Ditambahkan Bangun Ginting, pengeluaran belanja untuk memenuhi kebutuhan lauk pauk dan gas serta minyak makan setiap harinya di posko tersebut sekitar Rp 600 ribu hingga 1 juta rupiah.
Sementara jika beras pun dijual lagi stoknya tinggal 5 hari lagi.
“Selanjutnya apalagi yang akan dijual, mie instan dan barang lainnya sudah dijual untuk dijadikan duit. Agar bisa memenuhi/belanja lauk pauk. Jangan karena ada masalah di atas, pengungsi yang jadi imbasnya. Ibarat sudah jatuh tertimpa tangga pula. Bayangkan lagi, honor koordinator juga belum dibayarkan selama 6 bulan. Itu pun nggak apa-apa, asalkan logistik tersedia,” ungkapnya.
Karena itu mereka berharap agar pemerintah daerah maupun pusat segera memperhatikan masalah ini. “Bagi donator juga yang ingin membantu, tolong salurkan bantuan kepada kami. Semalam 4 zak beras ukuran 50 kg yang sudah dijual. Harga 1 zak kami jual seharga Rp 250 ribu untuk belanja lauk pauk dan gas serta minyak makan. Sebab gas ukuran 15 kg yang dibutuhkan untuk memasak setiap harinya menghabiskan 10 hingga 12 tabung dua hari sekali,” tandas Tegap Sitepu.
Plt Kalak BPBD Karo, Matius Sembiring ketika dihubungi melalui telepon seluler mengakui bahwa sampai saat ini anggaran untuk logistik pengungsi belum cair dari pusat. Namun pihaknya berusaha secepat mungkin untuk segera merealisasikan pencairan dana tersebut. Untuk mengatasi kebutuhan logistik beberapa hari ke depan.“Kita akan usahakan berkoordinasi dengan pihak-pihak yang mau membantu supaya pengungsi tetap terpenuhi logistiknya,”tandas Matius. (Cr7/deo)