25.1 C
Medan
Tuesday, June 18, 2024

Stok Habis, Warga Siantar Kecewa Gagal Vaksin Dosis Kedua

SIANTAR, SUMUTPOS.CO – WARGA Pematangsiantar mengeluhkan ketersediaan vaksin Covid-19. Keterbatasan jumlah vaksin, membuat warga gagal mendapatkan vaksin dosis kedua. Seperti yang dialami sejumlah warga yang gagal mengikuti vaksin dosis kedua pada Rabu (14/7), dan Kamis (15/7).

dr Aris Yudhariansyah, Jubir Satgas Penanganan Covid-19 Sumut.

Mereka kecewa karena terpaksa harus pulang, padahal sudah tiba di lokasi vaksinasi. “Kata petugas stok vaksin tidak ada. Kami terpaksa pulang,” ujar Br Panjaitan yang datang untuk mengikuti vaksin di Puskesmas Raya, Jalan Rata bersama puluhan teman sekantornya.

Keterbatasan jumlah vaksin  membuat rentang dosis yang diterima warga melebihi anjuran Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), yakni 28 hari. Br Panjaitan mengkhawatirkan, bagaimana efektivitas vaksin pertama yang ia terima sebelumnya jika rentang antara vaksin pertama dan kedua lebih dari 28 hari. ‘’Kita khawatir apa dampaknya kalau tidak sesuai jadwal,” ujarnya.

Pengakuan yang sama disampaikan Br Purba. Ia seharusnya mengikuti vaksis dosis kedua di Puskesmas Bah Kapul, Jalan Viyata Yudha, Kamis (15/7). Kasusnya sama, ia terpaksa harus pulang karena stok vaksin habis.

Esok harinya, Jumat (16/7), ia kembali ke Puskesmas dengan harapan bisa mendapat layanan vaksinasi. Tetapi kembali tidak dapat dilayani. “Hari ini (kemarin) ada vaksin. Tapi khusus diberikan kepada orang-orang yang vaksin kedua hari ini. Saya coba tadi datang, tidak dilayani karena saya terjadwal vaksin kedua kemarin,” keluhnya.

Dia juga menyesalkan tidak adanya informasi tentang kepastian kepada mereka kapan mesti datang kembali untuk medapatkan vaksin. “Seharusnya ada pemberitahuan, sehingga kita tidak harus bolak-balik,” sebutnya. Intinya warga meminta kepastian kapan mereka bisa mendapat vaksin dosis kedua.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Pematangsiantar, Ronald Saragih ketika dikonfirmasi Sumut Pos membenarkan adanya keterbatasan stok vaksin tersebut di Pematangsiantar. “Memang benar. Stok terbatas. Saya rasa tidak hanya di Siantar, tapi di daerah lain juga,” ujarnya.

Dikatakannya, stok yang tersedia kemarin (16/7), dikhususkan untuk warga yang mendapat jadwal vaksin kemarin. “Yang tiba kemarin untuk warga yang terjadwal vaksin kemarin. Yang tertuda sebelumnya, menunggu pasokan stok berikutnya,” jelasnya.

Alasannya, agar terstruktur. “Sehingga datanya nanti tidak kacau. Jadi memang kita berlakukan seperti itu,” lanjutnya.

Menanggapi hal ini, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan Sumut sekaligus Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Sumut, Aris Yudhariansyah mengatakan, kebutuhan vaksin tergantung dari alokasi yang didistribusikan Kementerian Kesehatan. “Yang menetapkan target itukan pusat. Satu hari itu umpamanya kita (daerah) ditarget vaksinasi 65 ribu, tapi yang dikirim cuma 1.000, tentu kan kurang,” katanya menjawab Sumut Pos, Kamis (15/7).

Menurutnya, yang penting dilakukan saat ini oleh seluruh pemda di Sumut, jangan panik yang berlebihan atas persoalan dimaksud. Pihaknya juga senantiasa berkomunikasi dengan Kemenkes dalam hal kebutuhan dosis vaksin untuk seluruh wilayah di Sumut. “Secara teori, harusnya bisa untuk dua kali suntik (vaksin yang diberikan kepada masyarakat harus ada). Namun persoalan yang begini ini, tidak hanya terjadi di Siantar. Di semua daerah tidak hanya Sumut juga sama masalahnya. Karena kita tergantung alokasi dari pusat,” kata mantan Kadinkes Asahan tersebut.

Aris mengimbau agar warga jangan panik. ‘’Jadi jangan panik kita,’’sebutnya.

Anggota DPRD Sumut, Zeira Salim Ritonga mengatakan, masalah kekosongan stok vaksin di Kota Siantar harus menjadi atensi pihak terkait yaitu pemerintah daerah dan pusat. “Jangan sampai ketika pemerintah mengimbau seluruh masyarakat melakukan vaksin malah ketersediannya saat ini susah didapat,” katanya.

Apalagi imbuh dia, pemerintah pusat menganjurkan agar vaksin pertama dan kedua harus dari mereka yang sama. Sebab dikhawatirkan akan terjadi masalah pada si pengguna. “Karenanya kita meminta agar satgas setempat proaktif dalam ketersedian vaksin dan obat-obat medis untuk Covid-19 ini. Bagaimana bisa Covid dapat dikendalikan sementara ketersedian akan obat-obatan Covid-19 tidak bisa diakses masyarakat,” pungkasnya.

Lantaran penerima vaksin diberikan dua dosis vaksin dengan rentang waktu yang berbeda, bagaimana jika ada penerima vaksin yang melakukan vaksinasi dosis kedua tidak sesuai jadwal? Juru Bicara Vaksinasi Penanganan Covid-19 dr Siti Nadia Tarmizi mengatakan, waktu toleransi kepada penerima vaksin yakni 7-10 hari. Namun, ia menganjurkan kepada masyarakat untuk melakukan vaksinasi sesuai jadwal yang telah diberikan petugas vaksin. (Waktu toleransinya) bisa sampai 7-10 hari, tetapi seharusnya tetap sesuai jadwal karena kan respons orang berbeda-beda,” ujar Nadia.

Menurutnya, respons yang terjadi jika seseorang terlambat atau mendahului dari jadwal vaksinasi bisa menyebabkan vaksin menjadi tidak optimal. “Kan titer antibodi yang terbentuk jadi tidak optimal. Akibatnya perlindungannya tidak sampai 95 persen,” lanjut dia.

Nadia juga menambahkan, menurut hasil uji klinis, sudah ditentukan bahwa pada hari ke-28 adalah angka titer antibodi tertinggi yang nantinya akan menurun setelah 7-10 hari kemudian. Ahli patologi klinis Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta Tonang Dwi Ardyanto mengatakan, tubuh akan melakukan pengenalan setelah suntikan dosis pertama vaksin. Kemudian, sel plasma dan sel-B memori akan terbentuk dengan cepat. “Sel plasma ini yang dengan cepat membentuk antibodi. Tapi, karena baru pengenalan awal, sel plasma yang terbentuk ini bekerja singkat,” kata Tonang.

Pada hari-7, sel plasma mulai ada dan hari ke-10 sampai hari ke-12 mulai terbentuk antibodi. Setelah itu, antibodi akan turun. Oleh karena itu, kondisi sebelum dan sementara waktu setelah divaksin sama saja. “Sampai nanti saatnya tercapai titer antibodi optimal, baru ada beda kondisi. Maka risiko terinfeksi sebelum dan sementara waktu setelah divaksin, pada dasarnya sama saja,” kata dia.

Selanjutnya, saat antibodi sudah turun dan hampir habis, itu merupakan waktu yang tepat untuk pemberian vaksin dosis kedua. Sebab, suntikan dosis kedua vaksin saat antibodi masih tinggi justru akan berdampak pada efektivitas vaksin yang berkurang. Tonang menjelaskan, sel-B memori sudah terbentuk dari suntikan pertama, dengan cepat berproliferasi menjadi sel plasma dalam jumlah besar “Kemampuan sel plasma hasil dari sel-B memori ini besar sehingga dengan cepat membentuk antibodi dalam jumlah besar,” jelas dia.

Pola itu yang diharapkan terjadi pada pemberian suntikan vaksin dengan 2 dosis berjeda waktu tertentu,” lanjut Tonang. Ia menambahkan, besaran dosis dan jeda pemberian ini ditentukan dari hasil uji klinis untuk mencari kombinasi yang optimal. Pengujian juga diperlukan dalam mengukur waktu yang dibutuhkan untuk mencapai titer antibodi optimal setelah pemberian dosis kedua. (prn/sih/kpc)

SIANTAR, SUMUTPOS.CO – WARGA Pematangsiantar mengeluhkan ketersediaan vaksin Covid-19. Keterbatasan jumlah vaksin, membuat warga gagal mendapatkan vaksin dosis kedua. Seperti yang dialami sejumlah warga yang gagal mengikuti vaksin dosis kedua pada Rabu (14/7), dan Kamis (15/7).

dr Aris Yudhariansyah, Jubir Satgas Penanganan Covid-19 Sumut.

Mereka kecewa karena terpaksa harus pulang, padahal sudah tiba di lokasi vaksinasi. “Kata petugas stok vaksin tidak ada. Kami terpaksa pulang,” ujar Br Panjaitan yang datang untuk mengikuti vaksin di Puskesmas Raya, Jalan Rata bersama puluhan teman sekantornya.

Keterbatasan jumlah vaksin  membuat rentang dosis yang diterima warga melebihi anjuran Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), yakni 28 hari. Br Panjaitan mengkhawatirkan, bagaimana efektivitas vaksin pertama yang ia terima sebelumnya jika rentang antara vaksin pertama dan kedua lebih dari 28 hari. ‘’Kita khawatir apa dampaknya kalau tidak sesuai jadwal,” ujarnya.

Pengakuan yang sama disampaikan Br Purba. Ia seharusnya mengikuti vaksis dosis kedua di Puskesmas Bah Kapul, Jalan Viyata Yudha, Kamis (15/7). Kasusnya sama, ia terpaksa harus pulang karena stok vaksin habis.

Esok harinya, Jumat (16/7), ia kembali ke Puskesmas dengan harapan bisa mendapat layanan vaksinasi. Tetapi kembali tidak dapat dilayani. “Hari ini (kemarin) ada vaksin. Tapi khusus diberikan kepada orang-orang yang vaksin kedua hari ini. Saya coba tadi datang, tidak dilayani karena saya terjadwal vaksin kedua kemarin,” keluhnya.

Dia juga menyesalkan tidak adanya informasi tentang kepastian kepada mereka kapan mesti datang kembali untuk medapatkan vaksin. “Seharusnya ada pemberitahuan, sehingga kita tidak harus bolak-balik,” sebutnya. Intinya warga meminta kepastian kapan mereka bisa mendapat vaksin dosis kedua.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Pematangsiantar, Ronald Saragih ketika dikonfirmasi Sumut Pos membenarkan adanya keterbatasan stok vaksin tersebut di Pematangsiantar. “Memang benar. Stok terbatas. Saya rasa tidak hanya di Siantar, tapi di daerah lain juga,” ujarnya.

Dikatakannya, stok yang tersedia kemarin (16/7), dikhususkan untuk warga yang mendapat jadwal vaksin kemarin. “Yang tiba kemarin untuk warga yang terjadwal vaksin kemarin. Yang tertuda sebelumnya, menunggu pasokan stok berikutnya,” jelasnya.

Alasannya, agar terstruktur. “Sehingga datanya nanti tidak kacau. Jadi memang kita berlakukan seperti itu,” lanjutnya.

Menanggapi hal ini, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan Sumut sekaligus Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Sumut, Aris Yudhariansyah mengatakan, kebutuhan vaksin tergantung dari alokasi yang didistribusikan Kementerian Kesehatan. “Yang menetapkan target itukan pusat. Satu hari itu umpamanya kita (daerah) ditarget vaksinasi 65 ribu, tapi yang dikirim cuma 1.000, tentu kan kurang,” katanya menjawab Sumut Pos, Kamis (15/7).

Menurutnya, yang penting dilakukan saat ini oleh seluruh pemda di Sumut, jangan panik yang berlebihan atas persoalan dimaksud. Pihaknya juga senantiasa berkomunikasi dengan Kemenkes dalam hal kebutuhan dosis vaksin untuk seluruh wilayah di Sumut. “Secara teori, harusnya bisa untuk dua kali suntik (vaksin yang diberikan kepada masyarakat harus ada). Namun persoalan yang begini ini, tidak hanya terjadi di Siantar. Di semua daerah tidak hanya Sumut juga sama masalahnya. Karena kita tergantung alokasi dari pusat,” kata mantan Kadinkes Asahan tersebut.

Aris mengimbau agar warga jangan panik. ‘’Jadi jangan panik kita,’’sebutnya.

Anggota DPRD Sumut, Zeira Salim Ritonga mengatakan, masalah kekosongan stok vaksin di Kota Siantar harus menjadi atensi pihak terkait yaitu pemerintah daerah dan pusat. “Jangan sampai ketika pemerintah mengimbau seluruh masyarakat melakukan vaksin malah ketersediannya saat ini susah didapat,” katanya.

Apalagi imbuh dia, pemerintah pusat menganjurkan agar vaksin pertama dan kedua harus dari mereka yang sama. Sebab dikhawatirkan akan terjadi masalah pada si pengguna. “Karenanya kita meminta agar satgas setempat proaktif dalam ketersedian vaksin dan obat-obat medis untuk Covid-19 ini. Bagaimana bisa Covid dapat dikendalikan sementara ketersedian akan obat-obatan Covid-19 tidak bisa diakses masyarakat,” pungkasnya.

Lantaran penerima vaksin diberikan dua dosis vaksin dengan rentang waktu yang berbeda, bagaimana jika ada penerima vaksin yang melakukan vaksinasi dosis kedua tidak sesuai jadwal? Juru Bicara Vaksinasi Penanganan Covid-19 dr Siti Nadia Tarmizi mengatakan, waktu toleransi kepada penerima vaksin yakni 7-10 hari. Namun, ia menganjurkan kepada masyarakat untuk melakukan vaksinasi sesuai jadwal yang telah diberikan petugas vaksin. (Waktu toleransinya) bisa sampai 7-10 hari, tetapi seharusnya tetap sesuai jadwal karena kan respons orang berbeda-beda,” ujar Nadia.

Menurutnya, respons yang terjadi jika seseorang terlambat atau mendahului dari jadwal vaksinasi bisa menyebabkan vaksin menjadi tidak optimal. “Kan titer antibodi yang terbentuk jadi tidak optimal. Akibatnya perlindungannya tidak sampai 95 persen,” lanjut dia.

Nadia juga menambahkan, menurut hasil uji klinis, sudah ditentukan bahwa pada hari ke-28 adalah angka titer antibodi tertinggi yang nantinya akan menurun setelah 7-10 hari kemudian. Ahli patologi klinis Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta Tonang Dwi Ardyanto mengatakan, tubuh akan melakukan pengenalan setelah suntikan dosis pertama vaksin. Kemudian, sel plasma dan sel-B memori akan terbentuk dengan cepat. “Sel plasma ini yang dengan cepat membentuk antibodi. Tapi, karena baru pengenalan awal, sel plasma yang terbentuk ini bekerja singkat,” kata Tonang.

Pada hari-7, sel plasma mulai ada dan hari ke-10 sampai hari ke-12 mulai terbentuk antibodi. Setelah itu, antibodi akan turun. Oleh karena itu, kondisi sebelum dan sementara waktu setelah divaksin sama saja. “Sampai nanti saatnya tercapai titer antibodi optimal, baru ada beda kondisi. Maka risiko terinfeksi sebelum dan sementara waktu setelah divaksin, pada dasarnya sama saja,” kata dia.

Selanjutnya, saat antibodi sudah turun dan hampir habis, itu merupakan waktu yang tepat untuk pemberian vaksin dosis kedua. Sebab, suntikan dosis kedua vaksin saat antibodi masih tinggi justru akan berdampak pada efektivitas vaksin yang berkurang. Tonang menjelaskan, sel-B memori sudah terbentuk dari suntikan pertama, dengan cepat berproliferasi menjadi sel plasma dalam jumlah besar “Kemampuan sel plasma hasil dari sel-B memori ini besar sehingga dengan cepat membentuk antibodi dalam jumlah besar,” jelas dia.

Pola itu yang diharapkan terjadi pada pemberian suntikan vaksin dengan 2 dosis berjeda waktu tertentu,” lanjut Tonang. Ia menambahkan, besaran dosis dan jeda pemberian ini ditentukan dari hasil uji klinis untuk mencari kombinasi yang optimal. Pengujian juga diperlukan dalam mengukur waktu yang dibutuhkan untuk mencapai titer antibodi optimal setelah pemberian dosis kedua. (prn/sih/kpc)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/