29 C
Medan
Tuesday, July 2, 2024

16 Tahun Hidup Bersama Selang

TEBING TINGGI- Riski Yudatama Saragih (16) anak pertama  dari tiga bersaudara pasangan suami istri Adisyah Saragih (48) dan Mahzalina (38) warga Jalan AMD, Lingkungan II, Kelurahan Lubuk Raya, Kota Tebing Tinggi, sudah enam belas tahun hidup dengan selang yang dipasang dari otak bagian belakang menuju perut dan dikeluarkan melalui pembungan kotoran karena menderita penyakit pembekakan kepala (Hidrocepallus).

“Sudah enam belas tahun Riski hidup menggunakan selang untuk mengeluarkan cairan di bagian kepalanya, karena menderita hidrocepallus sejak lahir,” kata Adisyah Saragih kepada Sumut Pos, Rabu (19/10), ketika membawa anakanya berobat ke RSUD Dr Kumpulan Pane, Kota Tebing Tinggi.

Diceritakannya, semenjak usia bayi ketika lahir dari kandungan ibunya, Riski sudah mengalami ganguan pada anggota tubuhnya khususnya di bagian kepala dan punggung yang tumbuh benjolan besar.

Ketika baru lahir, ucapnya, benjolan dibagian belakang kepala langsung membesar, karena selalu kesakitan, pada usia delapan bulan, Riski dioperasi di Medan untuk mengeluarkan cairan dibagian belakang punggung dan otak belakang kepala. Saat ini, Riski sudah berumur 16 tahun, dan selang yang ada di dalam tubuhnya, juga sudah pendek, sehingga Riski merasa sakit saat mengangkat kepalanya, sehingga mereka berniat ingin mengganti selangnya.

“Untuk pengobatan dan operasi Riski ini, membutuhkan biaya besar, dulu saja ketika operasi pertama biayanya sebesar Rp35 juta dan operasi kedua hampir melebihi yang pertama, sedangkan kemungkinan operasi ketiga ini, mencapai Rp40 juta,” sebut Mahzalina, ibu Riski.

Pihak RSUD Dr Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi melalui dokter Poliklinik Anak dr Polin Simanjuntak, menyarankan, untuk dibawah berobat ke Medan, ke tempat pertama Riski dioperasi, karena di RSUD Dr Kumpulan Pane, tidak tersedia fasilitas untuk pengobatan Riski.

“Bawa saja ke Medan, tempat pertama dioperasi, karena disini peralatan medisnya tidak mendukung,” saran Polin. (mag-3)

TEBING TINGGI- Riski Yudatama Saragih (16) anak pertama  dari tiga bersaudara pasangan suami istri Adisyah Saragih (48) dan Mahzalina (38) warga Jalan AMD, Lingkungan II, Kelurahan Lubuk Raya, Kota Tebing Tinggi, sudah enam belas tahun hidup dengan selang yang dipasang dari otak bagian belakang menuju perut dan dikeluarkan melalui pembungan kotoran karena menderita penyakit pembekakan kepala (Hidrocepallus).

“Sudah enam belas tahun Riski hidup menggunakan selang untuk mengeluarkan cairan di bagian kepalanya, karena menderita hidrocepallus sejak lahir,” kata Adisyah Saragih kepada Sumut Pos, Rabu (19/10), ketika membawa anakanya berobat ke RSUD Dr Kumpulan Pane, Kota Tebing Tinggi.

Diceritakannya, semenjak usia bayi ketika lahir dari kandungan ibunya, Riski sudah mengalami ganguan pada anggota tubuhnya khususnya di bagian kepala dan punggung yang tumbuh benjolan besar.

Ketika baru lahir, ucapnya, benjolan dibagian belakang kepala langsung membesar, karena selalu kesakitan, pada usia delapan bulan, Riski dioperasi di Medan untuk mengeluarkan cairan dibagian belakang punggung dan otak belakang kepala. Saat ini, Riski sudah berumur 16 tahun, dan selang yang ada di dalam tubuhnya, juga sudah pendek, sehingga Riski merasa sakit saat mengangkat kepalanya, sehingga mereka berniat ingin mengganti selangnya.

“Untuk pengobatan dan operasi Riski ini, membutuhkan biaya besar, dulu saja ketika operasi pertama biayanya sebesar Rp35 juta dan operasi kedua hampir melebihi yang pertama, sedangkan kemungkinan operasi ketiga ini, mencapai Rp40 juta,” sebut Mahzalina, ibu Riski.

Pihak RSUD Dr Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi melalui dokter Poliklinik Anak dr Polin Simanjuntak, menyarankan, untuk dibawah berobat ke Medan, ke tempat pertama Riski dioperasi, karena di RSUD Dr Kumpulan Pane, tidak tersedia fasilitas untuk pengobatan Riski.

“Bawa saja ke Medan, tempat pertama dioperasi, karena disini peralatan medisnya tidak mendukung,” saran Polin. (mag-3)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/