27.8 C
Medan
Monday, May 20, 2024

Pekerja Kafe Lari Terbirit-birit

TEBINGTINGGI- Pemerintah Kota (Pemko) Tebingtinggi menggelar operasi penyakit masyarakat (pekat) di beberaoa lokasi, Kamis (18/4) sekitar pukul 00.00 WIB. Petugas gabungan yang terdiri dari Dinas Sosial Tenaga Kerja, Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), Polisi Militer, Polri dan Regu Taruna Siaga Bencana (Tagana) itu menjaring 19 pekerja seks komersial (PSK), dua waria, dan empat lelaki hidung belang.

TERJARING: Pulahan PSK diamankan  Kantor Dinas Sosial Tenaga Kerja Kota Tebingtinggi untuk dilakukan pendataan, Kamis (18/4) dini hari.//sopian/sumut pos
TERJARING: Pulahan PSK diamankan di Kantor Dinas Sosial Tenaga Kerja Kota Tebingtinggi untuk dilakukan pendataan, Kamis (18/4) dini hari.//sopian/sumut pos

Kadis Sosial Tenaga Kerja melalui Sekretarisnya Khairil Anwar Nasution didampinngi Kabid Pemberdayaan Sosial, Farida Hanum mengatakan pelaksanaan razia pekat digelar karena banyaknya laporan warga atas maraknya prostitusi di beberapa hotel kelas melati dan kafe-kafe di Kota Tebingtinggi. Selain itu razia juga dilaksanakan di beberapa lokasi kos-kosan yang diperkirakan dijadikan tempat maksiat.

“Sesuai visi Wali Kota Tebingtinggi untuk menjadikan Kota Tebingtinggi menjadi kota beriman, berahklaq dan bertaqwa. Makanya razia penyakit masyarakat ini akan tetap kami gelar secara berkelanjutan,” tegas Khairil kepada Sumut Pos.

Kata Khairil lagi, puluhan PSK, waria dan laki-laki hidung belang yang terjaring dalam operasi pekat diboyong ke Kantor Dinas Sosial Tenaga Kerja (Disnaker) Jalan Gununglauser Kota Tebingtinggi. Mereka didata kemudian diberikan penyuluhan.

Diakuinya Khairil, razia yang mereka lakukan hanya sebatas melakukan pembimbingan dan penyuluhan terhadap yang terjaring. Dengan perjanjian tidak akan mengulanginya lagi.

Seorang wanita yang terjaring, Julai Ulfa (28) mengaku baru dua bulan tinggal di Kota Tebingtinggi dan bekerja di kafe milik Pak Udin di Jalan AMD Kota Tebingtinggi, dia mengaku pada saat pengerebekan oleh petugas tidak melarikan diri. Sementara teman-temannya lari terbirit-birit menuju semak-semak dan kebun sawit untuk menghindari penangkapan petugas.

“Saya hanya sebagai pelayan kafe, saya tidak lari, saat pemeriksaan petugas, memang kartu identitas tidak ada karena tertinggal di kampung,” ujar Julai janda anak dua yang mengaku berasal dari Aceh.  (ian)

TEBINGTINGGI- Pemerintah Kota (Pemko) Tebingtinggi menggelar operasi penyakit masyarakat (pekat) di beberaoa lokasi, Kamis (18/4) sekitar pukul 00.00 WIB. Petugas gabungan yang terdiri dari Dinas Sosial Tenaga Kerja, Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), Polisi Militer, Polri dan Regu Taruna Siaga Bencana (Tagana) itu menjaring 19 pekerja seks komersial (PSK), dua waria, dan empat lelaki hidung belang.

TERJARING: Pulahan PSK diamankan  Kantor Dinas Sosial Tenaga Kerja Kota Tebingtinggi untuk dilakukan pendataan, Kamis (18/4) dini hari.//sopian/sumut pos
TERJARING: Pulahan PSK diamankan di Kantor Dinas Sosial Tenaga Kerja Kota Tebingtinggi untuk dilakukan pendataan, Kamis (18/4) dini hari.//sopian/sumut pos

Kadis Sosial Tenaga Kerja melalui Sekretarisnya Khairil Anwar Nasution didampinngi Kabid Pemberdayaan Sosial, Farida Hanum mengatakan pelaksanaan razia pekat digelar karena banyaknya laporan warga atas maraknya prostitusi di beberapa hotel kelas melati dan kafe-kafe di Kota Tebingtinggi. Selain itu razia juga dilaksanakan di beberapa lokasi kos-kosan yang diperkirakan dijadikan tempat maksiat.

“Sesuai visi Wali Kota Tebingtinggi untuk menjadikan Kota Tebingtinggi menjadi kota beriman, berahklaq dan bertaqwa. Makanya razia penyakit masyarakat ini akan tetap kami gelar secara berkelanjutan,” tegas Khairil kepada Sumut Pos.

Kata Khairil lagi, puluhan PSK, waria dan laki-laki hidung belang yang terjaring dalam operasi pekat diboyong ke Kantor Dinas Sosial Tenaga Kerja (Disnaker) Jalan Gununglauser Kota Tebingtinggi. Mereka didata kemudian diberikan penyuluhan.

Diakuinya Khairil, razia yang mereka lakukan hanya sebatas melakukan pembimbingan dan penyuluhan terhadap yang terjaring. Dengan perjanjian tidak akan mengulanginya lagi.

Seorang wanita yang terjaring, Julai Ulfa (28) mengaku baru dua bulan tinggal di Kota Tebingtinggi dan bekerja di kafe milik Pak Udin di Jalan AMD Kota Tebingtinggi, dia mengaku pada saat pengerebekan oleh petugas tidak melarikan diri. Sementara teman-temannya lari terbirit-birit menuju semak-semak dan kebun sawit untuk menghindari penangkapan petugas.

“Saya hanya sebagai pelayan kafe, saya tidak lari, saat pemeriksaan petugas, memang kartu identitas tidak ada karena tertinggal di kampung,” ujar Julai janda anak dua yang mengaku berasal dari Aceh.  (ian)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/