25 C
Medan
Saturday, November 23, 2024
spot_img

1.756 WNA Menetap di Sumut, Pekerja Asing Terbanyak dari Malaysia

no picture

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Periode Februari 2019, terdapat 1.756 Warga Negara Asing (WNA) pengguna KITAS yang menetap di Sumatera Utara. Dari jumlah tersebut sebanyak 756 orang di antaranya tenaga kerja asing (TKA). Sementara 421 di antaranya berstatus mahasiswa.

“Sebanyak 756 TKA tersebar di sejumlah Kantor Imigrasi yang ada di Sumut. Di antaranya, Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Medan sebanyak 421 orang, Imigrasi Kelas I Polonia 8 orang, Imigrasi Kelas II Belawan 254 orang. Kantor Imigrasi Kelas II Pematangsiantar sebanyak 143 orang, Imigrasi Kelas II Tanjungbalai 3 orang, dan Imigrasi Kelas II Sibolga 27 orang,” kata Kepala Divisi Imigrasi Kanwil Kemenkumham Sumut, Icon Siregar, kepada Sumut Pos, Rabu (20/1).

Dari data Kantor Imigrasi Kanwil Kemenkumham Sumut, jumlah TKA terbesar yang bekerja di Sumut menurut asal negara, terbanyak dari Malaysia yakni 312 orang. Disusul China 181 orang, Filipina 112, Korea Selatan 98, India 34, Jepang 7, Singapura 3, Australia 4 orang. Kemudian, Thailand 2 orang, Amerika Serikat 1 orang, dan Sri Langka 2 orang.

Menurut Icon, dari 756 TKA tersebut, para pekerja asing tersebut berstatus profesional, yang tersebar di wilayah Sumut. “Mereka tersebar di berbagai perusahaan di Sumut. Ada yang di perusahaan pembangkit listrik, perkebunan, pertambangan, pendidikan, dan lain-lain,” sebutnya.

Sejauh ini, pihaknya telah mengimbau seluruh kantor imigrasi untuk terus mengawasi para pekerja asing di Sumut itu. “Kalau kita lihat mereka profesional dan untuk pengawasannya kita sudah ingatkan Kantor Imigrasi untuk mengawasi mereka. Jadi kita pantau siapa tenaga asing yang tidak pada tempatnya,” sambungnya.

Selain itu, Imigrasi juga mencatat 593 Tenaga Kerja Asing (TKA) meninggalkan Indonesia lantaran masa kerjanya di Sumut sudah habis (Exit Permit Only).

Sementara itu, sebanyak 421 orang orang asing berstatus mahasiswa di Sumut, tercatat kuliah di empat Universitas. “Di antaranya, di USU, UISU, UINSU dan Unimed. Sedangkan sebanyak 579 statusnya mengikuti keluarga,” ungkapnya.

Kunjungan Terbanyak dari Malaysia

Selain itu, Kanwil Kemenkumham Sumut mencatat ribuan jumlah orang asing yang melintasi di Sumut. Icon mengatakan, sepanjang tahun 2018, Malaysia adalah negara terbanyak mengunjungi Sumut. Disusul Singapura dan China di tempat ketiga.

Imigrasi Kanwil Kemenkumham Sumut mencatat, ada 102.651 kunjungan yang dilakukan penduduk yang dipimpin Mahatir Mohammad itu.

Selain Malaysia, Imigrasi Kanwil Kemenkumham Sumut juga mencatat sembilan besar negara yang warganya mendominasi kunjungan ke Sumut sepanjang tahun 2018.

Berturut-turut, Imigrasi mencatat kunjungan WN Singapura sebanyak 21.124, WN China (8.249), WN Australia (4.292), WN Jerman (3.933), WN Thailand (3.914), WN Amerika Serikat (2.993), WN India (2.967), WN Kerajaan Inggris (2.881) dan terakhir, WN Taiwan (2.714).

Adapun pintu masuk perlintasan warga negara asing ke Sumut terbesar diterima oleh Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI) Bandara Kualanamu, Deliserdang. TPI Kuala Namu catatkan 1.692.219 perlintasan WNA dari berbagai negara di dunia. Sementara, TPI Teluk Nibung mencatat ada 4.182 kunjungan.

Jika ditotal, maka jumlah kunjungan WNA ke Sumut sepanjang tahun 2018 yang dicatat oleh Kanwil Kemenkumham Sumut dari seluruh TPI adalah 1.710.213 kunjungan.

91 Imigran Bangladesh Dideportasi

Sementara itu, Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Belawan mencatat, sebanyak 197 Imigran Bangladesh saat ini menanti untuk dideportasi. Dari total 288 jumlah imigran yang diamankan awal Februari lalu, hingga kini sebanyak 91 imigran Bangladesh telah dideportasi melalui Bandara Kualanamu.

“Ini sudah tahap keenam kita lakukan deportasi. Selasa kemarin, sebanyak 34 imigran (Bangladesh) kita deportasi. Jadi total 91 imigran sudah dideportasi,” ungkap Kepala Rudenim Belawan, Victor Manurung kepada Sumut Pos, Rabu (20/2).

Pendeportasian dilakukan secara bertahap, mengingat para imigran telah memegang tiket kepulangan. “Mereka punya tiket sendiri. Tiketnya dari keluarganya. Kalau kita mana bisa mendahulukan. Paling berkoordinasi dengan kedutaan mereka,” katanya.

Selama di Rudenim, disebutnya, tidak ada para imigran yang menderita sakit. Selain itu, pihak Imigrasi memberikan makan yang cukup kepada para imigran. “Makannya biasa, tiga kali sehari selama di penitipan. Sesuai standar kitalah,” kata Victor.

Namun, pihaknya saat ini belum mengetahui siapa pemilik rumah toko (ruko) atau agen dari 288 imigran Bangladesh, yang bakal dijadikan tersangka. Pihak Imigrasi Medan, masih berkoordinasi dengan pihak kepolisian untuk menetapkan tersangka.

“Kami masih berkoordinasi dengan polisi, untuk menentukan pasal yang pas menjerat tersangka. Untuk saat ini, kami fokus pada pemulangan para imigran dulu,” pungkasnya.

Sebelumnya, Polrestabes Medan mengamankan 288 Imigran Bangladesh dari berbagai lokasi di Medan, dan diserahkan ke pihak Imigrasi.

Komisi A: Timpora Tak Serius

Terpisah, Komisi A DPRD Medan menyoroti kinerja Tim Pengawasan Orang Asing (Timpora) yang dinilai tak maksimal membongkar jaringan penyelundupan ratusan warga negara (WN) Bangladesh dari salah satu ruko di Jalan Pantai Barat, Kelurahan Cinta Damai, Medan Helvetia, Selasa (5/2) lalu.

Wakil Ketua Komisi A DPRD Medan, Roby Barus menilai, jajaran Inteldakim Kantor Imigrasi (Kanim) Kelas I Khusus Medan tidak serius dalam membongkar jaringan penyelundupan WNA tersebut. Padahal, penjaga ruko yang menjadi tempat penampungan mereka dapat menjadi pintu masuk mengungkap jaringan ini.

“Sepertinya tidak serius mengungkap. Bisa dilihat dari kaburnya dua penjaga ruko yang sebelumnya sempat diamankan. Penjaga ruko itu harusnya dapat menjadi pintu masuk Imigrasi untuk mengungkap jaringan penyelundupan imigran,” kata Roby dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) yang dipimpin Ketua Komisi A DPRD Medan, Sabar Syamsurya Sitepu, Rabu (20/2).

Senada, Sekretaris Komisi A DPRD Medan, M Nasir, mengatakan harusnya Imigrasi dapat mengungkap dan membongkar jaringan atau agen yang membawa WN Bangladesh tersebut masuk ke Indonesia. “Siapa agen mereka harusnya dapat terungkap. Silahkan lakukan operasi Timpora bersama. Bila perlu, razia tempat-tempat yang terindikasi ada orang asing yang masuk secara illegal,” tegas Nasir.

Ia membandingkan dengan negara Arab, di mana pemerintahnya tahu WNA berada di daerah mana. “Kalau kita terbang antar pulau, kita disuruh melapor. Harusnya Imigrasi juga seperti itu, sehingga bisa melakukan pengawasan,” terangnya.

Ketua Komisi A DPRD Medan, Sabar Sitepu berharap, pengawasan yang dilakukan Timpora tidak hanya sebatas rapat semata. Melainkan harus memaksimalkan razia ke lapangan. “Kalau perlu, libatkan kami. Itu yang di Capital Building, informasinya sering ada orang asing. Makanya, ayo sama-sama kita razia,” ketus Sabar.

Kepala Seksi Intelijen Kanim Kelas I Khusus Medan, Caven Jonathan, menyebutkan, sebelumnya mereka sudah mengetahui adanya pergerakan WNA Bangladesh di Kota Medan. Hanya saja, mereka tidak mendapatkan lokasi pasti para WNA tersebut.

Ia mengatakan, pihaknya kesulitan mengungkap agen ratusan imigran Bangladesh yang ditemukan dari kawasan Kampung Lalang beberapa waktu lalu. “Dua WNI yang diamankan mengaku bertugas mengurusi makanan dan transportasi para WNA tersebut. Hanya saja, keduanya sudah melarikan diri,” aku Caven.

Caven mengaku pihaknya sudah meminta keterangan dari kedua penjaga tersebut. Namun saat diperiksa, keduanya memohon diizinkan pulang karena sedang sakit. “Setelah kita pulangkan, besoknya mereka tidak datang lagi. Padahal sudah kita ingatkan. Kita memulangkan mereka karena alasan kemanusiaan dan belum bisa menjerat keduanya,” kilah Caven seraya menyebutkan sudah meminta aparat terkait untuk mencari keduanya.

Kepala Kanim Kelas II Belawan, Samuel Toba mengaku, pihaknya aktif melakukan pengawasan ke wilayah kerjanya yang meliputi sebagian wilayah Medan dan Deli Serdang. Pengawasan juga dilakukan bersama unsur terkait dalam Timpora seperti kepolisian, TNI, dan Pemda. “Kita lakukan operasi bila informasi sudah pasti,” akunya. (man/ris)

no picture

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Periode Februari 2019, terdapat 1.756 Warga Negara Asing (WNA) pengguna KITAS yang menetap di Sumatera Utara. Dari jumlah tersebut sebanyak 756 orang di antaranya tenaga kerja asing (TKA). Sementara 421 di antaranya berstatus mahasiswa.

“Sebanyak 756 TKA tersebar di sejumlah Kantor Imigrasi yang ada di Sumut. Di antaranya, Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Medan sebanyak 421 orang, Imigrasi Kelas I Polonia 8 orang, Imigrasi Kelas II Belawan 254 orang. Kantor Imigrasi Kelas II Pematangsiantar sebanyak 143 orang, Imigrasi Kelas II Tanjungbalai 3 orang, dan Imigrasi Kelas II Sibolga 27 orang,” kata Kepala Divisi Imigrasi Kanwil Kemenkumham Sumut, Icon Siregar, kepada Sumut Pos, Rabu (20/1).

Dari data Kantor Imigrasi Kanwil Kemenkumham Sumut, jumlah TKA terbesar yang bekerja di Sumut menurut asal negara, terbanyak dari Malaysia yakni 312 orang. Disusul China 181 orang, Filipina 112, Korea Selatan 98, India 34, Jepang 7, Singapura 3, Australia 4 orang. Kemudian, Thailand 2 orang, Amerika Serikat 1 orang, dan Sri Langka 2 orang.

Menurut Icon, dari 756 TKA tersebut, para pekerja asing tersebut berstatus profesional, yang tersebar di wilayah Sumut. “Mereka tersebar di berbagai perusahaan di Sumut. Ada yang di perusahaan pembangkit listrik, perkebunan, pertambangan, pendidikan, dan lain-lain,” sebutnya.

Sejauh ini, pihaknya telah mengimbau seluruh kantor imigrasi untuk terus mengawasi para pekerja asing di Sumut itu. “Kalau kita lihat mereka profesional dan untuk pengawasannya kita sudah ingatkan Kantor Imigrasi untuk mengawasi mereka. Jadi kita pantau siapa tenaga asing yang tidak pada tempatnya,” sambungnya.

Selain itu, Imigrasi juga mencatat 593 Tenaga Kerja Asing (TKA) meninggalkan Indonesia lantaran masa kerjanya di Sumut sudah habis (Exit Permit Only).

Sementara itu, sebanyak 421 orang orang asing berstatus mahasiswa di Sumut, tercatat kuliah di empat Universitas. “Di antaranya, di USU, UISU, UINSU dan Unimed. Sedangkan sebanyak 579 statusnya mengikuti keluarga,” ungkapnya.

Kunjungan Terbanyak dari Malaysia

Selain itu, Kanwil Kemenkumham Sumut mencatat ribuan jumlah orang asing yang melintasi di Sumut. Icon mengatakan, sepanjang tahun 2018, Malaysia adalah negara terbanyak mengunjungi Sumut. Disusul Singapura dan China di tempat ketiga.

Imigrasi Kanwil Kemenkumham Sumut mencatat, ada 102.651 kunjungan yang dilakukan penduduk yang dipimpin Mahatir Mohammad itu.

Selain Malaysia, Imigrasi Kanwil Kemenkumham Sumut juga mencatat sembilan besar negara yang warganya mendominasi kunjungan ke Sumut sepanjang tahun 2018.

Berturut-turut, Imigrasi mencatat kunjungan WN Singapura sebanyak 21.124, WN China (8.249), WN Australia (4.292), WN Jerman (3.933), WN Thailand (3.914), WN Amerika Serikat (2.993), WN India (2.967), WN Kerajaan Inggris (2.881) dan terakhir, WN Taiwan (2.714).

Adapun pintu masuk perlintasan warga negara asing ke Sumut terbesar diterima oleh Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI) Bandara Kualanamu, Deliserdang. TPI Kuala Namu catatkan 1.692.219 perlintasan WNA dari berbagai negara di dunia. Sementara, TPI Teluk Nibung mencatat ada 4.182 kunjungan.

Jika ditotal, maka jumlah kunjungan WNA ke Sumut sepanjang tahun 2018 yang dicatat oleh Kanwil Kemenkumham Sumut dari seluruh TPI adalah 1.710.213 kunjungan.

91 Imigran Bangladesh Dideportasi

Sementara itu, Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Belawan mencatat, sebanyak 197 Imigran Bangladesh saat ini menanti untuk dideportasi. Dari total 288 jumlah imigran yang diamankan awal Februari lalu, hingga kini sebanyak 91 imigran Bangladesh telah dideportasi melalui Bandara Kualanamu.

“Ini sudah tahap keenam kita lakukan deportasi. Selasa kemarin, sebanyak 34 imigran (Bangladesh) kita deportasi. Jadi total 91 imigran sudah dideportasi,” ungkap Kepala Rudenim Belawan, Victor Manurung kepada Sumut Pos, Rabu (20/2).

Pendeportasian dilakukan secara bertahap, mengingat para imigran telah memegang tiket kepulangan. “Mereka punya tiket sendiri. Tiketnya dari keluarganya. Kalau kita mana bisa mendahulukan. Paling berkoordinasi dengan kedutaan mereka,” katanya.

Selama di Rudenim, disebutnya, tidak ada para imigran yang menderita sakit. Selain itu, pihak Imigrasi memberikan makan yang cukup kepada para imigran. “Makannya biasa, tiga kali sehari selama di penitipan. Sesuai standar kitalah,” kata Victor.

Namun, pihaknya saat ini belum mengetahui siapa pemilik rumah toko (ruko) atau agen dari 288 imigran Bangladesh, yang bakal dijadikan tersangka. Pihak Imigrasi Medan, masih berkoordinasi dengan pihak kepolisian untuk menetapkan tersangka.

“Kami masih berkoordinasi dengan polisi, untuk menentukan pasal yang pas menjerat tersangka. Untuk saat ini, kami fokus pada pemulangan para imigran dulu,” pungkasnya.

Sebelumnya, Polrestabes Medan mengamankan 288 Imigran Bangladesh dari berbagai lokasi di Medan, dan diserahkan ke pihak Imigrasi.

Komisi A: Timpora Tak Serius

Terpisah, Komisi A DPRD Medan menyoroti kinerja Tim Pengawasan Orang Asing (Timpora) yang dinilai tak maksimal membongkar jaringan penyelundupan ratusan warga negara (WN) Bangladesh dari salah satu ruko di Jalan Pantai Barat, Kelurahan Cinta Damai, Medan Helvetia, Selasa (5/2) lalu.

Wakil Ketua Komisi A DPRD Medan, Roby Barus menilai, jajaran Inteldakim Kantor Imigrasi (Kanim) Kelas I Khusus Medan tidak serius dalam membongkar jaringan penyelundupan WNA tersebut. Padahal, penjaga ruko yang menjadi tempat penampungan mereka dapat menjadi pintu masuk mengungkap jaringan ini.

“Sepertinya tidak serius mengungkap. Bisa dilihat dari kaburnya dua penjaga ruko yang sebelumnya sempat diamankan. Penjaga ruko itu harusnya dapat menjadi pintu masuk Imigrasi untuk mengungkap jaringan penyelundupan imigran,” kata Roby dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) yang dipimpin Ketua Komisi A DPRD Medan, Sabar Syamsurya Sitepu, Rabu (20/2).

Senada, Sekretaris Komisi A DPRD Medan, M Nasir, mengatakan harusnya Imigrasi dapat mengungkap dan membongkar jaringan atau agen yang membawa WN Bangladesh tersebut masuk ke Indonesia. “Siapa agen mereka harusnya dapat terungkap. Silahkan lakukan operasi Timpora bersama. Bila perlu, razia tempat-tempat yang terindikasi ada orang asing yang masuk secara illegal,” tegas Nasir.

Ia membandingkan dengan negara Arab, di mana pemerintahnya tahu WNA berada di daerah mana. “Kalau kita terbang antar pulau, kita disuruh melapor. Harusnya Imigrasi juga seperti itu, sehingga bisa melakukan pengawasan,” terangnya.

Ketua Komisi A DPRD Medan, Sabar Sitepu berharap, pengawasan yang dilakukan Timpora tidak hanya sebatas rapat semata. Melainkan harus memaksimalkan razia ke lapangan. “Kalau perlu, libatkan kami. Itu yang di Capital Building, informasinya sering ada orang asing. Makanya, ayo sama-sama kita razia,” ketus Sabar.

Kepala Seksi Intelijen Kanim Kelas I Khusus Medan, Caven Jonathan, menyebutkan, sebelumnya mereka sudah mengetahui adanya pergerakan WNA Bangladesh di Kota Medan. Hanya saja, mereka tidak mendapatkan lokasi pasti para WNA tersebut.

Ia mengatakan, pihaknya kesulitan mengungkap agen ratusan imigran Bangladesh yang ditemukan dari kawasan Kampung Lalang beberapa waktu lalu. “Dua WNI yang diamankan mengaku bertugas mengurusi makanan dan transportasi para WNA tersebut. Hanya saja, keduanya sudah melarikan diri,” aku Caven.

Caven mengaku pihaknya sudah meminta keterangan dari kedua penjaga tersebut. Namun saat diperiksa, keduanya memohon diizinkan pulang karena sedang sakit. “Setelah kita pulangkan, besoknya mereka tidak datang lagi. Padahal sudah kita ingatkan. Kita memulangkan mereka karena alasan kemanusiaan dan belum bisa menjerat keduanya,” kilah Caven seraya menyebutkan sudah meminta aparat terkait untuk mencari keduanya.

Kepala Kanim Kelas II Belawan, Samuel Toba mengaku, pihaknya aktif melakukan pengawasan ke wilayah kerjanya yang meliputi sebagian wilayah Medan dan Deli Serdang. Pengawasan juga dilakukan bersama unsur terkait dalam Timpora seperti kepolisian, TNI, dan Pemda. “Kita lakukan operasi bila informasi sudah pasti,” akunya. (man/ris)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/