Pebisnis yang ikut membidani lahirnya Salon sebelum hengkang pada 2007 itu menyebut tuntutan zaman sebagai tantangan terbesar bisnis online. ”Pengguna ponsel lebih suka me-refresh social media dan aplikasi untuk mendapatkan informasi atau berita terbaru daripada mengunjungi situs berita itu sendiri,” lanjut Rosenberg.
Maka, tidak heran jika traffic koran digital semakin anjlok. Itu selaras dengan turun drastisnya pemasukan dari iklan. Sebab, para pemasang iklan mengikuti dan mencoba menyelaraskan diri dengan perubahan perilaku pengguna internet.
Pekan lalu Mark Zuckerberg mengumumkan rencana besar Facebook untuk mendominasi internet. Dalam kurun waktu sepuluh tahun, Facebook akan memiliki fitur lengkap yang membuat para penggunanya betah berkelana di media sosial tersebut. Dijamin, ada banyak kesenangan yang pengguna Facebook temukan tanpa harus mengklik link berita atau kanal lain yang ditautkan di laman akun mereka.
Instant articles menjadi fitur yang bakal menggusur eksistensi koran atau penerbit digital. Sebab, lewat fitur baru yang sudah mulai berfungsi itu, para pengguna Facebook bisa mengunggah tulisan atau artikel mereka secara langsung. Instant articles sangat membantu karena membuat konten bisa loading di device selambat apa pun. Dan loading speed-nya sangat cepat, bisa dibilang instan alias langsung muncul.
Bukan hanya itu, Zuckerberg bahkan akan melengkapinya dengan fitur messenger yang memungkinkan si penulis artikel berinteraksi langsung dengan pembacanya. ”(Facebook) Messenger akan menjadi poin penting kami yang lain untuk membantu para pengguna Facebook terkoneksi satu sama lain lewat berbagai aplikasi yang kami tawarkan,” ucap Zuckerberg.
Ekspansi tersebut, menurut perusahaan analis Parse.ly, akan membuat para pebisnis online, mau tidak mau, bekerja sama dengan Facebook. Saat ini pun sedikitnya 40 persen pengunjung situs berita online berasal dari Facebook. Tapi, sejak Facebook punya fitur video dan instant articles, kunjungan ke situs lain yang tertaut di sana berkurang.
Direktur Komunikasi NewsWhip Liam Corcoran mengatakan bahwa para penerbit koran digital kini sangat resah atas kondisi tersebut. Rata-rata mereka bertanya apakah kondisi seperti itu akan berlangsung selamanya. ”Mereka seperti bertanya kepada dokter tentang penyakit,” ujarnya.
Kini hal pertama yang muncul di benak para pebisnis online adalah bertahan. Itulah yang membuat Malik berniat segera membuat akun Facebook untuk Gigaom. Setelah bangkrut pada 2015, Gigaom diakuisisi Knowingly Corp dan masih bertahan sampai sekarang. ”Dengan punya akun Facebook, ada kesempatan untuk tetap dibaca orang. Uang? Itu perkara lain. Bagaimana menghasilkan uang? Kita pikirkan nanti,” tuturnya. (Newyorktimes/hep/c9/kim)