26.7 C
Medan
Sunday, May 19, 2024

Pembangunan Rel Kereta Api Mangkrak di Besitang, DPRD Sumut Segera Panggil Baltek Perkeretaapian

MANGKRAK: Jalur rel kereta api Trans Sumatera yang mangkrak di kawasan Besitang, Langkat.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Mangkraknya proyek pembangunan rel kereta api (KA) Trans Sumatera di kawasan Besitang, Kabupaten Langkat langsung mendapat perhatian DPRD Sumut. Komisi D DPRD Sumut yang membidangi pembangunan, langsung mengagendakan pemanggilan terhadap Balai Teknik (Baltek) Perkeretaapian Wilayah Sumbagut dan Dishub Sumut mempertanyakan mangkraknya pembangunan jalur KA yang menghubungkan Provinsi Sumatera Utara dan Aceh itu.

“Inikan kita baru dapat informasi dari kawan-kawan wartawan soal ada proyek mangkrak di Sumut. Tentunya guna menyikapi hal ini, sekaligus mengawal program Presiden Jokowi, kami akan panggil dulu pihak Batek Perkeretaapian dan Dishub Sumut,” kata Ketua Komisi D DPRD Sumut, Sutrisno Pangaribuan menjawab Sumut Pos, Rabu (19/6).

Menurut dia, di Dishub Sumut ada satu bidang yaitu perkerataapian dimana dapat dimintai penjelasan terkait masalah dimaksud. Kemudian pihak Baltek Perkeretaapian Wilayah Sumbagutr, yang selalu bersinergi dengan pemerintah daerah setempat sebagai rute pembangunan yang akan dikerjakan. “Satu lagi mungkin Pemkab Langkat akan kami undang. Karena dari informasi di media titik mangkraknya ada di wilayah tersebut. Kita akan gali seluas-luasnya informasi dari pihak-pihak terkait ini, termasuk apa saja kendala yang dihadapi supaya masyarakat juga akan mengetahuinya,” katanya.

Politisi PDI Perjuangan ini menambahkan, secepatnya surat pemanggilan rapat dengar pendapat (RDP) dengan pihak-pihak terkait tersebut akan disampaikan. “Paling lama akhir bulan ini kami sampaikan suratnya, sehingga di awal Juli sudah bisa digelar pertemuan,” pungkasnya.

Diketahui sebelumnya, saat ini progres pengerjaan jalur rel kereta api Trans Sumatera masih mangkrak, alias dibiarkan begitu saja padahal diprediksi akan selesai 2019 ini. “Sejauh ini pengerjaan pemasangan rel kereta sudah tidak ada lagi terlihat. Demikian juga dengan pemasangan rambu-rambu dan pos penjagaan. Tidak seperti tahun-tahun awal pengerjaan, yang semuanya terlihat seperti diburu-buru,” kata Rendi, seorang warga Kecamatan Brandan Barat, Langkat, Selasa (18/6) siang.

Sejauh ini, pengerjaan jalur rel kereta api masih tersambung sampai Besitang. Padahal semestinya jalur ini diwacanakan akan menghubungkan Provinsi Sumut dan Aceh. Bahkan direncanakan pula, pengerjannya akan tembus sampai ke Lampung. “Tak tahu kami kenapa proyek sebesar ini bisa terhenti. Padahal jika memang dikerjakan, semestinya seluruh jalur bisa terhubung,” terangnya.

Pengerjaan jalur sepanjang 80 kilometer dari stasiun besar Kereta Api Medan menuju Aceh, dibiarkan begitu saja, tanpa ada kelanjutan pengerjaan. Sejumlah bahan material seperti bantalan rel hingga batu-batu pendukung rel juga terkesan dibiarkan. “Kami selaku warga sangat berharap pengerjaan cepat terselesaikan. Apalagi menjelang hari-hari besar seperti Lebaran, kereta api sangat membantu untuk mudik,” jelasnya.

Dorong Pertumbuhan Ekonomi

Mangkraknya pembangunan jalur KA Trans Sumatera, cukup disayangkan. Pengamat Ekomoni Sumut, Wahyu Ario Pratomo menilai, pembangunan jalur KA tersebut dapat memberikan potensi yang baik dalam pertumbuhan ekonomi di Sumut. Karenanya, dia sangat menyayangkan pengerjaan jalur KA tersebut tidak selesai sesuai target.

“Jika selesai pembangunan jalur kereta api Binjai-Besitang, akan membuat konektivitas di Sumut membaik. Dampaknya, jelas dapat mendorong pertumbuhan perekonomian di bidang transportasi,” ucap Wahyu kepada Sumut Pos, Rabu (19/6).

Selain itu, sebutnya, pilihan moda transportasi bagi masyarakat juga akan lebih beragam, dan semua terkoneksi ke ibu kota Provinsi Sumatera Utara, Kota Medan. “Mobilitas masyarakat akan lebih cepat dan moda transportasi lebih beragam. Dampak ekonomi, rasanya belum begitu besar jika hanya digunakan untuk transportasi orang,” kata Wahyu.

Ia menjelaskan, dampaknya akan lebih besar jika digunakan secara optimal untuk memobilisasi sumber daya hasil alam dari Kabupaten Langkat ke daerah lain di Sumut. Apalagi, kemudian tumbuh industri turunan hasil perkebunan di Langkat yang siap di pasarkan melalui Pelabuhan Belawan atau Kualatanjung. “Memang dalam jangka pendek belum terlihat dampaknya. Namun, dalam jangka panjang pembangunan infrastruktur ini dapat mendorong keterbukaan wilayah khususnya di Sumut,” jelas Wahyu.

Apalagi, sambung Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) USU itu, pembangunan rel kereta api itu juga akan terkoneksi dari Aceh hingga ke Lampung. Jadi semua provinsi di Sumatera ini akan terkoneksi melalui kereta api. “Konektivitas semakin cepat dan lancar. Sehingga mendorong efisiensi dan daya saing. Dengan demikian akan terjadi pertumbuhan ekonomi,” sebutnya.

Namun hal yang terpenting, sebut Wahyu, harga atau tarif transportasi tersebut jangan terlalu mahal. Karena jika mahal, konsumen tetap akan menggunakan moda tranportasi yang lama dengan efensiasi biaya. “Tidak ada yang menggunakan kerata api kalau mahal ongkosnya. Akhirnya, PT KAI akan merugi. Jangan hitung pembangunan rel kereta api dan sarana pelengkapnya masuk dalam komponen harga pemakaian jasa kereta api, pasti akan mahal dan tidak akan digunakan masyarakat,” imbau Wahyu. (prn/gus)

MANGKRAK: Jalur rel kereta api Trans Sumatera yang mangkrak di kawasan Besitang, Langkat.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Mangkraknya proyek pembangunan rel kereta api (KA) Trans Sumatera di kawasan Besitang, Kabupaten Langkat langsung mendapat perhatian DPRD Sumut. Komisi D DPRD Sumut yang membidangi pembangunan, langsung mengagendakan pemanggilan terhadap Balai Teknik (Baltek) Perkeretaapian Wilayah Sumbagut dan Dishub Sumut mempertanyakan mangkraknya pembangunan jalur KA yang menghubungkan Provinsi Sumatera Utara dan Aceh itu.

“Inikan kita baru dapat informasi dari kawan-kawan wartawan soal ada proyek mangkrak di Sumut. Tentunya guna menyikapi hal ini, sekaligus mengawal program Presiden Jokowi, kami akan panggil dulu pihak Batek Perkeretaapian dan Dishub Sumut,” kata Ketua Komisi D DPRD Sumut, Sutrisno Pangaribuan menjawab Sumut Pos, Rabu (19/6).

Menurut dia, di Dishub Sumut ada satu bidang yaitu perkerataapian dimana dapat dimintai penjelasan terkait masalah dimaksud. Kemudian pihak Baltek Perkeretaapian Wilayah Sumbagutr, yang selalu bersinergi dengan pemerintah daerah setempat sebagai rute pembangunan yang akan dikerjakan. “Satu lagi mungkin Pemkab Langkat akan kami undang. Karena dari informasi di media titik mangkraknya ada di wilayah tersebut. Kita akan gali seluas-luasnya informasi dari pihak-pihak terkait ini, termasuk apa saja kendala yang dihadapi supaya masyarakat juga akan mengetahuinya,” katanya.

Politisi PDI Perjuangan ini menambahkan, secepatnya surat pemanggilan rapat dengar pendapat (RDP) dengan pihak-pihak terkait tersebut akan disampaikan. “Paling lama akhir bulan ini kami sampaikan suratnya, sehingga di awal Juli sudah bisa digelar pertemuan,” pungkasnya.

Diketahui sebelumnya, saat ini progres pengerjaan jalur rel kereta api Trans Sumatera masih mangkrak, alias dibiarkan begitu saja padahal diprediksi akan selesai 2019 ini. “Sejauh ini pengerjaan pemasangan rel kereta sudah tidak ada lagi terlihat. Demikian juga dengan pemasangan rambu-rambu dan pos penjagaan. Tidak seperti tahun-tahun awal pengerjaan, yang semuanya terlihat seperti diburu-buru,” kata Rendi, seorang warga Kecamatan Brandan Barat, Langkat, Selasa (18/6) siang.

Sejauh ini, pengerjaan jalur rel kereta api masih tersambung sampai Besitang. Padahal semestinya jalur ini diwacanakan akan menghubungkan Provinsi Sumut dan Aceh. Bahkan direncanakan pula, pengerjannya akan tembus sampai ke Lampung. “Tak tahu kami kenapa proyek sebesar ini bisa terhenti. Padahal jika memang dikerjakan, semestinya seluruh jalur bisa terhubung,” terangnya.

Pengerjaan jalur sepanjang 80 kilometer dari stasiun besar Kereta Api Medan menuju Aceh, dibiarkan begitu saja, tanpa ada kelanjutan pengerjaan. Sejumlah bahan material seperti bantalan rel hingga batu-batu pendukung rel juga terkesan dibiarkan. “Kami selaku warga sangat berharap pengerjaan cepat terselesaikan. Apalagi menjelang hari-hari besar seperti Lebaran, kereta api sangat membantu untuk mudik,” jelasnya.

Dorong Pertumbuhan Ekonomi

Mangkraknya pembangunan jalur KA Trans Sumatera, cukup disayangkan. Pengamat Ekomoni Sumut, Wahyu Ario Pratomo menilai, pembangunan jalur KA tersebut dapat memberikan potensi yang baik dalam pertumbuhan ekonomi di Sumut. Karenanya, dia sangat menyayangkan pengerjaan jalur KA tersebut tidak selesai sesuai target.

“Jika selesai pembangunan jalur kereta api Binjai-Besitang, akan membuat konektivitas di Sumut membaik. Dampaknya, jelas dapat mendorong pertumbuhan perekonomian di bidang transportasi,” ucap Wahyu kepada Sumut Pos, Rabu (19/6).

Selain itu, sebutnya, pilihan moda transportasi bagi masyarakat juga akan lebih beragam, dan semua terkoneksi ke ibu kota Provinsi Sumatera Utara, Kota Medan. “Mobilitas masyarakat akan lebih cepat dan moda transportasi lebih beragam. Dampak ekonomi, rasanya belum begitu besar jika hanya digunakan untuk transportasi orang,” kata Wahyu.

Ia menjelaskan, dampaknya akan lebih besar jika digunakan secara optimal untuk memobilisasi sumber daya hasil alam dari Kabupaten Langkat ke daerah lain di Sumut. Apalagi, kemudian tumbuh industri turunan hasil perkebunan di Langkat yang siap di pasarkan melalui Pelabuhan Belawan atau Kualatanjung. “Memang dalam jangka pendek belum terlihat dampaknya. Namun, dalam jangka panjang pembangunan infrastruktur ini dapat mendorong keterbukaan wilayah khususnya di Sumut,” jelas Wahyu.

Apalagi, sambung Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) USU itu, pembangunan rel kereta api itu juga akan terkoneksi dari Aceh hingga ke Lampung. Jadi semua provinsi di Sumatera ini akan terkoneksi melalui kereta api. “Konektivitas semakin cepat dan lancar. Sehingga mendorong efisiensi dan daya saing. Dengan demikian akan terjadi pertumbuhan ekonomi,” sebutnya.

Namun hal yang terpenting, sebut Wahyu, harga atau tarif transportasi tersebut jangan terlalu mahal. Karena jika mahal, konsumen tetap akan menggunakan moda tranportasi yang lama dengan efensiasi biaya. “Tidak ada yang menggunakan kerata api kalau mahal ongkosnya. Akhirnya, PT KAI akan merugi. Jangan hitung pembangunan rel kereta api dan sarana pelengkapnya masuk dalam komponen harga pemakaian jasa kereta api, pasti akan mahal dan tidak akan digunakan masyarakat,” imbau Wahyu. (prn/gus)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/