25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Wawancara Razman: Saya Ngurusi Orang Kasmaran

Razman Arif Nasution. Foto: dok.Jawa Pos
Razman Arif Nasution. Foto: dok.Jawa Pos

RAZMAN Arif Nasution menyatakan pengunduran dirinya sebagai kuasa hukum Gubernur Sumut Gatot Pujo Nugroho dan Evy Susanti sudah final. Mantan pengacara Komjen Budi Gunawan itu pun blak-blakan ditanya pengalamannya selama mendampingi dua kliennya itu.

Berikut wawancara wartawan SUMUT POS, Soetomo Samsu, dengan Razman Arif, di Jakarta, Selasa (18/8).

T: Apa yang Anda rasakan selama menjadi kuasa hukum Pak Gatot dan Bu Evy?
J: Saya merasa, selama mendampingi beliau berdua ini, bukan saja sebagai penasihat hukum, tapi juga seperti menjadi penasihat orang yang sedang kasmaran, antara Romeo dan Juliet. Ini perasaan saya ya, bukan tuduhan.

T: Seperti apa sih hubungan asmara keduanya?
J: Ya menurut saya tidak penting, menurut mereka penting. Misalnya Bu Evy tanya, “Bagaimana keadaan Bapak di sana (Gatot di rutan Cipinang, red). Bagaimana belanjanya? Bagaimana makannya?”. Pak Gatot sebaliknya, tanya,” Bagaimana kabar Ibu? (Evy di rutan KPK, red). Mandinya air dingin ya?” Yang kayak gitu-gitu kan pusing saya. Di mana pun, namanya penjara, ya tak mungkin enak. Kalau enak bukan penjara, bukan tahanan namanya.

T: Itu juga menjadi alasan pengunduran diri Anda?
J: Ya mestinya, hukum ya hukum. Asmara ya asmara. Kalau hukum campur dengan asmara, ya susah. Saran saya, Pak Gatot mestinya bisa menempatkan diri sebagai gubernur yang punya kharisma, meski sedang menghadapi masalah hukum. Beliau harusnya fight menghadapi kasus hukumnya, jangan cengeng, hanya mendengar apa perkataan Ibu Evy.

T: Jadi begitu kental urusan asmaranya?
J: Begitulah. Yang ditanya bagaimana kesehatan Ibu Evy, bagaimana di kamarnya (ruang tahanan, red). Bagaimana saya harus menghubungkan keduanya. Jadi, pekerjaan saya melebihi dari obyek pekerjaan saya. Pak Gubernur harus menunjukkan kewibawaannya sebagai pejabat negara.

Razman Arif Nasution. Foto: dok.Jawa Pos
Razman Arif Nasution. Foto: dok.Jawa Pos

RAZMAN Arif Nasution menyatakan pengunduran dirinya sebagai kuasa hukum Gubernur Sumut Gatot Pujo Nugroho dan Evy Susanti sudah final. Mantan pengacara Komjen Budi Gunawan itu pun blak-blakan ditanya pengalamannya selama mendampingi dua kliennya itu.

Berikut wawancara wartawan SUMUT POS, Soetomo Samsu, dengan Razman Arif, di Jakarta, Selasa (18/8).

T: Apa yang Anda rasakan selama menjadi kuasa hukum Pak Gatot dan Bu Evy?
J: Saya merasa, selama mendampingi beliau berdua ini, bukan saja sebagai penasihat hukum, tapi juga seperti menjadi penasihat orang yang sedang kasmaran, antara Romeo dan Juliet. Ini perasaan saya ya, bukan tuduhan.

T: Seperti apa sih hubungan asmara keduanya?
J: Ya menurut saya tidak penting, menurut mereka penting. Misalnya Bu Evy tanya, “Bagaimana keadaan Bapak di sana (Gatot di rutan Cipinang, red). Bagaimana belanjanya? Bagaimana makannya?”. Pak Gatot sebaliknya, tanya,” Bagaimana kabar Ibu? (Evy di rutan KPK, red). Mandinya air dingin ya?” Yang kayak gitu-gitu kan pusing saya. Di mana pun, namanya penjara, ya tak mungkin enak. Kalau enak bukan penjara, bukan tahanan namanya.

T: Itu juga menjadi alasan pengunduran diri Anda?
J: Ya mestinya, hukum ya hukum. Asmara ya asmara. Kalau hukum campur dengan asmara, ya susah. Saran saya, Pak Gatot mestinya bisa menempatkan diri sebagai gubernur yang punya kharisma, meski sedang menghadapi masalah hukum. Beliau harusnya fight menghadapi kasus hukumnya, jangan cengeng, hanya mendengar apa perkataan Ibu Evy.

T: Jadi begitu kental urusan asmaranya?
J: Begitulah. Yang ditanya bagaimana kesehatan Ibu Evy, bagaimana di kamarnya (ruang tahanan, red). Bagaimana saya harus menghubungkan keduanya. Jadi, pekerjaan saya melebihi dari obyek pekerjaan saya. Pak Gubernur harus menunjukkan kewibawaannya sebagai pejabat negara.

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/