Aktifkan PJJ Luring dengan MIKiR dan PIT
MEDAN, SUMUTPOS.CO – Globalisasi memiliki dampak positif dan negatif bagi masyarakat dan negara. Bagaimana cara mengantisipasi dampak negatif globalisasi? Dan apa saja upaya-upaya yang bisa didilakukan remaja dalam menghadapi globalisasi di kehidupan sehari-hari?

Dua pertanyaan itu diajukan Watini SPd, guru mata pelajaran IPS kepada anak-anak didiknya di SMPN 2 Air Joman, Kabupaten Asahan, untuk materi ajar globalisasi dengan sub materi ‘Dampak Globalisasi,’ belum lama ini.
“Dua pertanyaan itu saya rancang untuk merangsang siswa belajar aktif di rumah selama Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di tengah pandemi Covid-19. PJJ dilakukan sebagai bagian dari disiplin protokol kesehatan menjaga jarak dan menjauhi kerumunan,” kata Watini kepada Sumut Pos, Rabu (16/12).
Kedua pertanyaan itu dirancang dengan menerapkan konsep MIKiR, yakni pertama Mengalami (M) yaitu melakukan kegiatan (doing) dan/atau mengamati (observing) terkait dengan materi pembelajaran. Kedua, Interaksi (I) yaitu proses pertukaran ‘gagasan’ antar dua orang atau lebih. Ketiga Komunikasi (Ki), yaitu proses penyampaian gagasan/pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada orang lain. Dan keempat, Refleksi (R) yaitu proses memikirkan makna dari belajar yang dialami, baik yang terkait materi yang dipelajari maupun pengalaman belajarnya.
“Konsep MIKiR saya dapat saat mengikuti pelatihan sebagai Fasda Pembelajaran Kabupaten Asahan dari Tanoto Foundation. Dengan konsep itu, murid kita rangsang untuk berpikir dengan memberi pertanyaan: Apa yang saya pelajari hari ini? Apa manfaat dari yang saya pelajari ini? Bagaimana proses belajar saya tadi? Apa lagi yang ingin saya pelajari?,” jelas Watini panjang lebar.
Sebenarnya, konsep pelatihan yang diterimanya saat itu untuk praktik pembelajaran tatap muka. Tapi karena pandemi melanda, dirinya berusaha tetap menerapkan konsep MIKiR yang dapat mengaktifkan belajar siswa di rumah.
“Awalnya, saya mengarahkan mereka untuk membaca buku paket yang sudah dibagikan di awal tahun pelajaran. Kemudian, saya memberikan artikel yang berhubungan dengan dampak globalisasi untuk dibaca peserta didik. Barulah saya susun pertanyaan untuk memunculkan unsur PIT (Produktif, Imajinatif, dan Terbuka),” cetusnya kalem.
Pertanyaan produktif adalah pertanyaan yang mendorong siswa melakukan kegiatan terlebih dahulu untuk memperoleh jawabannya.
Pertanyaan imajinatif merupakan pertanyaan yang jawabannya tidak tampak pada materi, tetapi merupakan hasil imajinasi peserta didik.
Sedangkan pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang mempunyai lebih dari 1 jawaban benar.
“Selanjutnya, saya mengimbau peserta didik agar mendiskusikan jawaban bersama orangtuanya,” katanya lagi.
Salahseorang peserta didik bernama Dinda Dea, memberi jawaban yang dinilainya menarik atas kedua pertanyaan yang diberikannya.
“Untuk mengantisipasi dampak negatif globalisasi, kita perlu belajar lebih giat lagi, berfikir cerdas agar dapat bersaing menghadapi globalisasi di masa mendatang. Sedangkan upaya yang dapat dilakukan seorang remaja untuk menghadapi globalisasi, adalah dengan mencintai produk-produk dalam negeri, agar tidak mematikan produksi dalam negeri. Kedua, menyaring budaya asing yang masuk ke Indonesia dengan memperkokoh nilai, norma dan keyakinan agama,” kata Dinda Dea, seperti ditirukan Watini.
Peserta didik lain bernama Alfarizi menjawab, seorang remaja harus mampu memfilter budaya- budaya luar yang diterima akibat globalisasi. “Dampak positif globalisasi harus kita manfaatkan dengan sebaik- baiknya, sedangkan dampak negatif dapat ditangkis dengan cara meningkatkan keimanan serta moralitas kita,” kata Alfarizi.
Jawaban-jawaban menarik dari para anak didiknya tentang cara menghadapi globalisasi, yakni tidak membiasakan hidup bermewah-mewah, tidak bergantung pada produk asing, tidak meninggalkan sejarah, membedakan mana yang baik dan buruk untuk diikuti, mengembangkan potensi pariwisata dalam negeri, dan melestarikan adat istiadat dan budaya daerah.
Jawaban-jawaban anak didiknya itu dinilai Watini menunjukkan para siswa cukup produktif, imajinatif, dan terbuka. Artinya, konsep pembelajaran MIKiR yang diterapkannya tetap berhasil, meski siswa belajar di rumah.
“Jawaban peserta didik menunjukkan mereka sudah melaksanakan pembelajaran secara kontekstual. Selain dapat memahami materi pelajaran, mereka juga akan berusaha mengubah perilakunya dalam menghadapi globalisasi,” kata Watini, dengan wajah berbinar.
Dari LKPD yang dirancangnya untuk PJJ, ia berharap peserta didik dapat melaksanakan pembelajaran secara aktif. Mulai dari membaca buku dan artikel terkait materi (mengalami), berdiskusi dengan oang tuanya saat menjawab pertanyaan (interaksi), mengumpul LKPD yang sudah dikerjakan ke sekolah (komunikasi). Dan setelah LKPD dikoreksi dan diinformasikan kepada peserta didik, mereka akan merefleksi dirinya sendiri sejauh mana materi pelajaran tersebut dapat dipahaminya (refleksi). (mea/azw)