29.3 C
Medan
Monday, July 1, 2024

Orangtua Mahasiswa Ancam Duduki UISU

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Orangtua mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara (FK UISU) Jalan Sisingamangaraja Medan mulai gerah. Orangtua mahasiswa menganggap konflik UISU merupakan perbuatan sejumlah oknum yang mengaku mahasiswa dan alumni untuk memboikot aktivitas perkuliahan di UISU yang sudah berlangsung sepekan. Para orangtua mahasiswa Fk Kedokteran bahkan mengutuk dan menuntut penyelesaian Evaluasi Program Studi Berbasis Evaluasi Diri (EPSBED) sebagai syarat pertanggungjawaban pelaksanaan pendidikan bermutu.

UNJUK RASA: Ratusan mahasiswa dari Kesatuan Aksi Mahasiswa FK UISU melakukan aksi unjuk rasa di halaman gedung fakultas kedokteran kampus UISU, kemarin.//TRIADI WIBOWO/SUMUT POS
UNJUK RASA: Ratusan mahasiswa dari Kesatuan Aksi Mahasiswa FK UISU melakukan aksi unjuk rasa di halaman gedung fakultas kedokteran kampus UISU, kemarin.//TRIADI WIBOWO/SUMUT POS

Orangtua mahasiswa Fk UISU merasa dirugikan atas aksi boikot yang sudah berlangsung sepekan lebih itu, karena tidak sedikit biaya yang dikeluarkan orangtua dalam mengkuliahkan anaknya di fakultas kodekteran.

Seperti yang disampaikan Hj Sahara Lubis. Perempauan ini meminta kepada seluruh jajaran pimpinan baik Dekan maupun rektorat untuk segera menyelesaikan persoalan ini dengan menjawab semua tuntutan mahasiswa agar terdaftar di data EPSBED, karena selama ini data mahasiswa FK UISU di Sisingamangaraja tidak terdaftar Dirjen Perguruan Tinggi (Dikti).

“Tidak sedikit biaya yang kami keluarkan untuk mengulihakan anak kami di Fakultas Kedokteran UISU ini,” keluhnya kepada Sumut Pos, Minggu (15/12).

Hj Sahara Lubis juga mengutuk perbuatan mahasiswa yang sampai saat ini masih memboikot seluruh proses perkuliahan di UISU. Akibatnya, saat ini anaknya yang Koas (praktik dokter muda) tidak bisa mendapatkan surat pengantar pindah stase/bagian (dalam istilah kedokteran) karena Dekan tidak bisa masuk dan bekerja.

“Saya sudah pernah ingatkan kepada mereka (mahasiswa) untuk segera membuka kampus supaya proses pendaftaran mahasiswa di EPSBED bisa dilaksanakan secepatnya oleh fakultas.

Kalau begini, saya mau meminta surat pengantar stase anak saya,” katanya.

Sahara juga mengaku sudah menanyakan surat pengantar tersebut kepada Wakil Pembantu Rektor 1 Dr Sri Faizah Lisnasari, Dekan Fakultas Kedokteran Dr Rahmat Nasution dan Wakil Rektor Prof Efendi Barus. Namun tidak ada jawaban pasti dan saling lempar tanggung jawab. Bahkan dirinya sampai mendatangi Koordinator Kopertis Profesor Dian Armanto untuk persoalan itu, namun tetap jawaban mengambang yang dia dapatkan.

“Saya tanya ke Profesor Barus, katanya dia dilarang masuk kampus jadi tidak bisa berbuat apa-apa. Saya tanya ke Ibu Sri Faizah, beliau meminta saya tanya langsung ke pak Rahmat. Begitu juga saya tanya ke pak Rahmat Nasuiton, jawabannya tidak bisa diproses karena kondisi kampus di boikot, termasuk ke Prof Dian Armanto juga tidak bisa menjawab,” ujarnya.

Melihat gelagat persoalan yang masih jauh dari penyelesaian. Ditambah lagi dengan pelumpuhan kampus oleh sejumlah oknum yang mengaku mahasiswa dan alumni FK, dirinya mengutuk tindakan tersebut dan mengancam akan memaksa masuk menduduki kampus FK.

“Saya sudah sampaikan, kalau sampai minggu depan (besok, Red) kampus tidak juga dibuka, saya akan memaksa masuk ke dalam dan bertahan sampai persoalan anak saya bisa diselesaikan termasuk EPSBED. Saya juga meminta semua pihak di UISU untuk menggunakan hati nurani, jangan mengorbankan mahasiswa. Anak saya kuliah di sini tidak gratis, saya harus kerja keras banting tulang. Begitu juga dengan orangtua lainnya. Tolong itu dipertimbangkan,” kesalnya.

Sementara di tempat terpisah, Wakil Rektor Prof Efendi Barus saat ditanya soal pemboikotan tersebut mengatakan dirinya tidak bisa berbuat apa-apa, sebab sampai saat ini masih tidak diperbolehkan masuk kedalam kampus oleh petugas keamanan (sekuriti) sejak 9 Desember lalu.

“Saya sekarang ini belum bisa berbuat apa-apa, karena  dilarang masuk kampus. Jadi bagaimana saya bisa bekerja. Setelah saya masuk barulah nanti saya akan upayakan penyelesaikannya dengan memanggil Dekan kedua belah pihak. Tentunya Rektor juga saya undang, bila perlu Koordinator (Kopertis) juga kita undang Selasa (17/12) besok untuk menyelesaikan persoalan,” tandasnya.

Perlu diketahui mahasiswa FK UISU dalam konflik ini sebelumnya mengajukan lima tuntutan, seperti pendaftaran mahasiswa harus masuk ke dalam Evaluasi Program Studi Berbasis Evaluasi Diri (EPSBED), meminta penyatuan UISU, turunkan Dekan FK; Rahmat Nasution, pembayaran uang kuliah dilakukan setelah EPSBED keluar, dan audit keuangan FK UISU. (mag-2/azw)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Orangtua mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara (FK UISU) Jalan Sisingamangaraja Medan mulai gerah. Orangtua mahasiswa menganggap konflik UISU merupakan perbuatan sejumlah oknum yang mengaku mahasiswa dan alumni untuk memboikot aktivitas perkuliahan di UISU yang sudah berlangsung sepekan. Para orangtua mahasiswa Fk Kedokteran bahkan mengutuk dan menuntut penyelesaian Evaluasi Program Studi Berbasis Evaluasi Diri (EPSBED) sebagai syarat pertanggungjawaban pelaksanaan pendidikan bermutu.

UNJUK RASA: Ratusan mahasiswa dari Kesatuan Aksi Mahasiswa FK UISU melakukan aksi unjuk rasa di halaman gedung fakultas kedokteran kampus UISU, kemarin.//TRIADI WIBOWO/SUMUT POS
UNJUK RASA: Ratusan mahasiswa dari Kesatuan Aksi Mahasiswa FK UISU melakukan aksi unjuk rasa di halaman gedung fakultas kedokteran kampus UISU, kemarin.//TRIADI WIBOWO/SUMUT POS

Orangtua mahasiswa Fk UISU merasa dirugikan atas aksi boikot yang sudah berlangsung sepekan lebih itu, karena tidak sedikit biaya yang dikeluarkan orangtua dalam mengkuliahkan anaknya di fakultas kodekteran.

Seperti yang disampaikan Hj Sahara Lubis. Perempauan ini meminta kepada seluruh jajaran pimpinan baik Dekan maupun rektorat untuk segera menyelesaikan persoalan ini dengan menjawab semua tuntutan mahasiswa agar terdaftar di data EPSBED, karena selama ini data mahasiswa FK UISU di Sisingamangaraja tidak terdaftar Dirjen Perguruan Tinggi (Dikti).

“Tidak sedikit biaya yang kami keluarkan untuk mengulihakan anak kami di Fakultas Kedokteran UISU ini,” keluhnya kepada Sumut Pos, Minggu (15/12).

Hj Sahara Lubis juga mengutuk perbuatan mahasiswa yang sampai saat ini masih memboikot seluruh proses perkuliahan di UISU. Akibatnya, saat ini anaknya yang Koas (praktik dokter muda) tidak bisa mendapatkan surat pengantar pindah stase/bagian (dalam istilah kedokteran) karena Dekan tidak bisa masuk dan bekerja.

“Saya sudah pernah ingatkan kepada mereka (mahasiswa) untuk segera membuka kampus supaya proses pendaftaran mahasiswa di EPSBED bisa dilaksanakan secepatnya oleh fakultas.

Kalau begini, saya mau meminta surat pengantar stase anak saya,” katanya.

Sahara juga mengaku sudah menanyakan surat pengantar tersebut kepada Wakil Pembantu Rektor 1 Dr Sri Faizah Lisnasari, Dekan Fakultas Kedokteran Dr Rahmat Nasution dan Wakil Rektor Prof Efendi Barus. Namun tidak ada jawaban pasti dan saling lempar tanggung jawab. Bahkan dirinya sampai mendatangi Koordinator Kopertis Profesor Dian Armanto untuk persoalan itu, namun tetap jawaban mengambang yang dia dapatkan.

“Saya tanya ke Profesor Barus, katanya dia dilarang masuk kampus jadi tidak bisa berbuat apa-apa. Saya tanya ke Ibu Sri Faizah, beliau meminta saya tanya langsung ke pak Rahmat. Begitu juga saya tanya ke pak Rahmat Nasuiton, jawabannya tidak bisa diproses karena kondisi kampus di boikot, termasuk ke Prof Dian Armanto juga tidak bisa menjawab,” ujarnya.

Melihat gelagat persoalan yang masih jauh dari penyelesaian. Ditambah lagi dengan pelumpuhan kampus oleh sejumlah oknum yang mengaku mahasiswa dan alumni FK, dirinya mengutuk tindakan tersebut dan mengancam akan memaksa masuk menduduki kampus FK.

“Saya sudah sampaikan, kalau sampai minggu depan (besok, Red) kampus tidak juga dibuka, saya akan memaksa masuk ke dalam dan bertahan sampai persoalan anak saya bisa diselesaikan termasuk EPSBED. Saya juga meminta semua pihak di UISU untuk menggunakan hati nurani, jangan mengorbankan mahasiswa. Anak saya kuliah di sini tidak gratis, saya harus kerja keras banting tulang. Begitu juga dengan orangtua lainnya. Tolong itu dipertimbangkan,” kesalnya.

Sementara di tempat terpisah, Wakil Rektor Prof Efendi Barus saat ditanya soal pemboikotan tersebut mengatakan dirinya tidak bisa berbuat apa-apa, sebab sampai saat ini masih tidak diperbolehkan masuk kedalam kampus oleh petugas keamanan (sekuriti) sejak 9 Desember lalu.

“Saya sekarang ini belum bisa berbuat apa-apa, karena  dilarang masuk kampus. Jadi bagaimana saya bisa bekerja. Setelah saya masuk barulah nanti saya akan upayakan penyelesaikannya dengan memanggil Dekan kedua belah pihak. Tentunya Rektor juga saya undang, bila perlu Koordinator (Kopertis) juga kita undang Selasa (17/12) besok untuk menyelesaikan persoalan,” tandasnya.

Perlu diketahui mahasiswa FK UISU dalam konflik ini sebelumnya mengajukan lima tuntutan, seperti pendaftaran mahasiswa harus masuk ke dalam Evaluasi Program Studi Berbasis Evaluasi Diri (EPSBED), meminta penyatuan UISU, turunkan Dekan FK; Rahmat Nasution, pembayaran uang kuliah dilakukan setelah EPSBED keluar, dan audit keuangan FK UISU. (mag-2/azw)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/