluruh siswa. Hasil video praktek anak-anak di-share-nya ke grup WA orang tua, membuat para orangtua bangga dan terharu serta semakin mendukung minat dan bakat anak-anak mereka.

Salahsatu orang tua siswa, Rismawati, mengatakan, melihat semangat anak-anak membuat drama dengan aktif mencari beberapa sumber dan mendiskusikan dengan teman-temannya. “Menurut saya, upaya anak-anak itu memuaskan. Karena menunjukkan para siswa serius berusaha menyempurnakan videonya,” ucap Rismawati.

Saat melakukan refleksi, Rehana bertanya apa kesan para siswa selama pembelajaran berlangsung. Secara umum, siswa mengaku sangat senang, karena bisa berbicara dalam Bahasa Inggris walaupun masih sebatas saat drama. “Mereka berharap, agar pembelajaran berikutnya juga menyenangkan seperti saat itu,” ungkapnya dengan wajah berbinar.

Dukungan juga datang dari Kepala Sekolah MTsN2 Asahan, Drs. Daman Huri Lubis. Kasek yang menonton video siswa MTsN 2 Asahan di YouTube, mengatakan pandemi Covid-19 bukan merupakan hambatan bagi anak anak belajar secara aktif. “Kemauan dan kreativitas guru sangat dituntut guna menarik minat anak untuk aktif dalam pembelajaran. Anak-akan merasa bangga ketika kreativitas mereka ditonton khalayak ramai, dan secara tidak langsung mereka telah mampu membuat drama virtual,” katanya.

Sebagai Guru Bahasa Inggris, Rehana berharap seluruh peserta didik dapat berkarya lebih baik lagi ke depannya, dan mampu berbicara dalam bahasa Inggris dengan baik. “Semoga metode belajar itu dapat menjadi motivasi bagi siswa lainnya,” harapnya. (rel/mea)

Para siswa MTs. N 2 Asahan, Sumatera Utara belajar bahasa Inggris dengan membuat drama secara berkelompok dan diperankan dalam Voice Note, di bawah bimbingan gurunya, Rehana Nasty.

ASAHAN, SUMUTPOS.CO – Belajar daring (dalam jaringan) selama pandemi Covid-19, tak selamanya mesti monoton. Untuk membuat belajar daring ini menarik, seorang guru Bahasa Inggris di MTs. N 2 Asahan, Rehana Nasty, menciptakan metode belajar yang berhasil menarik minat siswa-siswinya, bahkan turut membuat orang tua masing-masing bangga.

“Kepada siswa MTs. N 2 Asahan kelas lX semester 2 pada Kompetensi Berbicara, saya memilih kompetensi dasar (KD) pada pokok bahasan Narrative Text. Saya meminta para siswa membuat sebuah drama secara berkelompok. Saya mencoba merancang pembelajaran aktif dengan unsur MIKiR (Mengalami, Interaksi, Komunikasi, Refleksi), agar siswa aktif dan bekerja sama dengan teman-temannya untuk mencapai hasil pembelajaran yang lebih maksimal,” kata Rehana kepada Sumut Pos, Rabu (14/4).

Dalam tugas drama berkelompok ini, Rehana menugaskan siswa kelas IX A, B, E, dan F untuk membuat sebuah drama Narrative Text dalam bahasa Inggris, dengan tenggang waktu dari tanggal 15 Maret s/d 27 Maret 2021.

“Siswa per kelas ‘kan rata-rata berjumlah 32 orang. Saya bagi dalam 3 kelompok. Masing-masing kelompok memilih judul drama berbentuk Narrative Text yang telah disajikan guru menggunakan aplikasi grup WhatsApp melalui Voice Note,” terang salahsatu Fasilitator Daerah Komunikasi Asahan Program Pintar Tanoto Foundation ini menjelaskan metode pembelajaran yang diterapkannya.

Sebelum para siswa membuat konsep drama dengan berkelompok, Rehana terlebih dahulu membagikan beberapa video praktek drama alumni MTs Negeri 2 Asahan ke grup WhatsApp sebagai contoh.

Setelah mempelajari sejumlah video yang diberikan, para siswa berdiskusi dan melakukan interaksi sesama teman untuk menentukan siapa ketua, narrator, dll dalam kelompok masing-masing.

Yang cukup unik, menurut Rehana, adalah interaksi para siswa di kelas IX F. Di grup ini, para siswa aktif berkomentar dalam bahasa Inggris di Grup WhatsApp melalui Voice Note, membahas kisah drama berjudul ‘Cinderella’.

“Ada yang kagum dengan pemerannya. Mereka bertanya dan berkomentar dengan sesama teman. Saya mendengarkan dan menyimak pembicaraan mereka melalui Voice Note. Saya juga meminta siswa memberi komentar tentang video drama Cinderella. Tanggapan mereka bermacam-macam. Beberapa di antara mereka bahkan menginginkan peran Cinderella. Karena banyak yang berminat, akhirnya mereka memutuskan agar saya yang memilihkan siapa pemeran Cinderella,” kisah Rehana seraya tersenyum manis.

Sebagai guru, ia mengaku senang melihat para siswa berinteraksi satu sama lain, tanpa sadar telah melakukan proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dalam bahasa Inggris.

Selama proses pembuatan drama, Rehana menganjurkan para siswa agar berkreasi dan menampilkan yang terbaik sesuai dengan apa yang diperankan. Ia juga memberikan kebebasan judul drama yang akan mereka pilih, namun tetap harus sesuai dengan Narrative Text. Tujuannya, agar anak-anak bisa berinteraksi dengan teman-temannya satu kelompok.

Siswa rebutan untuk memerankan tokoh Cinderella, dan antusias berperan bak aktris film.

Untuk mewujudkan komunikasi dengan orang tua, Rehana juga membagikan pesan ke grup orang tua siswa, agar dapat mendampingi serta membantu anak anak dalam proses pembuatan drama tersebut.

“Melalui pembelajaran aktif dengan unsur MIKIR yang saya pelajari dari Tanoto Foundation, para peserta didik lebih termotivasi dalam belajar, khususnya pada masa Belajar Dari Rumah. Para siswa benar benar dapat melakukan pembelajaran dengan baik, sesuai dengan panduan yang diberikan oleh guru,” kisahnya menceritakan pengalamannya.

Salahseorang siswa bernama Aulia, juga mengakui hal senada. “Saya merasa saat belajar membuat drama itu sangat menyenangkan. Apalagi saat Belajar Dari Rumah. Saya tertantang harus bisa berbicara, karena peran saya sebagai narator. Untungnya bunda membantu saya berlatih saat saya berbicara,” akunya bangga.

Rehana pun ikut bangga dengan kreativitas para siswa, yang menurutnya wajib diberi reward dan diacungkan jempol. “Karya-karya drama mereka diupload ke YouTube. Walaupun masih ada beberapa siswa yang salah dalam pronunciation (pengucapan), serta ada yang agak kaku dalam memerankan tokoh yang disandangnya, tetapi kekurangan itu bisa tertutupi oleh pemeran lainnya yang tampil bak aktor film,” kekehnya.

Peran orang tua siswa pun, menurutnya sangat luar biasa. Terbukti, waktu 12 hari pembuatan drama yang disepakati, bisa dipenuhi seluruh siswa. Hasil video praktek anak-anak di-share-nya ke grup WA orang tua, membuat para orangtua bangga dan terharu serta semakin mendukung minat dan bakat anak-anak mereka.

Salahsatu orang tua siswa, Rismawati, mengatakan, melihat semangat anak-anak membuat drama dengan aktif mencari beberapa sumber dan mendiskusikan dengan teman-temannya. “Menurut saya, upaya anak-anak itu memuaskan. Karena menunjukkan para siswa serius berusaha menyempurnakan videonya,” ucap Rismawati.

Saat melakukan refleksi, Rehana bertanya apa kesan para siswa selama pembelajaran berlangsung. Secara umum, siswa mengaku sangat senang, karena bisa berbicara dalam Bahasa Inggris walaupun masih sebatas saat drama. “Mereka berharap, agar pembelajaran berikutnya juga menyenangkan seperti saat itu,” ungkapnya dengan wajah berbinar.

Dukungan juga datang dari Kepala Sekolah MTsN2 Asahan, Drs. Daman Huri Lubis. Kasek yang menonton video siswa MTsN 2 Asahan di YouTube, mengatakan pandemi Covid-19 bukan merupakan hambatan bagi anak anak belajar secara aktif. “Kemauan dan kreativitas guru sangat dituntut guna menarik minat anak untuk aktif dalam pembelajaran. Anak-akan merasa bangga ketika kreativitas mereka ditonton khalayak ramai, dan secara tidak langsung mereka telah mampu membuat drama virtual,” katanya.

Sebagai Guru Bahasa Inggris, Rehana berharap seluruh peserta didik dapat berkarya lebih baik lagi ke depannya, dan mampu berbicara dalam bahasa Inggris dengan baik. “Semoga metode belajar itu dapat menjadi motivasi bagi siswa lainnya,” harapnya. (rel/mea)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/