26.7 C
Medan
Saturday, May 11, 2024

Kalau Aku Nanti Kawin, Dikawal Polisilah, Kak…!

Elviana Ambarita
Elviana Ambarita

TOBASA, SUMUTPOS.CO – Di kampung halamannya, tepatnya di Huta Simarata, Desa Motung, Kec. Ajibata, Kab. Tobasa, kematian Elpiana Theresia br Ambarita (21) menjadi perbincangan hangat. Banyak rumor beredar soal pemicu kematian mahasiswi Fakultas Hukum USU ini.
“Udah semua warga di sini membahas ini Lae. Ada yang bilang kalau dia bunuh diri karena sudah hamil. Ada juga yang bilang kalau kematiannya karena penganiayaan. Karena banyak warga bilang, kalau wajah dan leher si korban ada luka memar. Katanya pihak keluarga juga menolak diotopsi. Makanya belum ada yang jelas gimana informasinya,” ujar S. Silalahi (55) dan boru Purba yang merupakan sekampung korban saat ditemui di rumah duka.
Amatan METRO SIANTAR (grup SUMUTPOS.CO), ibu Elvi, Br Sitorus tak henti-henti menangis meraung sambil memanggil-manggil nama anak keempat dari 5 bersaudara itu. Tangisan histeris semakin mengharukan suasana saat puluhan keluarga, saudara dan masyarakat membuat acara ucapan turut berduka cita secara bergantian.
Bahkan dengan tangisan keluarga, seluruh orang yang hadir pada saat juga turut meneteskan air mata. Tampak juga Ramah wati Ambarita adik kandung korban, memeluk ibundanya sambil meneteskan air mata hingga beberapa jam.
“Anak namalo doho boruku, IPK mu 4. Dapot piala do torus ho Elfi. Manang na songondia pe ibaen jolma ho Elfi, Tuhan i nama mangalusi I sude borukku. (Anak yang pintarnya kau anakku, IPK mu 4,00. Mendapat piala berkali-kali kau Elfi. Ntah gimana pun dibuat orang kau, biarlah Tuhan yang akan menjawabnya),” tangis ibu Elvi.
Sementara dalam waktu yang bersamaan, kakak Elvi, Renita, menjerit histeris. Dia tak ikhlas dengan kepergian adiknya. Bukan hanya itu, sambil menangis dia juga mengatakan banyak hal mengingat masa-masa lalu mereka.
“Paboa tuhami dek, paboa tuhami dek, Paboa tuhami anggi. romaho tuparnipian nami. Paboa tuhami dek, Paboa tuhami anggi. Molo masihol kakak mambege suaramu, tudia telefon on hu ho dek? (Bilang sama kami dek, bilang sama kami dek, bilang sama kami adek. Datanglah kau ke mimpi kami. Bilang sama kami dek, bilang sama kami adek. Kalau aku kangen sama suaramu, kemanalah kutelefon dek,” ucap Renita.
“Molo kawin au, ikawal polisi do annon au kak immu tu au. Dang boi be hu sukkun ho dek, molo lao hami tu siattar holan au dohot si appudan nama dek. Les komputer mau au kak, mambuat S2 do annon au kak asa jadi dosen au nimmu tuau dek”. (Kalau aku nanti kawin, dikawal Polisi lah aku nanti kak. Tidak bisa lagi kutanya kau dek. Les komputer aku kak, ngambil Magister lah aku nanti biar bisa aku jadi dosen, kau bilang samaku dek,” isaknya lagi.

Elviana Ambarita
Elviana Ambarita

TOBASA, SUMUTPOS.CO – Di kampung halamannya, tepatnya di Huta Simarata, Desa Motung, Kec. Ajibata, Kab. Tobasa, kematian Elpiana Theresia br Ambarita (21) menjadi perbincangan hangat. Banyak rumor beredar soal pemicu kematian mahasiswi Fakultas Hukum USU ini.
“Udah semua warga di sini membahas ini Lae. Ada yang bilang kalau dia bunuh diri karena sudah hamil. Ada juga yang bilang kalau kematiannya karena penganiayaan. Karena banyak warga bilang, kalau wajah dan leher si korban ada luka memar. Katanya pihak keluarga juga menolak diotopsi. Makanya belum ada yang jelas gimana informasinya,” ujar S. Silalahi (55) dan boru Purba yang merupakan sekampung korban saat ditemui di rumah duka.
Amatan METRO SIANTAR (grup SUMUTPOS.CO), ibu Elvi, Br Sitorus tak henti-henti menangis meraung sambil memanggil-manggil nama anak keempat dari 5 bersaudara itu. Tangisan histeris semakin mengharukan suasana saat puluhan keluarga, saudara dan masyarakat membuat acara ucapan turut berduka cita secara bergantian.
Bahkan dengan tangisan keluarga, seluruh orang yang hadir pada saat juga turut meneteskan air mata. Tampak juga Ramah wati Ambarita adik kandung korban, memeluk ibundanya sambil meneteskan air mata hingga beberapa jam.
“Anak namalo doho boruku, IPK mu 4. Dapot piala do torus ho Elfi. Manang na songondia pe ibaen jolma ho Elfi, Tuhan i nama mangalusi I sude borukku. (Anak yang pintarnya kau anakku, IPK mu 4,00. Mendapat piala berkali-kali kau Elfi. Ntah gimana pun dibuat orang kau, biarlah Tuhan yang akan menjawabnya),” tangis ibu Elvi.
Sementara dalam waktu yang bersamaan, kakak Elvi, Renita, menjerit histeris. Dia tak ikhlas dengan kepergian adiknya. Bukan hanya itu, sambil menangis dia juga mengatakan banyak hal mengingat masa-masa lalu mereka.
“Paboa tuhami dek, paboa tuhami dek, Paboa tuhami anggi. romaho tuparnipian nami. Paboa tuhami dek, Paboa tuhami anggi. Molo masihol kakak mambege suaramu, tudia telefon on hu ho dek? (Bilang sama kami dek, bilang sama kami dek, bilang sama kami adek. Datanglah kau ke mimpi kami. Bilang sama kami dek, bilang sama kami adek. Kalau aku kangen sama suaramu, kemanalah kutelefon dek,” ucap Renita.
“Molo kawin au, ikawal polisi do annon au kak immu tu au. Dang boi be hu sukkun ho dek, molo lao hami tu siattar holan au dohot si appudan nama dek. Les komputer mau au kak, mambuat S2 do annon au kak asa jadi dosen au nimmu tuau dek”. (Kalau aku nanti kawin, dikawal Polisi lah aku nanti kak. Tidak bisa lagi kutanya kau dek. Les komputer aku kak, ngambil Magister lah aku nanti biar bisa aku jadi dosen, kau bilang samaku dek,” isaknya lagi.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/