28.4 C
Medan
Saturday, May 11, 2024

Banjir Bandang di Bahorok, Pohon Tercerabut, Diduga Longsor di TNGL

LANGKAT, SUMUTPOS.CO – Banjir bandang yang mengangkut gelondongan kayu dan menyapu sedikitnya empat desa di Kecamatan Bahorok Langkat, yakni Desa Sampe Raya, Timbang Lawan, Timbang Jaya dan Lau Demak, diduga murni akibat longsor di area perbukitan di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL). Terbawa banjir saat hujan deras dengan intensitas tinggi yang mengguyur Bahorok, Rabu (18/11) malam.

PUING-PUING: Sejumlah masyarakat berusaha mengumpulkan puing-puing yang berharga di tengah tumpukan kayu bekas terjangan banjir bandang di Bohorok, Kabupaten Langkat, Kamis (19/11).Camat Bahorok for Sumut Pos.
PUING-PUING: Sejumlah masyarakat berusaha mengumpulkan puing-puing yang berharga di tengah tumpukan kayu bekas terjangan banjir bandang di Bohorok, Kabupaten Langkat, Kamis (19/11).Camat Bahorok for Sumut Pos.

“Informasi terakhir dari pihak kehutanan yang sudah mengecek gelondongan kayu, mereka mengatakan ini murni longsor. Karena gelondongan kayu itu beserta akarnya,” kata Camat Bahorok, Dameka Putra Singarimbun, ketika dikonfirmasi melalui sambungan telepon selular, Kamis (19/11).

Ditanya tentang video berdurasi 60 detik yang memuat gelondongan kayu mengalir di aliran Sungai Bukit Lawang, menurutnya tidak ada kaitannya. “Memang (banjir bandang) ini murni longsor,” jawab dia.

Hal senada juga dikatakan seorang warga bernama Dedi. “Di atas bukit ada banyak titik longsor. Jadi tanahnya itu tidak kuat menahan. Sementara hujan terus turun sepanjang hari selama seminggu belakangan. Akar-akar pohon besar tercabut hingga terbawa arus air yang dipenuhi lumpur pada aliran Sungai Landak. Bisa dibilang… faktor alamlah,” katanya.

Kembali ke Camat Bahorok, Dameka Putra Singarimbun, ia mengatakan pada Kamis siang, kondisi air mulai surut. “Tetapi penginapan dan warung berbahan papan dan bambu yang ada di sepanjang aliran Sungai Landak, habis disapu,” kata dia.

Sedikitnya empat desa tersapu banjir bandang. Yakni Desa Sampe Raya, Timbang Lawan, Timbang Jaya dan Lau Demak di Kecamatan Bahorok. “Yang kami data dari 4 desa, ada 46 unit penginapan dan warung yang tersapu. Sampai sekarang ini, tidak ada korban jiwa,” kata dia.

Menurut dia, masyarakat tidak menetap di wilayah yang disapu banjir bandang. Masyarakat, kata dia, hanya sekadar berwirausaha. “Kalau pun ada, paling yang berjaga di situ. Masyarakat begitu menemukan tanda alam, langsung naik. Kejadian itu selang beberapa jam. Sekitar jam 10 malam naik air, jam 12 kejadian (banjir bandang),” beber dia.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provsu dan Langkat sudah terjun ke lokasi. Namun tidak ada mendirikan posko. Sebab wilayah yang disapu bencana alam adalah tempat usaha. Bukan pemukiman warga. “Kami masih dalam tahap pendataan kerusakan (tempat usaha masyarakat). Lalu nanti kami serahkan dan menunggu petunjuk dari Bapak Bupati,” kata dia.

Ia juga menyebutkan jembatan gantung menuju destinasi wisata Salang Pangeran, terputus. Akibatnya akses penghubung ke sana lumpuh total.

Sementara itu, warga pemilik warung maupun penginapan di lokasi wisata yang habis disapu arus banjir bandang, berupaya mencari sisa-sisa barang yang dapat dimanfaatkan. Sayang, yang tersisa hanya batang kayu.

Srimika br Kaban menjelaskan, keluarganya sudah bertahun membuka warung dagangan di destinasi wisata Sungai Landak (Landak River). “Sekarang, warung sekaligus tempat tinggal kami habis dibawa arus. Broti-broti buruk yang bisa kami kumpulkan,” katanya sendu.

Dia mengaku, sempat memiliki firasat sebelum banjir bandang menghantam. Pasalnya, hujan tidak berhenti sepekan terakhir. “Sebelum kejadian, kami pulang semua ke rumah. Sudah ada firasat tidak enak. Saya bilang ke anakku, jangan tidur nyenyak-nyenyak kali. Pasti ada banjir bandang. Sebelumnya sering banjir, tapi tidak separah ini. Warung kami sudah beberapa kali pindah tempat karena banjir,” sambungnya.

Dugaan Penebangan Liar

Banjir bandang di bahorok bukan kali pertama terjadi. Akhir Desember 2003 lalu, banjir bandang juga pernah menyapu Bukit Lawang, Kecamatan Bahorok, Langkat, Sumatera Utara, yang menimbulkan korban jiwa pada.

Tak ayal, masyarakat Langkat Hulu menduga, ada penebangan liar di Taman Nasional Gunung Leuser. Ditambah lagi adanya video berdurasi 60 detik banjir yang membawa puluhan kayu gelondongan di aliran Sungai Bukit Lawang, Agustus 2020 kemarin.

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sumut, Rudi Alfahri Rangkuti, meminta kepada Polda Sumut maupun Polres Langkat melakukan penyelidikan terhadap dugaan penebangan liar di TNGL. “Seperti kita ketahui, banjir bandang membawa banyak kayu gelondongan. Saya sebagai anggota DPRD Sumut prihatin karena diduga ada penebangan liar di Bahorok,” kata Rudi, Kamis (19/11).

Sekretaris Fraksi Partai Amanat Nasional DPRD Sumut ini menilai, instansi terkait kurang ketat melakukan pengawasan terhadap aktivitas dugaan penebangan liar. “Ini (bencana banjir bandang) merupakan akumulasi dari proses penebangan kayu di atas. Makanya terjadi bandang,” katanya.

Ketua DPD PAN Kota Binjai ini meminta, agar Pemprovsu dan pemerintah pusat tegas melakukan pengawasan di TNGL. “Galian C juga ditata. Jangan mudah mengeluarkan izin. Bahorok merupakan daerah wisata yang perlu dijaga lingkungannya,” kata Rudi.

Hari Ini Gubsu Tinjau Lokasi Bencana

Terkait banjir bandang Rabu dinihari kemarin, Gubernur Sumatera Utara, Edy Rahmayadi memastikan akan turun ke lokasi bencana banjir bandang.

Edy mengatakan, perlu datang ke lokasi untuk melihat langsung penyebab pasti bencana alam tersebut. Pasalnya, ada banyak informasi tentang penyebab banjir bandang yang menimpa destinasi lokasi wisata itu.

“Banyak versi. Nah, besok (Jumat) saya berangkat ke sana. Saya akan pastikan. Kalau saya salah ngomong dan tidak melihat secara langsung, nanti salah. Jadi besok saya berangkat ke sana,” katanya menjawab wartawan di Rumah Dinas Gubsu, Jalan Sudirman Medan, Kamis (19/11).

Usai menerima laporan bencana di Landak River, Edy mengaku telah mengirimkan tim ke lokasi. Di antaranya BPBD Sumut, untuk mendata dan membantu masyarakat melakukan pembersihan sisa-sisa banjir bandang.

“Tim sudah. Tim sudah ada di sana dan besok saya berangkat ke sana,” ujar mantan Pangkostrad dan Pangdam I/BB ini.

Sebelumnya, Camat Bahorok, Dameka mengatakan kejadian banjir bandak berdampak cukup parah ke lokasi wisata yang bergantung dengan aliran Sungai Landak. Di antaranya yang terdampak yakni wisata Landak River, Selang Pangeran, Batu Katak, beserta satu jembatan penghubung yang berperan vital. (ted/prn)

LANGKAT, SUMUTPOS.CO – Banjir bandang yang mengangkut gelondongan kayu dan menyapu sedikitnya empat desa di Kecamatan Bahorok Langkat, yakni Desa Sampe Raya, Timbang Lawan, Timbang Jaya dan Lau Demak, diduga murni akibat longsor di area perbukitan di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL). Terbawa banjir saat hujan deras dengan intensitas tinggi yang mengguyur Bahorok, Rabu (18/11) malam.

PUING-PUING: Sejumlah masyarakat berusaha mengumpulkan puing-puing yang berharga di tengah tumpukan kayu bekas terjangan banjir bandang di Bohorok, Kabupaten Langkat, Kamis (19/11).Camat Bahorok for Sumut Pos.
PUING-PUING: Sejumlah masyarakat berusaha mengumpulkan puing-puing yang berharga di tengah tumpukan kayu bekas terjangan banjir bandang di Bohorok, Kabupaten Langkat, Kamis (19/11).Camat Bahorok for Sumut Pos.

“Informasi terakhir dari pihak kehutanan yang sudah mengecek gelondongan kayu, mereka mengatakan ini murni longsor. Karena gelondongan kayu itu beserta akarnya,” kata Camat Bahorok, Dameka Putra Singarimbun, ketika dikonfirmasi melalui sambungan telepon selular, Kamis (19/11).

Ditanya tentang video berdurasi 60 detik yang memuat gelondongan kayu mengalir di aliran Sungai Bukit Lawang, menurutnya tidak ada kaitannya. “Memang (banjir bandang) ini murni longsor,” jawab dia.

Hal senada juga dikatakan seorang warga bernama Dedi. “Di atas bukit ada banyak titik longsor. Jadi tanahnya itu tidak kuat menahan. Sementara hujan terus turun sepanjang hari selama seminggu belakangan. Akar-akar pohon besar tercabut hingga terbawa arus air yang dipenuhi lumpur pada aliran Sungai Landak. Bisa dibilang… faktor alamlah,” katanya.

Kembali ke Camat Bahorok, Dameka Putra Singarimbun, ia mengatakan pada Kamis siang, kondisi air mulai surut. “Tetapi penginapan dan warung berbahan papan dan bambu yang ada di sepanjang aliran Sungai Landak, habis disapu,” kata dia.

Sedikitnya empat desa tersapu banjir bandang. Yakni Desa Sampe Raya, Timbang Lawan, Timbang Jaya dan Lau Demak di Kecamatan Bahorok. “Yang kami data dari 4 desa, ada 46 unit penginapan dan warung yang tersapu. Sampai sekarang ini, tidak ada korban jiwa,” kata dia.

Menurut dia, masyarakat tidak menetap di wilayah yang disapu banjir bandang. Masyarakat, kata dia, hanya sekadar berwirausaha. “Kalau pun ada, paling yang berjaga di situ. Masyarakat begitu menemukan tanda alam, langsung naik. Kejadian itu selang beberapa jam. Sekitar jam 10 malam naik air, jam 12 kejadian (banjir bandang),” beber dia.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provsu dan Langkat sudah terjun ke lokasi. Namun tidak ada mendirikan posko. Sebab wilayah yang disapu bencana alam adalah tempat usaha. Bukan pemukiman warga. “Kami masih dalam tahap pendataan kerusakan (tempat usaha masyarakat). Lalu nanti kami serahkan dan menunggu petunjuk dari Bapak Bupati,” kata dia.

Ia juga menyebutkan jembatan gantung menuju destinasi wisata Salang Pangeran, terputus. Akibatnya akses penghubung ke sana lumpuh total.

Sementara itu, warga pemilik warung maupun penginapan di lokasi wisata yang habis disapu arus banjir bandang, berupaya mencari sisa-sisa barang yang dapat dimanfaatkan. Sayang, yang tersisa hanya batang kayu.

Srimika br Kaban menjelaskan, keluarganya sudah bertahun membuka warung dagangan di destinasi wisata Sungai Landak (Landak River). “Sekarang, warung sekaligus tempat tinggal kami habis dibawa arus. Broti-broti buruk yang bisa kami kumpulkan,” katanya sendu.

Dia mengaku, sempat memiliki firasat sebelum banjir bandang menghantam. Pasalnya, hujan tidak berhenti sepekan terakhir. “Sebelum kejadian, kami pulang semua ke rumah. Sudah ada firasat tidak enak. Saya bilang ke anakku, jangan tidur nyenyak-nyenyak kali. Pasti ada banjir bandang. Sebelumnya sering banjir, tapi tidak separah ini. Warung kami sudah beberapa kali pindah tempat karena banjir,” sambungnya.

Dugaan Penebangan Liar

Banjir bandang di bahorok bukan kali pertama terjadi. Akhir Desember 2003 lalu, banjir bandang juga pernah menyapu Bukit Lawang, Kecamatan Bahorok, Langkat, Sumatera Utara, yang menimbulkan korban jiwa pada.

Tak ayal, masyarakat Langkat Hulu menduga, ada penebangan liar di Taman Nasional Gunung Leuser. Ditambah lagi adanya video berdurasi 60 detik banjir yang membawa puluhan kayu gelondongan di aliran Sungai Bukit Lawang, Agustus 2020 kemarin.

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sumut, Rudi Alfahri Rangkuti, meminta kepada Polda Sumut maupun Polres Langkat melakukan penyelidikan terhadap dugaan penebangan liar di TNGL. “Seperti kita ketahui, banjir bandang membawa banyak kayu gelondongan. Saya sebagai anggota DPRD Sumut prihatin karena diduga ada penebangan liar di Bahorok,” kata Rudi, Kamis (19/11).

Sekretaris Fraksi Partai Amanat Nasional DPRD Sumut ini menilai, instansi terkait kurang ketat melakukan pengawasan terhadap aktivitas dugaan penebangan liar. “Ini (bencana banjir bandang) merupakan akumulasi dari proses penebangan kayu di atas. Makanya terjadi bandang,” katanya.

Ketua DPD PAN Kota Binjai ini meminta, agar Pemprovsu dan pemerintah pusat tegas melakukan pengawasan di TNGL. “Galian C juga ditata. Jangan mudah mengeluarkan izin. Bahorok merupakan daerah wisata yang perlu dijaga lingkungannya,” kata Rudi.

Hari Ini Gubsu Tinjau Lokasi Bencana

Terkait banjir bandang Rabu dinihari kemarin, Gubernur Sumatera Utara, Edy Rahmayadi memastikan akan turun ke lokasi bencana banjir bandang.

Edy mengatakan, perlu datang ke lokasi untuk melihat langsung penyebab pasti bencana alam tersebut. Pasalnya, ada banyak informasi tentang penyebab banjir bandang yang menimpa destinasi lokasi wisata itu.

“Banyak versi. Nah, besok (Jumat) saya berangkat ke sana. Saya akan pastikan. Kalau saya salah ngomong dan tidak melihat secara langsung, nanti salah. Jadi besok saya berangkat ke sana,” katanya menjawab wartawan di Rumah Dinas Gubsu, Jalan Sudirman Medan, Kamis (19/11).

Usai menerima laporan bencana di Landak River, Edy mengaku telah mengirimkan tim ke lokasi. Di antaranya BPBD Sumut, untuk mendata dan membantu masyarakat melakukan pembersihan sisa-sisa banjir bandang.

“Tim sudah. Tim sudah ada di sana dan besok saya berangkat ke sana,” ujar mantan Pangkostrad dan Pangdam I/BB ini.

Sebelumnya, Camat Bahorok, Dameka mengatakan kejadian banjir bandak berdampak cukup parah ke lokasi wisata yang bergantung dengan aliran Sungai Landak. Di antaranya yang terdampak yakni wisata Landak River, Selang Pangeran, Batu Katak, beserta satu jembatan penghubung yang berperan vital. (ted/prn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/