SUMUTPOS.CO – Diselah-selah kesibukannya, Guru Besar Filsafat Islam UINSU Medan, Prof. Dr. Amroeni Drajat, M.Ag masih menyepatkan diri untuk berkunjung dan bersilaturahmi ke Pondok Pesantren (Ponpes) Mawaridussalam, di Desa Tumpatan Nibung, Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang, Selasa (16/6).
Kedatangan Wakil Rektor (WR) III UINSU Bidang Akademik dan Kemahasiswaan ini, langsung disambut oleh pengurus Pesantren Mawaridussalam, yakni Ustadz. Drs. H. Junaidi, MM, Ustadz Nurrokhman, S.H, M.M, Ustadz H. Muhammad Syafi’i Lubis, S.Sos, S.Pd.I, MM, Ustadz Agisnirodhi Hasbullah, S.H.I, S.Pd.I, MM.
Kemudian, dalam kunjungan tersebut. Prof. Dr. Amroeni Drajat, M.Ag membicarakan bagian-bagian teknis akan pentingnya memajukan pesantren sekaligus dukungan terhadap ajar mengajar di pesantren.
Prof. Dr. Amroeni Drajat, M.Ag yang merupakan alumni Pondok Pesantren Gontor, Jawa Timur itu sangat mendukung upaya-upaya majukan pesantren, baik dari sisi internal maupun eksternalnya masyarakat.
“Sebagai orang yang pernah nyantri ya, tentu saya sangat mendukung pesantren agar terus maju dan bertumbuh. Dari dulu saya selalu menyukai program ajar mengajar di lingkungan pesantren,” ungkap sebut Amroeni usai melakukan kunjungan.
Pendidikan di pesantren memiliki tatanan ajar yang berbeda, mendidik santri dengan mengedepankan etika.”Kemudian, melatih anak-anak santri menjadi pribadi yang berilmu, religius, hingga berguna bagi bangsa dan negara,” tutur pria kelahiran Brebes 1965 itu.
Tak luput dari posisinya sebagai salah satu tokoh penting di UINSU Medan, Amroeni saat ditanyai akan kunjungan tersebut. Ia pun, menyebut temu ramah yang ia lakukan ke Ponpes Mawaridussalam itu merupakan bentuk silaturahmi seorang anak santri ke tempat pendidikan sebagaimana ia dididik.
Pondok Pesantren Mawaridussalam diketahui didirikan oleh alumni-alumni gontor pada 2010 sebagai upaya mewujudkan ‘Seribu Gontor’ di Indonesia. Amroeni yang juga sebagai alumni Gontor pun menganggap pesantren ini menjadi bagian penting dalam dirinya.
Hubungan emosional Amoreni dengan pesantren sejak dulu memang sudah sangat erat. Selain sebagai santri, Amroeni tercatat pernah mengajar di Pesantren Darul Arafah, kemudian mendirikan Pesantren Jabal Rahmah tahun 1992. Ia juga beberapa kali mengunjungi berbagai pesantren demi memperpanjang ikatan silaturahmi.
Prof. Dr. Amroeni, M.Ag memandang pesantren sebagai pilar pendidikan yang kuat, ia selalu menyukai apapun upaya pembangunan, maupun usaha peningkatan ajar mengajar yang diterapkan di lingkungan pesantren.
“Bagi saya pesantren adalah pilar pendidikan yang kuat. Santri-santri yang tumbuh kembang di dalamnya selalu dijadikan tolok ukur saat berhubungan dengan masyarakat” sebutnya.
Dengan itu, ia terus mendorong pesantren di Indonesia menunjukan inovasi dalam dunia pendidikan. “Apapun upaya pembangunan yang dilakukan di pesantren pasti ditujukan untuk peningkatan ajar mengajar yang baik. Agar ke depannya pesantren ini mampu menghadapi tantangan zaman, dan saya selalu mendukung itu,” tutup Amroeni.(gus)