30 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Petani di Sumut Lirik Budidaya Tanam Porang

MEDAN, SUMUTPOS.CO- Petani di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara (Sumut) mulai membudidayakan tanaman porang yang mirip dengan walur, suwek dan iles. Karena banyaknya permintaan dari negara luar akan jenis tumbuhan ini.

Tumbuhan ini, diketahui merupakan tanaman liar yang tumbuh di kawasan hutan. Saat ini menjadi komoditas ekspor unggulan ke Jepang dan Cina.

“Kalau kami masih order biji katak dari Jawa Timur, karena petani yang sudah menanam duluan di Sumatera Utara, seperti di Langkat, Asahan, Medan, Binjai dan Sidimpuan,” ungkap Sangkot, salah seorang petani dan penyedia bibit porang di Medan, Selasa (17/11).

Harga jual umbi porang sangat ini menggiurkan, mulai dari Rp 8.000, Rp 13.000 – Rp 15.000/kg (umbi porang basah). Sedangkan biji katak yang tumbuh dari ketiak daun pohon porang saat ini harganya melambung mencapai Rp 315.000 – Rp 350.000/kg, dari semula hanya Rp 90.000/kg. Biji katak ini sebagai bibit untuk ditanam menjadi umbi porang, selain dari biji bunga spora tanaman porang.

Umbi porang yang diracik berbentuk cips/lempengan dan diolah menjadi tepung porang memilik harga jual hingga lebih dari Rp 110.000/kg. Tepung porang ini bisa diolah menjadi berbagai produk makanan, seperti beras porang, mie sarataki, kosmetik, obat-obatan dan bahan perekat.

Atas hal itu, Sangkot mengatakan kalangan petani porang pemula di berbagai daerah di Sumatera Utara, umumnya masih membeli bibit biji katak dari Pulau Jawa dan Sulawesi, sebagai daerah penghasil porang pertama di tanah air.

“Yang tanamannya sudah panen biji katak setelah durman, mereka belum mau jual biji kataknya. Karena masih mau memperluas tanaman porang mereka,” tutur Sangkot.

Meski mahal dan sulit didapat, sebagian petani tergiur untuk mulai bertanam porang. Di Langkat saja, petani porang pemula sudah menyebar dan terpencil-pencil, seperti di Kecamatan Gebang, Pangkalan Susu, Stabat, Tanjung Putus Kecamatan Padang Tualang dan di Kecamatan Bahorok, Salapian Serta di Sei Lepan.

Menurut Masno, petani porang pemula di Desa Pasar Rawa, Kecamatan Gebang, Langkat, baru menanam uji coba di lahan hamparan terbuka di pinggiran pesisir pantai. Terlihat, tanaman porang yang ditanam dari biji katak mini sudah tumbuh sempurna dengan usia 14 hari.

“Bibit dari biji katak mini, size 400 – 700 biji/kg, ternyata di lahan terbuka/hamparan, biji katak tumbuh sempurna setelah 5 pekan ditabur dalam tanah,” tandasnya.(gus/ram)

MEDAN, SUMUTPOS.CO- Petani di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara (Sumut) mulai membudidayakan tanaman porang yang mirip dengan walur, suwek dan iles. Karena banyaknya permintaan dari negara luar akan jenis tumbuhan ini.

Tumbuhan ini, diketahui merupakan tanaman liar yang tumbuh di kawasan hutan. Saat ini menjadi komoditas ekspor unggulan ke Jepang dan Cina.

“Kalau kami masih order biji katak dari Jawa Timur, karena petani yang sudah menanam duluan di Sumatera Utara, seperti di Langkat, Asahan, Medan, Binjai dan Sidimpuan,” ungkap Sangkot, salah seorang petani dan penyedia bibit porang di Medan, Selasa (17/11).

Harga jual umbi porang sangat ini menggiurkan, mulai dari Rp 8.000, Rp 13.000 – Rp 15.000/kg (umbi porang basah). Sedangkan biji katak yang tumbuh dari ketiak daun pohon porang saat ini harganya melambung mencapai Rp 315.000 – Rp 350.000/kg, dari semula hanya Rp 90.000/kg. Biji katak ini sebagai bibit untuk ditanam menjadi umbi porang, selain dari biji bunga spora tanaman porang.

Umbi porang yang diracik berbentuk cips/lempengan dan diolah menjadi tepung porang memilik harga jual hingga lebih dari Rp 110.000/kg. Tepung porang ini bisa diolah menjadi berbagai produk makanan, seperti beras porang, mie sarataki, kosmetik, obat-obatan dan bahan perekat.

Atas hal itu, Sangkot mengatakan kalangan petani porang pemula di berbagai daerah di Sumatera Utara, umumnya masih membeli bibit biji katak dari Pulau Jawa dan Sulawesi, sebagai daerah penghasil porang pertama di tanah air.

“Yang tanamannya sudah panen biji katak setelah durman, mereka belum mau jual biji kataknya. Karena masih mau memperluas tanaman porang mereka,” tutur Sangkot.

Meski mahal dan sulit didapat, sebagian petani tergiur untuk mulai bertanam porang. Di Langkat saja, petani porang pemula sudah menyebar dan terpencil-pencil, seperti di Kecamatan Gebang, Pangkalan Susu, Stabat, Tanjung Putus Kecamatan Padang Tualang dan di Kecamatan Bahorok, Salapian Serta di Sei Lepan.

Menurut Masno, petani porang pemula di Desa Pasar Rawa, Kecamatan Gebang, Langkat, baru menanam uji coba di lahan hamparan terbuka di pinggiran pesisir pantai. Terlihat, tanaman porang yang ditanam dari biji katak mini sudah tumbuh sempurna dengan usia 14 hari.

“Bibit dari biji katak mini, size 400 – 700 biji/kg, ternyata di lahan terbuka/hamparan, biji katak tumbuh sempurna setelah 5 pekan ditabur dalam tanah,” tandasnya.(gus/ram)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/