29 C
Medan
Sunday, October 20, 2024
spot_img

Mariani: Mereka Menembaki Suami Saya

Foto: Manahan/PM  Mariani turun dari mobil yang membawa jenasah Sudirman, ke rumah duka di Lubukpakam
Foto: Manahan/PM
Mariani turun dari mobil yang membawa jenasah Sudirman, ke rumah duka di Lubukpakam

SIANTAR, SUMUTPOS.CO – Peristiwa penembakan tragis itu mengisahkan duka dan trauma bagi Mariani (25), istri Sudirman, korban tewas. Saat diwawancarai di RSU Djasamen Saragih Siantar, Mariani mengaku sangat syok atas kejadian itu.

Ia mengisahkan, saat itu mereka kerja menanam sawit. Ada sekitar enam orang di lokasi.

Tiba-tiba tiga pria berkendara sepedamotor datang dan marah-marah. “Saat itu suami saya bilang, kalau ada masalah dibicarakan saja baik-baik di rumah saja sambil minum. Tapi pelakunya langsung ambil pistol dan menembaki suami saya entah beberapa kali,”  terang Marni seraya menangis.

Usai menembaki suaminya, pelaku juga menembak petani lainnya sampai beberapa kali hingga semua terkapar di tanah. Saat itu juga ada seorang petani yang berhasil melarikan diri dan tidak kena tembakan pelaku.

Pelaku bahkan hendak menembak Sumarni, dan meminta supaya membuka celananya. Tapi Sumarni menolak, hingga pelaku kemudian menampar Sumarni beberapa kali dan hendak mau ditembak.

“Pistolnya sudah diarahkan ke keningku, tapi saya minta tolong ke dia. Sebab suami sudah tewas dan kalau dia tewas siapa lagi yang merawat anakku. Itulah kubilang sama dia dan minta tolong. Makanya saya tidak jadi ditembak,” terang Sumarni lagi.

Setelah pelaku pergi, sebenarnya suaminya masih hidup tapi bicaranya sudah ngawur. “Dibilang suamiku saat itu, ’ayah mau pergi jauh… kalian ikut ya. Ayah kedinginan.’ Dia merasa kedinginan, tapi karena tidak ada kain, saya peluk dia. Tapi akhirnya dia meninggal,” tambah Sumarni lagi.

Peristiwa penembakan membabi buta di depan matanya itu membuat Sumarni traumabegitu. Memang jarak dari lokasi kejadian dengan barak tempat tinggal mereka cukup jauh, sekitar satu kilo meter. Di perkampungan itu barak-barak yang terpisah jauh, dan penghuninya semua para pekerja di kebun.

Mereka tidak tahu menahu apakah penembakan itu karena masalah lahan atau tidak. Sebab mereka hanya pekerja untuk menanam sawit.

 

Sudah Setahun Merantau

Sementara itu, Senia (40), orangtua dari Frangki (korban tewas) mengatakan kalau anaknya itu sudah setahun merantau. Sebab asalnya adalah di Desa Kota Sunut, Kec. Dolog, Kab. Tapanuli Selatan. “Saya dapat kabar dari temannya dari sana, bilang kalau anak saya sedang sakit. Dia tidak bilang kalau kena tembak. Jadi saya berangkat dari Tapsel untuk melihat. Tapi ternyata dia sudah meninggal,” katanya.

Ia mengatakan kalau anaknya itu terakhir kali berkomunikasi lewat telepon pada Sabtu lalu dan bilang akan ngirim uang.

Kala itu, Senia menyarankan agar korban pulang saja dulu walau hanya dua hari, karena ia rindu. Tapi Frengki mengatakan belum bisa pulang karena masih kerja.

“Mungkin nanti jasad anak saya dibawa pulang saja,” katanya. Karena banyaknya luka tembakan, petugas forensik terpaksa harus bekerja pagi sampai sore untuk mengotopsi ketiga korban. (pra/cr-1/deo)

Foto: Manahan/PM  Mariani turun dari mobil yang membawa jenasah Sudirman, ke rumah duka di Lubukpakam
Foto: Manahan/PM
Mariani turun dari mobil yang membawa jenasah Sudirman, ke rumah duka di Lubukpakam

SIANTAR, SUMUTPOS.CO – Peristiwa penembakan tragis itu mengisahkan duka dan trauma bagi Mariani (25), istri Sudirman, korban tewas. Saat diwawancarai di RSU Djasamen Saragih Siantar, Mariani mengaku sangat syok atas kejadian itu.

Ia mengisahkan, saat itu mereka kerja menanam sawit. Ada sekitar enam orang di lokasi.

Tiba-tiba tiga pria berkendara sepedamotor datang dan marah-marah. “Saat itu suami saya bilang, kalau ada masalah dibicarakan saja baik-baik di rumah saja sambil minum. Tapi pelakunya langsung ambil pistol dan menembaki suami saya entah beberapa kali,”  terang Marni seraya menangis.

Usai menembaki suaminya, pelaku juga menembak petani lainnya sampai beberapa kali hingga semua terkapar di tanah. Saat itu juga ada seorang petani yang berhasil melarikan diri dan tidak kena tembakan pelaku.

Pelaku bahkan hendak menembak Sumarni, dan meminta supaya membuka celananya. Tapi Sumarni menolak, hingga pelaku kemudian menampar Sumarni beberapa kali dan hendak mau ditembak.

“Pistolnya sudah diarahkan ke keningku, tapi saya minta tolong ke dia. Sebab suami sudah tewas dan kalau dia tewas siapa lagi yang merawat anakku. Itulah kubilang sama dia dan minta tolong. Makanya saya tidak jadi ditembak,” terang Sumarni lagi.

Setelah pelaku pergi, sebenarnya suaminya masih hidup tapi bicaranya sudah ngawur. “Dibilang suamiku saat itu, ’ayah mau pergi jauh… kalian ikut ya. Ayah kedinginan.’ Dia merasa kedinginan, tapi karena tidak ada kain, saya peluk dia. Tapi akhirnya dia meninggal,” tambah Sumarni lagi.

Peristiwa penembakan membabi buta di depan matanya itu membuat Sumarni traumabegitu. Memang jarak dari lokasi kejadian dengan barak tempat tinggal mereka cukup jauh, sekitar satu kilo meter. Di perkampungan itu barak-barak yang terpisah jauh, dan penghuninya semua para pekerja di kebun.

Mereka tidak tahu menahu apakah penembakan itu karena masalah lahan atau tidak. Sebab mereka hanya pekerja untuk menanam sawit.

 

Sudah Setahun Merantau

Sementara itu, Senia (40), orangtua dari Frangki (korban tewas) mengatakan kalau anaknya itu sudah setahun merantau. Sebab asalnya adalah di Desa Kota Sunut, Kec. Dolog, Kab. Tapanuli Selatan. “Saya dapat kabar dari temannya dari sana, bilang kalau anak saya sedang sakit. Dia tidak bilang kalau kena tembak. Jadi saya berangkat dari Tapsel untuk melihat. Tapi ternyata dia sudah meninggal,” katanya.

Ia mengatakan kalau anaknya itu terakhir kali berkomunikasi lewat telepon pada Sabtu lalu dan bilang akan ngirim uang.

Kala itu, Senia menyarankan agar korban pulang saja dulu walau hanya dua hari, karena ia rindu. Tapi Frengki mengatakan belum bisa pulang karena masih kerja.

“Mungkin nanti jasad anak saya dibawa pulang saja,” katanya. Karena banyaknya luka tembakan, petugas forensik terpaksa harus bekerja pagi sampai sore untuk mengotopsi ketiga korban. (pra/cr-1/deo)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru