SUMUTPOS.CO – Hendra Suarta, Kepala Bidang Data dan Informasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah I Sumut mengaku masih berusaha mencari informasi penyebab kabut asap yang melanda di kota Medan dan sekitarnya.
Hendra menerangkan, berdasarkan satelit tidak terdeteksi hot spot atau titik panas di Pekan Baru, Sumatera Barat (Sumbar), Sumatera Utara (Sumut), dan Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Kebakaran terjadi di Jambi, Sumatera Selatan (Sumsel), dan Lampung. Untuk kota Medan sendiri, berdasarkan radar cuaca, kota Medan dalam keadaan berawan.
“Tapi belum bisa kami pastikan apakah yang terjadi di Medan merupakan asap kiriman dari sana (Jambi, Sumsel dan Lampung). Jika iya, berarti telah terjadi kebakaran luas di daerah tersebut,” ujarnya.
Dijelaskannya bahwa satelit dalam tiap harinya selama 2 kali memancarkan informasi jika ada panas pada areal 1 KM persegi dan suhunya mencapai 40°, maka area tersebut dianggap titik hot spot.
Namun tidak semua hot spot diakibatkan kebakaran. Bisa saja hot spot tersebut dikarenakan aspal jalan atau bangunan. Sehingga kebenaran hot spot harus mendatangi langsung di area yang terdeteksi.
“Jadi belum bisa saya pastikan ini asap atau bukan. Karena kalau menurut kasat mata ini asap, tapi kok tidak bau udaranya,” ujarnya.
Hendra juga menambahkan bahwa suhu udara di kota Medan masih dalam keadaan normal, yaitu 32° celsius. Di musim penghujan ini, Hendra juga mengimbau agar masyarakat Sumut waspada terhadap angin kencang berkecepatan 30 knot per jam. Selain itu masyarakat juga harus waspada terhadap longsor, angin puting beliung, dan petir. “Diperkirakan ini akan berlangsung Januari hinga September,” ujarnya.(cr-1/win/bd)
SUMUTPOS.CO – Hendra Suarta, Kepala Bidang Data dan Informasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah I Sumut mengaku masih berusaha mencari informasi penyebab kabut asap yang melanda di kota Medan dan sekitarnya.
Hendra menerangkan, berdasarkan satelit tidak terdeteksi hot spot atau titik panas di Pekan Baru, Sumatera Barat (Sumbar), Sumatera Utara (Sumut), dan Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Kebakaran terjadi di Jambi, Sumatera Selatan (Sumsel), dan Lampung. Untuk kota Medan sendiri, berdasarkan radar cuaca, kota Medan dalam keadaan berawan.
“Tapi belum bisa kami pastikan apakah yang terjadi di Medan merupakan asap kiriman dari sana (Jambi, Sumsel dan Lampung). Jika iya, berarti telah terjadi kebakaran luas di daerah tersebut,” ujarnya.
Dijelaskannya bahwa satelit dalam tiap harinya selama 2 kali memancarkan informasi jika ada panas pada areal 1 KM persegi dan suhunya mencapai 40°, maka area tersebut dianggap titik hot spot.
Namun tidak semua hot spot diakibatkan kebakaran. Bisa saja hot spot tersebut dikarenakan aspal jalan atau bangunan. Sehingga kebenaran hot spot harus mendatangi langsung di area yang terdeteksi.
“Jadi belum bisa saya pastikan ini asap atau bukan. Karena kalau menurut kasat mata ini asap, tapi kok tidak bau udaranya,” ujarnya.
Hendra juga menambahkan bahwa suhu udara di kota Medan masih dalam keadaan normal, yaitu 32° celsius. Di musim penghujan ini, Hendra juga mengimbau agar masyarakat Sumut waspada terhadap angin kencang berkecepatan 30 knot per jam. Selain itu masyarakat juga harus waspada terhadap longsor, angin puting beliung, dan petir. “Diperkirakan ini akan berlangsung Januari hinga September,” ujarnya.(cr-1/win/bd)