25 C
Medan
Friday, June 28, 2024

Bela Capres Pilihan, Pendukung Dianiaya

SIANTAR, SUMUTPOS.CO – Gara-gara berdebat tentang Capres pilihannya, Andi (21) menjadi korban penganiayaan yang dilakukan AD (22). Pelaku panas lantaran kalah berdebat dengan korban.

Kejadian bermula saat Andi minum tuak di warung tuak di Jalan Asahan, Nagori Sejahtera, Kecamatan Siantar, Sabtu (14/6). Saat itu Andi bertemu dengan AD yang merupakan warga Kelurahan Pardomuan, Siantar Timur, di warung tersebut dan banyak pembicaraan yang mereka bahas bersama pengunjung warung lainnya. Namun, pembicaraan hangat keduanya mengarah hingga pemilihan presiden tahun 2014-2019 mendatang.

Dengan tegas, Andi mendukung Jokowi sebagai jagoannya untuk memimpin Republik Indonesia. Sementara, AD mendukung Prabowo sebagai jagoannya. Perdebatan yang semulanya hangat sempat menjadi panas. Sekira pukul 23.30 WIB, Andi memutuskan untuk pergi ke warnet yang ada di Komplek Mega Land, Jalan Sangnawaluh, Kelurahan Siopat Suhu, Siantar Timur. Setibanya di parkiran tersebut, AD juga tiba di lokasi yang sama.

Saat keduanya sama-sama di warnet, keduanya tidak ada terlibat perdebatan dan beberapa menit kemudian, sekelompok pemuda datang dengan mengendarai sepeda motor dan langsung mendorong Andi yang sebelumnya sudah menanyakan kepada AD hingga ia terjatuh. Namun, karena kalah jumlah salah seorang dari sekelompok pemuda tersebut langsung memukul Andi dengan menggunakan pot bunga yang ada di parkiran warnet tersebut tepat di kening kanannya. Bukan hanya itu, Andi juga menerima pukulan di punggungnya hingga mengalami luka memar.

“Tiba-tiba saja orang itu datang dan tanya sama dia (AD) mana orangnya? Terus langsung aku didorong dan dipukul kepalaku, aku enggak tahu lagi siapa saja, tapi ada dua kawannya yang aku kenal namanya PU dan AA,” jelasnya saat berada di Polsek Siantar Timur untuk membuat pengaduan atas kejadian tersebut.

Untungnya, saat itu salah seorang petugas kepolisian Polresta Siantar melintas dan melihat aksi kejar-kejaran di parkiran tersebut dan membubarkan kejadian tersebut. “Pas polisi datang orang itu langsung lari, makanya aku terus kejar orang itu,” ucap pria yang tinggal di Jalan Asahan, Nagori Asuhan, Kecamatan Siantar.

Ia mengatakan, kejadian tersebut karena AD salah paham saat mereka berdebat siapa yang akan menjadi pemimpin negara ini. “Dia salah paham karena waktu berdebat dia kalah argumen sama aku. Lagian kami sudah sama-sama minum makanya dia sampai sakit hati,” jelasnya.

Kapolsek Siantar Timur, AKP Altur Pasaribu membenarkan kejadian tersebut dan pihaknya masih melakukan pemeriksaan terhadap saksi terkait kejadian tersebut.

 

TIDAK DIBENARKAN UNTUK AKSI KEKERASAN

Kejadian ini membuat sejumlah petinggi parpol antipati atas peristiwa itu. Menurut Ketua DPC partai PDIPerjuangan Simalungun, Suriadi, sebagai pimpinan partai politik, ia mengatakan perdebatan yang dilakukan masyarakat dibenarkan, namun tindakan pidana karena perdebatan tersebut sebaiknya dihindari karena dikawatirkan akan memicu tindakan yang semakin besar.

“Semua elemen harus sadar dan apa yang terjadi atas kejadian tersebut dapat memicu kejadian yang lebih besar. Dengan begitu saya meminta kepada simpatisan kedua capres agar tidak melakukan tindakan yang melanggar peraturan dan mengedepankan etika dan moral,” jelasnya.

Sementara, Mondan Purba, ketua DPC PKB Simalungun mengatakan, dalam perdebatan seharunya bertindak sportif tanpa harus melakukan tindakan fisik. “Jangan berbuat seperti itu dan siapa saja yang menang harus terima katena itu adalah keputusan demokrasi,” cetusnya.

Senada disampaikan Agus Salim, Ketua DPC Partai Hanura Simalungun. Dia berharap kedua belah pihak bisa melakukan yang terbaik dan menghindari perselisihan. Menurutnya, perdebatan sebaiknya jangan dalam kondisi dipengaruhi alkohol karena dapat memicu hal yang tidak diinginkan.

“Berdebat sah-sah saja, tapi jangan sampai ada tindakan kekerasan. Dan, sebaiknya jangan berdebat saat mabuk karena dapat memicu tindakan yang tidak diinginkan,” cetusnya.

Sementara, Mansur Panggabaen, Ketua Bidang Saksi dan Hukum Koalisi Partai Pemenangan Prabowo Kabupaten Simalungun menghimbau kepada seluruh simpatisan Prabowo agar tidak melakukan tindakan yang melanggar hukum demi menjunjung tinggi demokrasi. “Sebaiknya mereka mau menghargai demokrasi. Siapa yang akan menjadi pemimpin nantinya itu adalah pilihan rakyat dan kita harus terima. Jadi boleh merasa simpatik tanpa harus melakukan pelanggaran hukum,” jelasnya.

Oktavianus Rumahorbo, pengamat politik Siantar Simalungun mengatakan tindakan yang dilakukan masyarakat karena perdebatan capres tersebut disebabkan kurangnya pendidikan atau pencerahan politik terhadap masyarakat. Menurutnya, peran petinggi politik di Siantar Simalungun memberikan penjelasan seperti apa politik tersebut. “Mereka harus menjelaskan bagaimana politik tersebut, selama ini pendidikan politik yang dilakukan petinggi masih sangat rendah bahkan tidak ada. Malah banyak penghasut yang mencoba memperkenalkan politik tidak sehat kepada masyarakat seperti halnya black campain,” ucapnya.

Selain itu, perdebatan yang berakhir ricuh tersebut karena kurangnya rasa kebersamaan antar sesama masyarakat. Ia menjelaskan, untuk siapa yang akan menjadi presiden itu adalah keputusan masyarakat melalui pemilihan umum dan menghargai pilihan seseorang. “Sebaiknya dihargai apa yang menjadi pilihan seseorang, siapa yang akan menjadi pemimpin saya rasa tidak begitu penting karena yang terpenting adalah kebersamaan,” ucapnya.

Ia berharap, kedepannya masyarakat mau berfikir cerdas tentang berpolitik dan petinggi politik mau memperkenalkan politik yang sehat kepada masyarakat luas dengan cara menjelaskan apa yang menjadi hak dan kewajiban rakyat serta pemerintah. “memperkenalkan undang-undang dan peraturan juga sangat penting karena selama ini lemahnya penegak hukum di negara ini masih sangat rendah. Dan, ketidaktahuan masyarakat tentang akibat dan dampak dari undang-undang dan peraturan tersebut sebaiknya diberikan kepada masyarakat agar masyarakat lebih berhati-hati untuk melakukan sesuatu,” tutupnya. (lud/smg/bd)

SIANTAR, SUMUTPOS.CO – Gara-gara berdebat tentang Capres pilihannya, Andi (21) menjadi korban penganiayaan yang dilakukan AD (22). Pelaku panas lantaran kalah berdebat dengan korban.

Kejadian bermula saat Andi minum tuak di warung tuak di Jalan Asahan, Nagori Sejahtera, Kecamatan Siantar, Sabtu (14/6). Saat itu Andi bertemu dengan AD yang merupakan warga Kelurahan Pardomuan, Siantar Timur, di warung tersebut dan banyak pembicaraan yang mereka bahas bersama pengunjung warung lainnya. Namun, pembicaraan hangat keduanya mengarah hingga pemilihan presiden tahun 2014-2019 mendatang.

Dengan tegas, Andi mendukung Jokowi sebagai jagoannya untuk memimpin Republik Indonesia. Sementara, AD mendukung Prabowo sebagai jagoannya. Perdebatan yang semulanya hangat sempat menjadi panas. Sekira pukul 23.30 WIB, Andi memutuskan untuk pergi ke warnet yang ada di Komplek Mega Land, Jalan Sangnawaluh, Kelurahan Siopat Suhu, Siantar Timur. Setibanya di parkiran tersebut, AD juga tiba di lokasi yang sama.

Saat keduanya sama-sama di warnet, keduanya tidak ada terlibat perdebatan dan beberapa menit kemudian, sekelompok pemuda datang dengan mengendarai sepeda motor dan langsung mendorong Andi yang sebelumnya sudah menanyakan kepada AD hingga ia terjatuh. Namun, karena kalah jumlah salah seorang dari sekelompok pemuda tersebut langsung memukul Andi dengan menggunakan pot bunga yang ada di parkiran warnet tersebut tepat di kening kanannya. Bukan hanya itu, Andi juga menerima pukulan di punggungnya hingga mengalami luka memar.

“Tiba-tiba saja orang itu datang dan tanya sama dia (AD) mana orangnya? Terus langsung aku didorong dan dipukul kepalaku, aku enggak tahu lagi siapa saja, tapi ada dua kawannya yang aku kenal namanya PU dan AA,” jelasnya saat berada di Polsek Siantar Timur untuk membuat pengaduan atas kejadian tersebut.

Untungnya, saat itu salah seorang petugas kepolisian Polresta Siantar melintas dan melihat aksi kejar-kejaran di parkiran tersebut dan membubarkan kejadian tersebut. “Pas polisi datang orang itu langsung lari, makanya aku terus kejar orang itu,” ucap pria yang tinggal di Jalan Asahan, Nagori Asuhan, Kecamatan Siantar.

Ia mengatakan, kejadian tersebut karena AD salah paham saat mereka berdebat siapa yang akan menjadi pemimpin negara ini. “Dia salah paham karena waktu berdebat dia kalah argumen sama aku. Lagian kami sudah sama-sama minum makanya dia sampai sakit hati,” jelasnya.

Kapolsek Siantar Timur, AKP Altur Pasaribu membenarkan kejadian tersebut dan pihaknya masih melakukan pemeriksaan terhadap saksi terkait kejadian tersebut.

 

TIDAK DIBENARKAN UNTUK AKSI KEKERASAN

Kejadian ini membuat sejumlah petinggi parpol antipati atas peristiwa itu. Menurut Ketua DPC partai PDIPerjuangan Simalungun, Suriadi, sebagai pimpinan partai politik, ia mengatakan perdebatan yang dilakukan masyarakat dibenarkan, namun tindakan pidana karena perdebatan tersebut sebaiknya dihindari karena dikawatirkan akan memicu tindakan yang semakin besar.

“Semua elemen harus sadar dan apa yang terjadi atas kejadian tersebut dapat memicu kejadian yang lebih besar. Dengan begitu saya meminta kepada simpatisan kedua capres agar tidak melakukan tindakan yang melanggar peraturan dan mengedepankan etika dan moral,” jelasnya.

Sementara, Mondan Purba, ketua DPC PKB Simalungun mengatakan, dalam perdebatan seharunya bertindak sportif tanpa harus melakukan tindakan fisik. “Jangan berbuat seperti itu dan siapa saja yang menang harus terima katena itu adalah keputusan demokrasi,” cetusnya.

Senada disampaikan Agus Salim, Ketua DPC Partai Hanura Simalungun. Dia berharap kedua belah pihak bisa melakukan yang terbaik dan menghindari perselisihan. Menurutnya, perdebatan sebaiknya jangan dalam kondisi dipengaruhi alkohol karena dapat memicu hal yang tidak diinginkan.

“Berdebat sah-sah saja, tapi jangan sampai ada tindakan kekerasan. Dan, sebaiknya jangan berdebat saat mabuk karena dapat memicu tindakan yang tidak diinginkan,” cetusnya.

Sementara, Mansur Panggabaen, Ketua Bidang Saksi dan Hukum Koalisi Partai Pemenangan Prabowo Kabupaten Simalungun menghimbau kepada seluruh simpatisan Prabowo agar tidak melakukan tindakan yang melanggar hukum demi menjunjung tinggi demokrasi. “Sebaiknya mereka mau menghargai demokrasi. Siapa yang akan menjadi pemimpin nantinya itu adalah pilihan rakyat dan kita harus terima. Jadi boleh merasa simpatik tanpa harus melakukan pelanggaran hukum,” jelasnya.

Oktavianus Rumahorbo, pengamat politik Siantar Simalungun mengatakan tindakan yang dilakukan masyarakat karena perdebatan capres tersebut disebabkan kurangnya pendidikan atau pencerahan politik terhadap masyarakat. Menurutnya, peran petinggi politik di Siantar Simalungun memberikan penjelasan seperti apa politik tersebut. “Mereka harus menjelaskan bagaimana politik tersebut, selama ini pendidikan politik yang dilakukan petinggi masih sangat rendah bahkan tidak ada. Malah banyak penghasut yang mencoba memperkenalkan politik tidak sehat kepada masyarakat seperti halnya black campain,” ucapnya.

Selain itu, perdebatan yang berakhir ricuh tersebut karena kurangnya rasa kebersamaan antar sesama masyarakat. Ia menjelaskan, untuk siapa yang akan menjadi presiden itu adalah keputusan masyarakat melalui pemilihan umum dan menghargai pilihan seseorang. “Sebaiknya dihargai apa yang menjadi pilihan seseorang, siapa yang akan menjadi pemimpin saya rasa tidak begitu penting karena yang terpenting adalah kebersamaan,” ucapnya.

Ia berharap, kedepannya masyarakat mau berfikir cerdas tentang berpolitik dan petinggi politik mau memperkenalkan politik yang sehat kepada masyarakat luas dengan cara menjelaskan apa yang menjadi hak dan kewajiban rakyat serta pemerintah. “memperkenalkan undang-undang dan peraturan juga sangat penting karena selama ini lemahnya penegak hukum di negara ini masih sangat rendah. Dan, ketidaktahuan masyarakat tentang akibat dan dampak dari undang-undang dan peraturan tersebut sebaiknya diberikan kepada masyarakat agar masyarakat lebih berhati-hati untuk melakukan sesuatu,” tutupnya. (lud/smg/bd)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/