MADINA, SUMUTPOS.CO – Korban tewas penambangan emas secara tradisional di bukit Sarahan, Desa Hutabargot Nauli, Kecamatan Hutabargot, Kabupaten Mandailing Natal (Madina) bertambah. Setelah dua penambang masing-masing Rozak, warga Desa Barbaran dan Oloan warga Desa Hutatonga, Kecamatan Panyabungan Barat, ditemukan tewas di dalam lubang.
Pencarian yang dilakukan polisi dibantu warga dari Selasa lalu membuahkan hasil, sejak pencarian mulai Selasa kemarin. Rabu (20/8) malam, petugas kepolisian berhasil mengevaluasi lima korban lagi. Sehingga total korban tewas keseluruhan menjadi tujuh orang.
Kelima orang korban tewas yang ditemukan pada Rabu malam hingga Kamis dini hari yaitu Lian (35), Jamu’i (42), Saudin (40), Ucok (17), empat korban ini tercatat sebagai warga Desa Barbaran, Kecamatan Panyabungan Barat, dan seorang lagi bernama Ilyas alias ‘Kadek’ (25) warga Desa Sirambas, Kecamatan Panyabungan Barat.
Kapolsek Panyabungan AKP Agus Mariana kepada Metro Tabagsel, Kamis (20/8) mengatakan, pencarian yang dilakukan selama dua hari ini telah membuahkan hasil. Petugas dibantu dengan pihak keluarga dan warga berhasil mengevakuasi lima orang korban dengan kondisi tidak bernyawa lagi. Lima orang korban tersebut ditemukan tergeletak di dalam lubang di sekitar lokasi penemuan mayat Rozak dan Oloan Selasa sore sekira pukul 17.30 Wib.
“Kelima jenazah ditemukan di dalam lubang lokasi penemuan dua mayat kemarin. Berdasarkan informasi, ada tujuh orang yang berada di dalam lubang, dan semuanya sudah berhasil dievakuasi,” sebut mantan Kasat Pol Airud Polres Madina itu.
Agus mengatakan, dugaan sementara penyebab tewasnya tujuh penambang emas tanpa izin itu adalah akibat kehabisan oksigen di dalam lubang tambang. Juga diduga adanya asap sisa pembakaran dari pintu lubang tambang. Agus mengimbau kepada masyarakat yang merasa kehilangan anggota keluarganya supaya segera melaporkannya kepada petugas.
AHADOMA HUBAEN MANGAN NI ANAKKON
Syafrida (19), istri salah seorang korban tewas dalam lubang tambang bernama Ilyas alias ‘Kadek’ saat disambangi di rumah duka tidak mampu membendung air matanya. Wanita dua anak hasil pernikahannya dengan Kadek, menangis tiada hentinya.
“Ahadoma mangan ni anakkon, Oh Tuhan, Tolongma Hami,,(Apalah makan anak-anakku ini, oh Tuhan, tolonglah kami)” kalimat yang keluar di tengah isak tangisnya saat didatangi keluarga untuk mengucapkan belasungkawa di rumah mertuanya di Desa Sirambas Kecamatan Panyabungan Barat, Kamis (20/8).
Syafrida saat disambangi terlihat lemas dan terus menetskan air mata sambil menggendong bayinya yang masih berusia dua bulan. Ia didampingi ibunya dan mertuanya menceritakan, suaminya berangkat dari rumah pada hari Senin sore kemarin. Kadek berangkat menuju lokasi penambangan emas bersama abang sepupunya bernama Husni. Husni sendiri berhasil keluar dari dalam lubang dengan selamat, dan Husni jugalah yang memberikan kabar soal kejadian itu kepada istri dan keluarga ‘Kadek’.
“Dia berangkat dari rumah hari Senin kemarin, hari selasa malam bang Husni datang menceritakan kejadian itu. Dia bilang kalau suamiku masih berada dalam lubang. Saya syok mendengarnya, rupanya di sinilah akhir semuanya. Hari Senin itulah pertemuan terakhir kami bang,” kisah Syafrida.
Syafrida mengatakan, tidak ada tanda atau kejanggalan apapun sebelum Kadek berangkat ke lokasi penambangan. Hanya saja sikap dia beberapa hari sebelum kejadian begitu manis dan sangat berbeda dengan biasanya.
“Tidak ada sama sekali kejanggalan, tidak ada tanda-tanda apapun, cuma dalam seminggu ini dia sangat berbeda, dia sangat manis sama kami. Apa sajapun yang aku bilang selalu dia turuti, dan dia juga sering bermanja-manja sama anak-anak. Selama seminggu ini dia jarang keluar rumah, paling dia duduk-duduk di teras rumah. Hanya itu saja perubahan yang kami alami,” ujarnya.
Mereka juga menerangkan, sebelum kejadian, sepupunya bernama Husni telah mengajak Kadek agar secepatnya keluar dari dalam lubang, karena ada ancaman kepulan asap yang datang dari arah pintu lubang. Namun, Kadek menolak ajakan Husni karena belum ada bongkahan batu berisi kandungan emas yang dibawanya.
“Husni bilang, dia sudah mengajak agar keluar dari lubang, tapi Kadek menolak karena belum ada yang dia bawak (batu mengandung emas), makanya Husni keluar duluan dan berhasil selamat,” tambah keluarga Kadek.
Syafrida yang didampingi mertuanya menyebut, sejak mereka menikah tiga tahun yang lalu, Kadek tidak mempunyai pekerjaan tetap, dan sehari-hari hanya ikut menambang di lokasi penambangan emas tanpa izin di Tor Sihayo Hutabargot.
Menurut keluarga, Kadek tidak bekerja sama siapapun, dan tidak mempunyai lubang sendiri. Ia bersama teman-temannya hanya sebagai ‘Tukang Leles’ (mencari sisa emas di lubang yang sudah ditutup). “Sejak mereka menikah, si Kadek hanya menambang sebagai tukang leles, karena tidak ada pekerjaan tetap,” tutupnya. (wan/smg/deo)