26 C
Medan
Sunday, June 30, 2024

Bandara KNO Jadi Pusat Perkantoran, Komersial, dan Industri

AMINOER RASYID/SUMUT POS MEGAH: Sejumlah calon penumpang berjalan di areal Bandara Internasional Kualanamu, belum lama ini.
AMINOER RASYID/SUMUT POS
MEGAH: Sejumlah calon penumpang berjalan di areal Bandara Internasional Kualanamu, belum lama ini.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Pengembangan Kualanamu sebagai kawasan aerotropolis akan sinergi dengan pengembangan Kawasan Strategis Nasional Medan Binjai Deli Serdang dan Karo serta Program Masterplan Perluasan Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Bandara tersebut akan terintegrasi dengan pelabuhan Belawan di Medan dan Pelabuhan Kuala Tanjung.

Demikian terungkap dalam Seminar Membangun Daya Saing Sumatera Utara melalui Pengembangan Aetropolis Kualanamu, Kamis (18/9) di Hotel JW Marriott, Medan. Seminar dibuka Gubsu H T Erry Nuradi dan dihadiri Direktur Utama Angkasa Pura II Tri Sunoko, Ketua Kadin SUmut Ivan Iskandar Batubara dan para stakeholder dari kalangan perguruan tinggi dan instansi terkait.

Adapun dalam konsep aerotropolis, Kualanamu akan dikembangkan menjadi pusat kegiatan yang dikelilingi oleh berbagai fasilitas pendukung yang terletak di dalam bandara atau di luar pagar. Di antaranya perkantoran, penginapan, area komersial, hiburan, pendidikan, layanan kesehatan berkelas, dan berbagai kawasan industri.

Wakil Gubsu mengatakan pengembangan bandara kualanamu sebagai aerotropolis sejalan dengan program pengembangan Sumut sebagai salah satu koridor ekonomi MP3EI dan pengembangan kawasan strategis nasional lainnya diantaranya Mebidangro.

Secara teknis, kata Erry, Kualanamu lebih mudah dikembangkan karena lahannya sudah dikelola oleh PT AP II. Sementara di luar areal yang dikelola PT AP II, masih tersedia lahan dengan luas yang memungkinkan dan dikelola oleh PTPN sehingga lebih memudahkan dalam koordinasi.

Direktur Utama Angkasa Pura (AP) II (Persero), Tri Sunoko mengatakan konsep model Aetropolis KNIA tidak akan mengulangi kesalahan seperti Bandara Cengkareng. “Konsep KNIA ini melihat Cengkareng yang bermasalah. Apa kita mau mengulangi lagi, tidak memikirkan jalan, akses, infrastruktur. Semua harus terstruktur dengan baik,” ujarnya.

Menurutnya, ini semua ini berangkat dari tata ruang terlebih dahulu. Konsepnya, ucapnya, harus jelas antara zonasi industri, pemukiman, akses jalan. “PT Angkasa Pura II akan mengembangkan Bandara Internasional Kualanamu menjadi kawasan aerotropolis yang terintegrasi dengan Pelabuhan Belawan di Medan dan Pelabuhan Kuala Tanjung,” ucapnya.

Sekarang ini, kawasan di KNIA yang akan menjadi Aerotropolis memang belum apa-apa. Dengan adanya tata ruang, maka mereka yang ingin berencana melakukan investasi sudah lebih gampang. Kalau sudah sepaham, semua akan antusias.

“Kalau Aerotropolis KNIA ini bisa terjadi maka akan jadi contoh untuk provinsi lainnya,” ucapnya.

Selain itu, lanjut Sunoko, konsep Aerotropolis KNIA bisa sudah terjadi maka serapan tenaga kerja juga akan terjadi, mulai dari tenaga kerja yang memiliki middle skill sampai up skill. Sukono optimis Aerotropolis juga akan meningkatkan perekonomian Sumut dan Kabupaten Deli Serdang baik di sektor agribisnis, kedatangan turis, dan sektor industri.

Sunoko juga menjelaskan Bandara KNO pada tahap I pembangunannya memiliki luas 1.365 hektare dengan runway berukuran 3.750×60 meter dan parallel taxiway berukuran 3.750×30 dan 2.000×30 meter. Untuk luas apron mencapai 200.000 meter persegi dan luas terminal 118.930 meter persegi dengan kapasitas 8 juta penumpang per tahun.

KNIA juga sudah dibangun kawasan pergudangan kargo seluas 13.000 meter persegi dan area parkir kendaraan seluas 50.820 meter persegi. (rel/mea)

AMINOER RASYID/SUMUT POS MEGAH: Sejumlah calon penumpang berjalan di areal Bandara Internasional Kualanamu, belum lama ini.
AMINOER RASYID/SUMUT POS
MEGAH: Sejumlah calon penumpang berjalan di areal Bandara Internasional Kualanamu, belum lama ini.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Pengembangan Kualanamu sebagai kawasan aerotropolis akan sinergi dengan pengembangan Kawasan Strategis Nasional Medan Binjai Deli Serdang dan Karo serta Program Masterplan Perluasan Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Bandara tersebut akan terintegrasi dengan pelabuhan Belawan di Medan dan Pelabuhan Kuala Tanjung.

Demikian terungkap dalam Seminar Membangun Daya Saing Sumatera Utara melalui Pengembangan Aetropolis Kualanamu, Kamis (18/9) di Hotel JW Marriott, Medan. Seminar dibuka Gubsu H T Erry Nuradi dan dihadiri Direktur Utama Angkasa Pura II Tri Sunoko, Ketua Kadin SUmut Ivan Iskandar Batubara dan para stakeholder dari kalangan perguruan tinggi dan instansi terkait.

Adapun dalam konsep aerotropolis, Kualanamu akan dikembangkan menjadi pusat kegiatan yang dikelilingi oleh berbagai fasilitas pendukung yang terletak di dalam bandara atau di luar pagar. Di antaranya perkantoran, penginapan, area komersial, hiburan, pendidikan, layanan kesehatan berkelas, dan berbagai kawasan industri.

Wakil Gubsu mengatakan pengembangan bandara kualanamu sebagai aerotropolis sejalan dengan program pengembangan Sumut sebagai salah satu koridor ekonomi MP3EI dan pengembangan kawasan strategis nasional lainnya diantaranya Mebidangro.

Secara teknis, kata Erry, Kualanamu lebih mudah dikembangkan karena lahannya sudah dikelola oleh PT AP II. Sementara di luar areal yang dikelola PT AP II, masih tersedia lahan dengan luas yang memungkinkan dan dikelola oleh PTPN sehingga lebih memudahkan dalam koordinasi.

Direktur Utama Angkasa Pura (AP) II (Persero), Tri Sunoko mengatakan konsep model Aetropolis KNIA tidak akan mengulangi kesalahan seperti Bandara Cengkareng. “Konsep KNIA ini melihat Cengkareng yang bermasalah. Apa kita mau mengulangi lagi, tidak memikirkan jalan, akses, infrastruktur. Semua harus terstruktur dengan baik,” ujarnya.

Menurutnya, ini semua ini berangkat dari tata ruang terlebih dahulu. Konsepnya, ucapnya, harus jelas antara zonasi industri, pemukiman, akses jalan. “PT Angkasa Pura II akan mengembangkan Bandara Internasional Kualanamu menjadi kawasan aerotropolis yang terintegrasi dengan Pelabuhan Belawan di Medan dan Pelabuhan Kuala Tanjung,” ucapnya.

Sekarang ini, kawasan di KNIA yang akan menjadi Aerotropolis memang belum apa-apa. Dengan adanya tata ruang, maka mereka yang ingin berencana melakukan investasi sudah lebih gampang. Kalau sudah sepaham, semua akan antusias.

“Kalau Aerotropolis KNIA ini bisa terjadi maka akan jadi contoh untuk provinsi lainnya,” ucapnya.

Selain itu, lanjut Sunoko, konsep Aerotropolis KNIA bisa sudah terjadi maka serapan tenaga kerja juga akan terjadi, mulai dari tenaga kerja yang memiliki middle skill sampai up skill. Sukono optimis Aerotropolis juga akan meningkatkan perekonomian Sumut dan Kabupaten Deli Serdang baik di sektor agribisnis, kedatangan turis, dan sektor industri.

Sunoko juga menjelaskan Bandara KNO pada tahap I pembangunannya memiliki luas 1.365 hektare dengan runway berukuran 3.750×60 meter dan parallel taxiway berukuran 3.750×30 dan 2.000×30 meter. Untuk luas apron mencapai 200.000 meter persegi dan luas terminal 118.930 meter persegi dengan kapasitas 8 juta penumpang per tahun.

KNIA juga sudah dibangun kawasan pergudangan kargo seluas 13.000 meter persegi dan area parkir kendaraan seluas 50.820 meter persegi. (rel/mea)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/