24.6 C
Medan
Sunday, January 19, 2025

Puji Tuhan, Ada Honor dari Aquafarm

HUTAGINJANG, SUMUTPOS.CO – Honornya di awal mengajar di SD Negeri 28 Hutaginjang Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir, hanya Rp200 ribu per bulan. Itu 15 tahun lalu.

GURU HONOR: Basaria Nadeak, guru bantu yang mendapat bantuan honor dari RSI.
GURU HONOR: Basaria Nadeak, guru bantu yang mendapat bantuan honor dari RSI.

“Honor itu dari Komite Sekolah. Gaji sebulan hanya cukup untuk beli beras kebutuhan sebulan,” kata Basaria Suryani Nadeak (51), guru honorer sejak tahun 2005 di sekolah itu, kepada Sumut Pos pekan lalu.

Tahun berikutnya, uang komite sekolah dihapus, diganti dengan honor dari dana BOS (Biaya Operasional Sekolah). Guru yang mengajar muatan lokal ini dibayar Rp150 ribu hingga Rp200 ribu per bulan, tergantung jumlah murid. Jumlah murid di SD itu tidak banyak. Hanya sekitar 5-12 orang per kelas. Saat ini total hanya 54 orang untuk 6 kelas.

“Honor dari dana BOS dibayar sekali 3 bulan,” cetusnya.

Meski honor yang diterimanya begitu sedikit, Basaria tetap bertahan. Mengapa? “Saya mengharapkan sesuatu yang indah. Sekaligus bakti untuk anak-anak,” kata wanita yang juga mengajar Sekolah Minggu ini.

Tahun 2006, tak disangka PT Aquafarm Nusantara berinisiatif menyalurkan bantuan honor untuk sejumlah guru di desa-desa pinggiran Danau Toba yang berdekatan dengan lokasi jaring apung perusahaan. Tahap awal, 10 guru honor mendapat bantuan Rp500 ribu per orang per bulan. Salahsatunya Basaria.

“Puji Tuhan. Honor dari Aquafarm sangat membantu menutupi biaya hidup sehari-hari. Maklumlah, suami hanya nelayan. Makin senang lagi, karena kami juga mendapat jatah ikan-ikan yang baru mati dari Aquafarm. Bisa diolah menjadi ikan asin,” cetus ibu 1 anak ini semringah.

Dalam sebulan, dirinya bisa memproduksi sekitar 30 kg ikan asin tilapia. “Ikan asin super dihargai 18 ribu per kg. Restan 10 ribu. Sebulan rata-rata saya bisa dapat Rp600 ribu dari ikan asin,” katanya.

Kepala dan perut ikan, serta ikan yang tidak layak, diolahnya menjadi pakan ternak ayam, babi, dan bebek. “Nah, saat pakan untuk ternak itu direbus, airnya bisa dijadikan pupuk cair. Hasilnya bagus untuk tanaman,” cetusnya.

Ia juga senang, perolehan ikan dari danau hasil jaring ikan yang dipasang suaminya, jumlahnya lumayan untuk kehidupan keluarga. “Ada saja 1-2 ekor ikan yang lepas dari keramba Aquafarm. Lumayan jadi tangkapan nelayan. Selain itu, ikan-ikan lepas di danau kayaknya kebagian juga dari pakan ikan Aquafarm,” jelasnya seraya tersenyum lebar.

Mengaku bersyukur dengan bantuan dari Aquafarm, Basaria dengan malu-malu berharap, semoga ada perhatian dari RSI untuk honor guru-guru sekolah minggu di desa mereka. “Maklumlah, tanah di desa kami ini relatif berbatu-batu. Saya dan suami mengolah tanah seadanya karena tidak punya lahan,” cetusnya sembari melirik Dian Octavia.

Ditanya, apa pendapatnya seandainya perusahaan menghentikan penyaluran ikan mati ke warga, Basaria kontan membelalakkan mata.

“Bah, janganlah, Bu. Matilah kami! Habislah pendapatan kami. Apalagi lagi Covid ini. Kalau mau mengandalkan bertani, tak cukuplah. Tanah di sini tidak bagus. Berabu saat kering, dan becek saat hujan,” ungkapnya.

Ia berharap penyaluran ikan-ikan mati ke masyarakat jangan sampai dihentikan perusahaan.

Dian Octavia, Senior Community Affairs Manager Regal Springs Indonesia (RSI), yang membawa Sumut Pos menemui Basaria, mengatakan bantuan honor guru merupakan inisiatif Aquafarm sejak tahun 2006, masuk CSR pilar pendidikan. “Saat ini, jumlah penerima honor guru mencapai 32 orang per bulan. Tujuannya, agar seluruh anak-anak di pinggiran Danau Toba terjangkau pendidikan. Dan guru semakin semangat mengajar,” katanya.

Selain honor guru, RSI juga menyalurkan bantuan berupa tong sampah, sarana air bersih untuk masyarakat, alkes untuk polindes di sejumlah desa, pembangunan jalan cor desa di Silimalombu, Kecamatan Onanrunggu sepanjang 50 meter untuk akses karyawan dan warga, produksi kompos dari pengolahan limbah yang disalurkan ke masyarakat, dan sebagainya.

Tak lupa, RSI juga memberikan bantuan tong air dan sabun untuk cuci tangan di tengah pandemi Covid-19.

“Program CSR perusahaan mengutamakan desa-desa ring satu tempat perusahaan beroperasi. Selanjutnya, sebagian desa-desa di ring 2,” katanya. (mea)

HUTAGINJANG, SUMUTPOS.CO – Honornya di awal mengajar di SD Negeri 28 Hutaginjang Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir, hanya Rp200 ribu per bulan. Itu 15 tahun lalu.

GURU HONOR: Basaria Nadeak, guru bantu yang mendapat bantuan honor dari RSI.
GURU HONOR: Basaria Nadeak, guru bantu yang mendapat bantuan honor dari RSI.

“Honor itu dari Komite Sekolah. Gaji sebulan hanya cukup untuk beli beras kebutuhan sebulan,” kata Basaria Suryani Nadeak (51), guru honorer sejak tahun 2005 di sekolah itu, kepada Sumut Pos pekan lalu.

Tahun berikutnya, uang komite sekolah dihapus, diganti dengan honor dari dana BOS (Biaya Operasional Sekolah). Guru yang mengajar muatan lokal ini dibayar Rp150 ribu hingga Rp200 ribu per bulan, tergantung jumlah murid. Jumlah murid di SD itu tidak banyak. Hanya sekitar 5-12 orang per kelas. Saat ini total hanya 54 orang untuk 6 kelas.

“Honor dari dana BOS dibayar sekali 3 bulan,” cetusnya.

Meski honor yang diterimanya begitu sedikit, Basaria tetap bertahan. Mengapa? “Saya mengharapkan sesuatu yang indah. Sekaligus bakti untuk anak-anak,” kata wanita yang juga mengajar Sekolah Minggu ini.

Tahun 2006, tak disangka PT Aquafarm Nusantara berinisiatif menyalurkan bantuan honor untuk sejumlah guru di desa-desa pinggiran Danau Toba yang berdekatan dengan lokasi jaring apung perusahaan. Tahap awal, 10 guru honor mendapat bantuan Rp500 ribu per orang per bulan. Salahsatunya Basaria.

“Puji Tuhan. Honor dari Aquafarm sangat membantu menutupi biaya hidup sehari-hari. Maklumlah, suami hanya nelayan. Makin senang lagi, karena kami juga mendapat jatah ikan-ikan yang baru mati dari Aquafarm. Bisa diolah menjadi ikan asin,” cetus ibu 1 anak ini semringah.

Dalam sebulan, dirinya bisa memproduksi sekitar 30 kg ikan asin tilapia. “Ikan asin super dihargai 18 ribu per kg. Restan 10 ribu. Sebulan rata-rata saya bisa dapat Rp600 ribu dari ikan asin,” katanya.

Kepala dan perut ikan, serta ikan yang tidak layak, diolahnya menjadi pakan ternak ayam, babi, dan bebek. “Nah, saat pakan untuk ternak itu direbus, airnya bisa dijadikan pupuk cair. Hasilnya bagus untuk tanaman,” cetusnya.

Ia juga senang, perolehan ikan dari danau hasil jaring ikan yang dipasang suaminya, jumlahnya lumayan untuk kehidupan keluarga. “Ada saja 1-2 ekor ikan yang lepas dari keramba Aquafarm. Lumayan jadi tangkapan nelayan. Selain itu, ikan-ikan lepas di danau kayaknya kebagian juga dari pakan ikan Aquafarm,” jelasnya seraya tersenyum lebar.

Mengaku bersyukur dengan bantuan dari Aquafarm, Basaria dengan malu-malu berharap, semoga ada perhatian dari RSI untuk honor guru-guru sekolah minggu di desa mereka. “Maklumlah, tanah di desa kami ini relatif berbatu-batu. Saya dan suami mengolah tanah seadanya karena tidak punya lahan,” cetusnya sembari melirik Dian Octavia.

Ditanya, apa pendapatnya seandainya perusahaan menghentikan penyaluran ikan mati ke warga, Basaria kontan membelalakkan mata.

“Bah, janganlah, Bu. Matilah kami! Habislah pendapatan kami. Apalagi lagi Covid ini. Kalau mau mengandalkan bertani, tak cukuplah. Tanah di sini tidak bagus. Berabu saat kering, dan becek saat hujan,” ungkapnya.

Ia berharap penyaluran ikan-ikan mati ke masyarakat jangan sampai dihentikan perusahaan.

Dian Octavia, Senior Community Affairs Manager Regal Springs Indonesia (RSI), yang membawa Sumut Pos menemui Basaria, mengatakan bantuan honor guru merupakan inisiatif Aquafarm sejak tahun 2006, masuk CSR pilar pendidikan. “Saat ini, jumlah penerima honor guru mencapai 32 orang per bulan. Tujuannya, agar seluruh anak-anak di pinggiran Danau Toba terjangkau pendidikan. Dan guru semakin semangat mengajar,” katanya.

Selain honor guru, RSI juga menyalurkan bantuan berupa tong sampah, sarana air bersih untuk masyarakat, alkes untuk polindes di sejumlah desa, pembangunan jalan cor desa di Silimalombu, Kecamatan Onanrunggu sepanjang 50 meter untuk akses karyawan dan warga, produksi kompos dari pengolahan limbah yang disalurkan ke masyarakat, dan sebagainya.

Tak lupa, RSI juga memberikan bantuan tong air dan sabun untuk cuci tangan di tengah pandemi Covid-19.

“Program CSR perusahaan mengutamakan desa-desa ring satu tempat perusahaan beroperasi. Selanjutnya, sebagian desa-desa di ring 2,” katanya. (mea)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/