25 C
Medan
Friday, June 28, 2024

Jatuh ke Rumah Warga di Tapteng, Batu Meteor Terjual Rp200 Juta, Pembeli dari Bali

TAPTENG, SUMUTPOS.CO – Batu meteor yang jatuh menimpa rumah seorang warga di Desa Satahi Nauli, Kecamatan Kolang, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatra Utara, pada 1 Agustus 2020 lalu, akhirnya terjual. Tapi bukan seharga Rp26 miliar seperti viral di berbagai media.

METEOR: Josua Hutagalung saat menunjukkan batu meteor yang jatuh menimpa atap rumahnya.
METEOR: Josua Hutagalung saat menunjukkan batu meteor yang jatuh menimpa atap rumahnya.

Joshua Hutagalung, warga yang atap rumahnya bolong ketiban batu meteor itu, membantah menjadi orang yang kaya mendadak karena menjual batu meteor yang sempat bikin heboh warga beberapa waktu lalu.

“Bukan, bukan Rp26 miliar. Aku udah baca, ada beberapa media yang menyebut saya kaya mendadak karena menjual batu meteor itu miliaran. Tak ada yang mengonfirmasi ke saya soal pembelian batu meteor itu. Saya juga bingung dari mana angka Rp26 miliar itu,” katanya kepada Sumut Pos via telepon, Rabu (18/11) petang.

Joshua mengatakan, orang yang membeli batu miliknya adalah Jared Collin. “Pembelinya Mr Jared dari Bali,” ujar Joshua.

Di dalam wawancaranya dengan media asing The Sun, Jared disebut sebagai kolektor yang jauh-jauh berangkat dari Bali untuk mengamankan batu tersebut.

Batu meteor yang dijual ke Jared memiliki berat total 1,8 kg. Joshua melepasnya dengan harga Rp200 juta pada 17 Agustus 2020 lalu. “Jadi bukan £1,4 juta atau senilai Rp26 miliar seperti disebut di dalam sejumlah pemberitaan. Kalau terjual Rp26 miliar, aku kasih sama abang Rp20 miliarnya, Rp6 miliarnya nya sama aku. Kalau seandainya dapat Rp26 miliar, sudah ikut jadi calon kepala daerah saya,” katanya bercanda.

Ia menjelaskan, hasil penjualan batu sebesar Rp200 juta itu digunakannya sebagian untuk kegiatan amal. “Saya bagikan sebagian ke dua dusun. Kemudian ke gereja sebagai ucapan syukur, lalu untuk anak yatim. Saya bagikan juga ke tujuh bersaudara anak mamak saya. Sisanya untuk renovasi dapur rumah peninggalan orang tua saya. Niatan kita memang sedekah. Daripada nggak laku,” katanya.

Sebelumnya pada Agustus lalu, batu meteor seberat sekitar 2,2 kilogram, jatuh menghantam seng rumah yang dihuni Joshua, hingga bolong. Awalnya laki-laki 34 tahun ini tidak tahu kalau itu adalah batu meteor.

Sebenarnya, sambung ayah dua anak itu, batuan itu tidak hanya jatuh di rumahnya saja. Totalnya ada di tiga titik. Yakni di rumahnya, di persawahan, dan beberapa desa sekitar. Jatuhnya dalam waktu yang bersamaan dengan yang menimpa rumah Joshua.

Joshua sempat memberikan beberapa pecahan batu kepada sejumlah masyarakat. Ada yang memintanya untuk dijadikan batu cincin atau pun hanya koleksi saja.

Sebenarnya Joshua kecewa. Karena lembaga terkait benda antariksa di Indonesia tidak menggubris penemuan soal batu meteor itu. Padahal batu itu sempat disimpannya dalam waktu yang lama.

“Kecewa juga. Karena ‘kan saya cukup lama simpan batunya. Namun tak ada instansi yang berminat. Anak-anak juga mainin batunya. Takutnya, dicuri orang pulak. Daripada begitu, saya kasih jual saja,” tukasnya.

Selama ini pun sudah banyak yang menawar batu itu, hingga akhirnya dia pilih menjual kepada Jared. “Sisa 5 gram untuk kenang-kenangan. Sama saudara juga paling ada segitu,” pungkas laki-laki yang berprofesi sebagai perajin peti mati itu. (mag-8)

TAPTENG, SUMUTPOS.CO – Batu meteor yang jatuh menimpa rumah seorang warga di Desa Satahi Nauli, Kecamatan Kolang, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatra Utara, pada 1 Agustus 2020 lalu, akhirnya terjual. Tapi bukan seharga Rp26 miliar seperti viral di berbagai media.

METEOR: Josua Hutagalung saat menunjukkan batu meteor yang jatuh menimpa atap rumahnya.
METEOR: Josua Hutagalung saat menunjukkan batu meteor yang jatuh menimpa atap rumahnya.

Joshua Hutagalung, warga yang atap rumahnya bolong ketiban batu meteor itu, membantah menjadi orang yang kaya mendadak karena menjual batu meteor yang sempat bikin heboh warga beberapa waktu lalu.

“Bukan, bukan Rp26 miliar. Aku udah baca, ada beberapa media yang menyebut saya kaya mendadak karena menjual batu meteor itu miliaran. Tak ada yang mengonfirmasi ke saya soal pembelian batu meteor itu. Saya juga bingung dari mana angka Rp26 miliar itu,” katanya kepada Sumut Pos via telepon, Rabu (18/11) petang.

Joshua mengatakan, orang yang membeli batu miliknya adalah Jared Collin. “Pembelinya Mr Jared dari Bali,” ujar Joshua.

Di dalam wawancaranya dengan media asing The Sun, Jared disebut sebagai kolektor yang jauh-jauh berangkat dari Bali untuk mengamankan batu tersebut.

Batu meteor yang dijual ke Jared memiliki berat total 1,8 kg. Joshua melepasnya dengan harga Rp200 juta pada 17 Agustus 2020 lalu. “Jadi bukan £1,4 juta atau senilai Rp26 miliar seperti disebut di dalam sejumlah pemberitaan. Kalau terjual Rp26 miliar, aku kasih sama abang Rp20 miliarnya, Rp6 miliarnya nya sama aku. Kalau seandainya dapat Rp26 miliar, sudah ikut jadi calon kepala daerah saya,” katanya bercanda.

Ia menjelaskan, hasil penjualan batu sebesar Rp200 juta itu digunakannya sebagian untuk kegiatan amal. “Saya bagikan sebagian ke dua dusun. Kemudian ke gereja sebagai ucapan syukur, lalu untuk anak yatim. Saya bagikan juga ke tujuh bersaudara anak mamak saya. Sisanya untuk renovasi dapur rumah peninggalan orang tua saya. Niatan kita memang sedekah. Daripada nggak laku,” katanya.

Sebelumnya pada Agustus lalu, batu meteor seberat sekitar 2,2 kilogram, jatuh menghantam seng rumah yang dihuni Joshua, hingga bolong. Awalnya laki-laki 34 tahun ini tidak tahu kalau itu adalah batu meteor.

Sebenarnya, sambung ayah dua anak itu, batuan itu tidak hanya jatuh di rumahnya saja. Totalnya ada di tiga titik. Yakni di rumahnya, di persawahan, dan beberapa desa sekitar. Jatuhnya dalam waktu yang bersamaan dengan yang menimpa rumah Joshua.

Joshua sempat memberikan beberapa pecahan batu kepada sejumlah masyarakat. Ada yang memintanya untuk dijadikan batu cincin atau pun hanya koleksi saja.

Sebenarnya Joshua kecewa. Karena lembaga terkait benda antariksa di Indonesia tidak menggubris penemuan soal batu meteor itu. Padahal batu itu sempat disimpannya dalam waktu yang lama.

“Kecewa juga. Karena ‘kan saya cukup lama simpan batunya. Namun tak ada instansi yang berminat. Anak-anak juga mainin batunya. Takutnya, dicuri orang pulak. Daripada begitu, saya kasih jual saja,” tukasnya.

Selama ini pun sudah banyak yang menawar batu itu, hingga akhirnya dia pilih menjual kepada Jared. “Sisa 5 gram untuk kenang-kenangan. Sama saudara juga paling ada segitu,” pungkas laki-laki yang berprofesi sebagai perajin peti mati itu. (mag-8)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/