30 C
Medan
Saturday, September 28, 2024

Taman Simalem Resort Tingkatkan Kesejahteraan Petani Karo

ISTIMEWA
PANEN: Petani organik binaan Taman Simalem Resort memanen sawi di areal kebun Desa Mulia Rakyat, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo, baru-baru ini.

KARO, SUMUTPOS.CO – Sebagai wujud kepedulian untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat lingkungan sekitar di Kabupaten Karo, Taman Simalem Resort membina kelompok tani di beberapa desa. Pembinaan sektor pertanian yang dilakukan ini dengan menerapkan sistem organik.

Satu kelompok tani yang dibina adalah Kelompok Tani Organik Indah Lestari di Desa Mulia Rakyat, Kecamatan Merek. Kelompok tani ini beranggotakan 16 orang.

Pembina Kelompok Tani Organik Indah Lestari, Marsion Situngkir mengungkapkan, ada 58 jenis tanaman sayuran dan buah yang dibudidayakan dengan sistem organik. Seperti pakchoi, kol, brokoli, cabai hijau dan merah, wortel, lobak, daun bawang, bawang merah dan putih, sawi, tomat, kentang, jagung, serta sayuran komersil lainnya, yang bernilai jual cukup tinggi. Sedangkan tanaman buah di antaranya markisa, alpukat, biwa, pepino, dan sebagainya.

“Petani yang dibina dalam kelompok ini disubsidi oleh Taman Simalem Resort, mulai benih tanaman, pupuk kompos dari kotoran ayam dan sapi, pestisida alami, hingga proses penjualan hasil pertanian. Para pertani hanya menyediakan tanah atau lahan dan tenaga saja,” ungkap Marsion baru-baru ini.

Marsion juga menyebutkan, selain memberi subsidi tersebut, para petani organik binaan Taman Simalem Resort juga diberi bimbingan dan evaluasi. Artinya, mereka tidak dilepas begitu saja. “Kebiasaan petani, kalau sudah musim panen mereka lebih memilih jeda sementara waktu dan tidak menanam lagi. Padahal, seharusnya tidak seperti itu. Makanya, mereka dibina supaya disiplin dan mengubah pola pikirnya, kalau sudah panen harus segera menanam lagi. Selain itu, juga diajarkan bagaimana membuat bibit sendiri,” sebutnya.

Lebih lanjut Marsion menjelaskan, budidaya dengan sistem organik ini murni mengandalkan bahan-bahan alami ramah lingkungan. Pestisida yang digunakan berasal dari tanaman yang tidak diganggu hama dan kemudian diolah. “Kelompok tani di Desa Mulia Rakyat sudah dibina sejak awal 2012 dengan luas lahan satu hektare. Saat ini terus bertambah di desa lainnya, yakni Desa Regaji, Aek Popo, Pangambetan, Naga Liga, dan Aek Hotang dengan luas lahan keseluruhan sekitar 5 hektare,” terangnya.

Marsion juga mengatakan, para petani panen biasanya 3 kali seminggu, Senin, Rabu dan Jumat. Hasil panen sekitar satu hingga 1,5 ton. Namun, ada juga yang panen sampai 40 hari seperti sawi manis, kentang, dan kol 3 bulan lebih, serta jagung 5 bulan. “Hasil panen petani dijual kepada Taman Simalem Resort dengan harga sesuai kesepakatan. Artinya, sejak awal sudah dilakukan, seperti kontrak harga, misalnya cabai merah Rp15 ribu per kilogram dan bawang merah Rp25 ribu per kilogram. Harga jual di petani stabil, baik itu ketika anjlok harga di pasaran, maupun lagi melonjak,” bebernya.

Direction of Operation Taman Simalem Resort Bernard Tay, melalui Farm Advisor, Frits H Silalahi menuturkan, hasil panen petani tak hanya ditampung oleh Taman Simalem Resort, melainkan juga dipasarkan ke pasar modern yang sudah melakukan kerja sama. Bahkan, disuplai ke beberapa kota dan provinsi lain, seperti Medan, Jakarta, Palangkaraya, Pekanbaru, hingga Batam. “Rencananya 2019 mau diekspor ke Malaysia dan Singapura. Kini sedang proses penjajakan,” ujarnya.

Menurut Frits, tujuan dari dibinanya para petani tersebut untuk membantu masyarakat sekitar agar hidup lebih sejahtera. Selain itu, untuk jangka panjang keberadaan sektor pertanian di kabupaten tersebut. “Pertanian organik yang diterapkan sudah mendapat sertifikat dari Lembaga Sertifikasi Organik Seluliman (LeSOS), dan bahkan satu-satunya di Sumut. Hal ini berarti Taman Simalem Resort benar-benar serius mengembangkan potensi daerah untuk mendukung pembangunan lewat pemberdayaan masyarakat dan sektor pariwisata,” katanya.

Dia menambahkan, Taman Simalem Resort tidak hanya menawarkan keindahan alam yang menjadi andalan. Namun, juga sektor agribisnis menjadi satu nilai jual yang ditawarkan kepada pengunjung, baik dalam maupun luar negeri. “Benih dan bibit yang digunakan sebagian masih didatangkan dari luar negeri untuk tanaman tertentu, seperti pakchoy. Tapi, ke depan semua benih dan bibit yang akan digunakan dari dalam negeri,” imbuh Frits.

Sementara, seorang anggota Kelompok Tani Organik Indah Lestari, Serta Boru Tarigan (54) mengaku, sangat terbantu kehidupannya menjadi petani binaan Taman Simalem Resort. Dia tak perlu repot lagi mau menjual hasil panen karena langsung dijemput. Petani hanya modal tenaga dan lahan. “Terus terang dengan keberadaan Taman Simalem Resort, warga yang tinggal di Kecamatan Merek sangat terbantu, asalkan mau kerja dan disiplin. Dulu sewaktu belum jadi mitra hanya Rp300 ribu per pekan penghasilan dari hasil panen. Tapi sekarang, setelah bergabung per pekan bisa meraup hasil Rp1 juta hingga Rp1,2 juta. Kalau dihitung-hitung, sebulan kurang lebih bisa dapat Rp4 juta,” sebut Serta, seorang petani, yang kini mampu membiayai pendidikan seorang anaknya hingga ke perguruan tinggi.

Tak jauh beda disampaikan petani lainnya, Agus Suwanto Munthe. Agus merupakan petani binaan yang memiliki lahan di Desa Pangambatan. “Saya sudah 3 tahun menjadi mitra, dan sebulan dari hasil panen bisa dapat Rp3,5 juta,” kata Agus yang menanam brokoli, kacang tanah, cabai merah, sawi putih dan beberapa tanaman lainnya. (azw/saz)

 

ISTIMEWA
PANEN: Petani organik binaan Taman Simalem Resort memanen sawi di areal kebun Desa Mulia Rakyat, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo, baru-baru ini.

KARO, SUMUTPOS.CO – Sebagai wujud kepedulian untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat lingkungan sekitar di Kabupaten Karo, Taman Simalem Resort membina kelompok tani di beberapa desa. Pembinaan sektor pertanian yang dilakukan ini dengan menerapkan sistem organik.

Satu kelompok tani yang dibina adalah Kelompok Tani Organik Indah Lestari di Desa Mulia Rakyat, Kecamatan Merek. Kelompok tani ini beranggotakan 16 orang.

Pembina Kelompok Tani Organik Indah Lestari, Marsion Situngkir mengungkapkan, ada 58 jenis tanaman sayuran dan buah yang dibudidayakan dengan sistem organik. Seperti pakchoi, kol, brokoli, cabai hijau dan merah, wortel, lobak, daun bawang, bawang merah dan putih, sawi, tomat, kentang, jagung, serta sayuran komersil lainnya, yang bernilai jual cukup tinggi. Sedangkan tanaman buah di antaranya markisa, alpukat, biwa, pepino, dan sebagainya.

“Petani yang dibina dalam kelompok ini disubsidi oleh Taman Simalem Resort, mulai benih tanaman, pupuk kompos dari kotoran ayam dan sapi, pestisida alami, hingga proses penjualan hasil pertanian. Para pertani hanya menyediakan tanah atau lahan dan tenaga saja,” ungkap Marsion baru-baru ini.

Marsion juga menyebutkan, selain memberi subsidi tersebut, para petani organik binaan Taman Simalem Resort juga diberi bimbingan dan evaluasi. Artinya, mereka tidak dilepas begitu saja. “Kebiasaan petani, kalau sudah musim panen mereka lebih memilih jeda sementara waktu dan tidak menanam lagi. Padahal, seharusnya tidak seperti itu. Makanya, mereka dibina supaya disiplin dan mengubah pola pikirnya, kalau sudah panen harus segera menanam lagi. Selain itu, juga diajarkan bagaimana membuat bibit sendiri,” sebutnya.

Lebih lanjut Marsion menjelaskan, budidaya dengan sistem organik ini murni mengandalkan bahan-bahan alami ramah lingkungan. Pestisida yang digunakan berasal dari tanaman yang tidak diganggu hama dan kemudian diolah. “Kelompok tani di Desa Mulia Rakyat sudah dibina sejak awal 2012 dengan luas lahan satu hektare. Saat ini terus bertambah di desa lainnya, yakni Desa Regaji, Aek Popo, Pangambetan, Naga Liga, dan Aek Hotang dengan luas lahan keseluruhan sekitar 5 hektare,” terangnya.

Marsion juga mengatakan, para petani panen biasanya 3 kali seminggu, Senin, Rabu dan Jumat. Hasil panen sekitar satu hingga 1,5 ton. Namun, ada juga yang panen sampai 40 hari seperti sawi manis, kentang, dan kol 3 bulan lebih, serta jagung 5 bulan. “Hasil panen petani dijual kepada Taman Simalem Resort dengan harga sesuai kesepakatan. Artinya, sejak awal sudah dilakukan, seperti kontrak harga, misalnya cabai merah Rp15 ribu per kilogram dan bawang merah Rp25 ribu per kilogram. Harga jual di petani stabil, baik itu ketika anjlok harga di pasaran, maupun lagi melonjak,” bebernya.

Direction of Operation Taman Simalem Resort Bernard Tay, melalui Farm Advisor, Frits H Silalahi menuturkan, hasil panen petani tak hanya ditampung oleh Taman Simalem Resort, melainkan juga dipasarkan ke pasar modern yang sudah melakukan kerja sama. Bahkan, disuplai ke beberapa kota dan provinsi lain, seperti Medan, Jakarta, Palangkaraya, Pekanbaru, hingga Batam. “Rencananya 2019 mau diekspor ke Malaysia dan Singapura. Kini sedang proses penjajakan,” ujarnya.

Menurut Frits, tujuan dari dibinanya para petani tersebut untuk membantu masyarakat sekitar agar hidup lebih sejahtera. Selain itu, untuk jangka panjang keberadaan sektor pertanian di kabupaten tersebut. “Pertanian organik yang diterapkan sudah mendapat sertifikat dari Lembaga Sertifikasi Organik Seluliman (LeSOS), dan bahkan satu-satunya di Sumut. Hal ini berarti Taman Simalem Resort benar-benar serius mengembangkan potensi daerah untuk mendukung pembangunan lewat pemberdayaan masyarakat dan sektor pariwisata,” katanya.

Dia menambahkan, Taman Simalem Resort tidak hanya menawarkan keindahan alam yang menjadi andalan. Namun, juga sektor agribisnis menjadi satu nilai jual yang ditawarkan kepada pengunjung, baik dalam maupun luar negeri. “Benih dan bibit yang digunakan sebagian masih didatangkan dari luar negeri untuk tanaman tertentu, seperti pakchoy. Tapi, ke depan semua benih dan bibit yang akan digunakan dari dalam negeri,” imbuh Frits.

Sementara, seorang anggota Kelompok Tani Organik Indah Lestari, Serta Boru Tarigan (54) mengaku, sangat terbantu kehidupannya menjadi petani binaan Taman Simalem Resort. Dia tak perlu repot lagi mau menjual hasil panen karena langsung dijemput. Petani hanya modal tenaga dan lahan. “Terus terang dengan keberadaan Taman Simalem Resort, warga yang tinggal di Kecamatan Merek sangat terbantu, asalkan mau kerja dan disiplin. Dulu sewaktu belum jadi mitra hanya Rp300 ribu per pekan penghasilan dari hasil panen. Tapi sekarang, setelah bergabung per pekan bisa meraup hasil Rp1 juta hingga Rp1,2 juta. Kalau dihitung-hitung, sebulan kurang lebih bisa dapat Rp4 juta,” sebut Serta, seorang petani, yang kini mampu membiayai pendidikan seorang anaknya hingga ke perguruan tinggi.

Tak jauh beda disampaikan petani lainnya, Agus Suwanto Munthe. Agus merupakan petani binaan yang memiliki lahan di Desa Pangambatan. “Saya sudah 3 tahun menjadi mitra, dan sebulan dari hasil panen bisa dapat Rp3,5 juta,” kata Agus yang menanam brokoli, kacang tanah, cabai merah, sawi putih dan beberapa tanaman lainnya. (azw/saz)

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/