KARO, SUMUTPOS.CO – Beberapa rumah penduduk di Desa Sukameriah, Kecamatan Payung hangus terbakar diterjang awan panas (wedhus gembel) Gunung Sinabung, Rabu 15/10 sekira pukul 11.23 WIB. Kepulan asap terlihat membumbung tinggi di langit pasca awan panas guguran yang mengarah ke Selatan, dengan jarak luncur 2,5 Km.
Desa Sukameriah yang berada pada radius sekitar 3 Km dari puncak kawah telah setahun lebih ditinggal mengungsi oleh masyarakat, oleh karena berada pada jalur luncuran awan panas. Akses masuk ke desa tersebut telah ditutup Satgas Penanganan Bencana Erupsi Sinabung karena masuk dalam kawasan zona merah.
Informasi yang dihimpun, aktivitas awan panas guguran Sinabung hingga saat ini masih terus berlangsung dan membawa material debu vulkanis ke arah Barat–Barat Daya
Pantauan dari Pos Pemantau Gunung Api (PPGA) Sinabung, kondisi kabut tebal terjadi di daerah zona merah. Sementara informasi yang dihimpun dari warga setempat menyebutkan, asap hitam tersebut berasal dari rumah penduduk yang sejalur dengan jalur luncuran awan panas dan telah berulang diterjang awan panas, sehingga akhirnya terbakar.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karo, Ir Subur Tarigan Tambun saat ditemui di Kantor BPBD memaparkan, sehubungan dengan peningkatan aktivitas Sinabung belakangan ini, untuk mengantisipasi apabila status dari Siaga (level III) meningkat menjadi Awas (Level IV), pihaknya sudah mengajukan permintaan dana ke pusat dalam rangka mengantisipasi apabila harus mengungsi ke Kabanjahe sekitarnya.
Kemudian, lanjutnya, untuk proses evakuasi telah disediakan kenderaan–kenderaan yang berasal dari TNI, Polri, serta Pemkab Karo di Kecamatan Simpang Empat dan Posko Utama. Untuk personel juga telah disiapkan apabila diperlukan evakuasi.
“Sejauh ini hal-hal yang sudah kami lakukan dan sedang berjalan pada saat ini adalah penyiraman–penyiraman di desa–desa yang terimbas hujan debu vulkanik. 6 unit mobil tanki dan enam unit pemadam kebakaran (damkar) telah dikerahkan. Dimana kita juga dibantu oleh kabupaten tetangga seperti, Kabupaten Dairi, Kota Medan, serta Kabupaten Langkat. Kita juga sudah membagi–bagikan masker kepada masyarakat.
Menurut Subur, lahan untuk relokasi telah ditetapkan yaitu di kawasan Siosar, dimana untuk lahan permukiman diperlukan 30 Hektar (Ha) yang berada di kawasan agropolitan 250 Ha.
Sementara sisanya digunakan untuk lahan pertanian bagi masyarakat. Sehingga begitu perumahan selesai, warga juga sudah dapat bercocok tanam di lokasi tersebut.
“Saat ini di lokasi sedang dilakukan penebangan kayu yang ada di kawasan Siosar, dan kita juga sedang menyusun site plan untuk lokasi pemukiman di areal tersebut. Kita berharap agar pemerintah pusat tidak terlalu lama lagi agar dana tersebut sudah dapat dialokasikan agar sudah dapat dilakukan proses pembangunan di kawasan itu. Untuk pembangunan mungkin di tahun 2015 baru dimulai pembangunan fisiknya sendiri,” tutupnya. (riz/smg)