MEDAN, SUMUTPOS.CO – Puluhan jurnalis di Sumatera Utara belajar meliput dan menulis isu lingkungan dari sejumlah tokoh pers Jakarta, lewat workshop: Penerapan Jurnalisme Lingkungan Sesuai Hukum Pers, Kode Etik, UU Pers dan ITE. Workshop di Hotel Santika Medan, Kamis, 11 November 2021. Pemateri dari LPDS Jakarta dan sejumlah tokoh pers nasional, kompak menyebutkan liputan isu lingkungan tak melulu soal ‘menghajar’ perusahaan tertentu yang melakukan pencemaran, tetapi juga banyak isu lainnya yang positif dan menarik perhatian.
“Isu lingkungan itu banyak. Tak melulu hal negatif, misalnya soal pencemaran lingkungan. Tetapi juga mengenai rehabilitasi lingkungan, upaya-upaya menjaga lingkungan, keanekaragaman hayati, upaya mencegah kepunahan satwa, dan sebagainya. Isu lingkungan mungkin tidak semenarik berita kriminal atau gossip artis. Tapi isu lingkungan perlu ditulis, sebagai bentuk tanggung jawab pers terhadap keberlangsungan lingkungan sekitar kita,” kata IGG Maha S Adi, jurnalis Jakarta yang juga aktivis lingkungan, dalam workshop dimaksud.
Mengenai keanekaragaman hayati, Maha Adi mengatakan banyak variasi kehidupan di bumi yang bisa diliput dan ditulis. Intinya, kata dia, jurnalis memahami level pengelolaan biodiversiti, apa ancaman utamanya, dan bagaimana cara pemulihannya.
Senada, AA Ariwibowo, wartawan Antara yang juga pengajar di LPDS, mengatakan dalam membuat liputan dan tulisan tentang lingkungan, jurnalis perlu memahami misnya, mengenali situasi politik dan ekonomi objek liputan. Tidak lupa mengambil bukti audio visual untuk mempertajam konten, dan memberikan sentuhan teknologi. “Jika memungkinkan, lengkapi dengan olahan big data,” katanya.
Selanjutnya, jurnalis perlu memiliki informasi latar belakang tentang masalah, tapi jangan langsung menghakimi. Selalu berpikir kritis dan tidak langsung percaya. “Wartawan perlu memiliki outline sebelum meliput agar tidak meraba-raba di lapangan. Teliti data factual. Temuan lapangan mesti didukung narasi dan bukti-bukti dari pihak berkompeten agar public punya perspektif,” katanya. Setelah itu, liputan sebaiknya disampaikan dalam bentuk story telling agar lebih menarik pembaca.
Lestantya R Baskoro, wartawan Tempo, dalam materinya tentang menulis berita lingkungan yang asyik dan menarik, mengatakan liputan feature sifatnya tahan lama dan penuh kejutan. Berbeda dengan tulisan straight news yang biasanya isunya penting tetapi cepat basi. “Dalam menulis feature, usahakan dilengkapi dengan infografis. Semakin lengkap dan menarik, akan semakin pemarik pembaca,” katanya.
Langkah menulis isu lingkungan, kata dia, pertama temukan ide dan angle, lakukan reportase dan wawancara, dan kemudian tulislah.
Workshop berlangsung serius, dibagi dua kelompok sehingga peserta dapat mengikuti dengan lebih focus. Sebelum workshop berlangsung, Ketua PWI Pusat, Atal Sembiring Depari, dalam sambutannya yang disampaikan virtual, memuji penyelenggaraan workshop Penerapan Jurnalisme Lingkungan Sesuai Hukum Pers, Kode Etik, UU Pers dan ITE, yang difasilitasi PT Agincourt Resources. “Saya dengar PTAR setiap tahun menggelar media capacity building, yang tentu sangat diapresiasi oleh PWI. Kami berharap acara seperti ini terus digelar, dan peserta kami minta mengikuti dan mengambil manfaat sebaik-baiknya,: jatanya.
Ketua PWI Sumut, Farianda Sinik, dalam sambutannya juga mengatakan hal serupa. “Terima kasih telah menggelar workshop yang menambah kapasitas jurnalis dalam melakukan pekerjaannya. Semoga PTAR sukses,” katanya.
Direktur Engineering PTAR, Ruli Tanio, dalam sambutannya di awal acara mengatakan, workshop ini merupakan pilot project pertemuan di tengah pandemic Covid-19. Para jurnalis yang menjadi peserta diharapkan mendapat manfaat dari workshop dimaksud. “Para peserta pastinya adalah macan-macan di dunianya. Kami berharap, peserta lebih tajam lagi dalam mengerjakan profesinya,” kata dia.
Senior Manager Corporate Communications PTAR, Katarina Siburian Hardono, dalam sambutan penutupnya mengatakan terimakasih atas kehadiran seluruh peserta dengan penerapan prokes yang ketat. “Terimakasih kepada peserta dan juga para pemateri dari LPDS Jakarta. Kita berharap, kakak-kakak dan abang-abang semua bisa mengikuti lomba karya tulis mengenai isu lingkungan yang akan digelar PTAR, tentu dengan ilmu yang sudah diajarkan para pemateri,” harapnya.
Acara berlangsung dengan prokes ketat. Misalnya sebelum pertemuan, peserta diwajibkan menandatangani pernyataan yang menyebutkan sudah vaksinasi Covid-19. Sehari sebelum pertemuan, peserta sudah diwanti-wanti untuk melakukan tes Antigen, baik yang difasilitasi PTAR, maupun mandiri. Si awal pertemuan, seluruh peserta diperiksa suhu tubuh dan wajib mengenakan masker. Selama pertemuan, jarak antar peserta diatur sesuai prokes. Bahkan para pembicara cukup setia mengenakan masker dan atau menjaga jarak. Pertemuan sengaja tidak menginap untuk meminimalisir interaksi antar peserta sesuai prokes. PTAR juga menyediakan healthy kit dalam goodie bag yang dibagikan ketika registrasi. (mea)