30 C
Medan
Saturday, May 4, 2024

Banyak Masyarakat Tinggal di DAS jadi Penyebab Banjir Madina, Gubsu: Edukasi Dulu Sebelum Bertindak

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Pemprov Sumut bersama Pemkab Mandailing Natal dan stakeholder terkait, segera berupaya meminimalisir dampak bencana, usai menganalisa sejumlah penyebab terjadinya banjir di daerah tersebut. Gubernur Sumut (Gubsu), Edy Rahmayadi meminta Bupati Madina memberi edukasi akan bahaya bencana yang setiap saat mengancam jiwa warga yang tinggal di daerah aliran sungai (DAS).

ARAHAN: Gubsu Edy Rahmayadi memberikan arahan kepada masyarakat saat meninjau kondisi pascabanjir di Kabupaten Mandailing Natal (Madina), Senin (20/12).

“Bencana alam yang terjadi di beberapa tempat (di Madina) disebabkan tempat-tempat itu tak laik ditempati rakyat,” kata Gubsu Edy Rahmayadi didampingi Bupati Madina, Jakfar Sukhairi usai meninjau langsung kondisi bencana alam yang menimpa kabupaten itu, Senin (20/12).

Menurutnya, hal ini mesti diperhatikan pemerintah terutama Pemkab Madina serta dibutuhkan ketegasan kepemimpinan di wilayah itu. “Nanti kita pelajari karena sungai ini setelah dicek adalah sungai nasional (wewenang) Balai Wilayah Sungai Sumatera II. Tapi aliran muaranya kita belum tau, apakah dari sana (sungai kewenangan BWSS) atau tidak,” katanya.

Edy juga menganalisis, lantaran posisi sungai tersebut berbatasan dengan laut, lalu laut juga sedang dalam kondisi rob (pasang), menyebabkan airnya ikut merendam pemukiman masyarakat. “Yang kedua, rumah-rumah rakyat di bantaran sungai pastinya itu tidak boleh. Itulah diperlukan tadi ketegasan,” katanya.

Masyarakat yang bermukim di daerah aliran sungai (DAS) itu, lanjut dia, mesti diberi edukasi akan bahaya bencana yang setiap saat mengancam jiwa mereka jika bertempat tinggal di situ. “Yang ketiga, dalam kondisi pascabanjir tentu rakyat kita ini perlu dibantu. Untuk itulah saya hadir dan segala yang bisa kita bantu, kita bantu,” katanya.

Begitupun ia meminta masyarakat jangan terlena akan bantuan yang digelontorkan pemerintah maupun pihak terkait lainnya. “Bantuan (dari pemprov) ada untuk 1.000 kepala keluarga, nanti pak bupati dan pak Dandim yang mengatur (untuk teknisnya),” katanya.

Secara umum, Edy mengemukakan bencana alam yang di wilayah Sumut yang terparah tinggal Kabupaten Madina. “Yang lain sudah, tapi ini Desember (kecenderungan musim penghujan) saya minta rakyat waspada,” pungkasnya.

Sebelumnya, berdasarkan catatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Madina, mencatat sebanyak 4.500 kepala keluarga (KK) terkena dampak dari musibah banjir dan tanah longsor yang terjadi pada Sabtu (19/12/2021) malam. Adapun disebutkan banjir memberikan dampak terparah bagi para warga yang bermukim di wilayah Pantai Barat Kabupaten Madina. Pemkab Madina sendiri telah mengeluarkan penetapan status darurat bencana yang akan berlangsung selama 14 hari ke depan.

Diketahui, Bupati Madina Jakfar Sukhairi Nasution sebelumnya telah menetapkan status darurat bencana banjir dan longsor di Madina mulai 18 hingga 31 Desember 2021. Status yang berlangsung selama 14 hari ini ditetapkan dalam surat keputusan Bupati Madina Nomor 360/0947/K/2021.

Penetapan status darurat tersebut dilakukan berdasarkan hasil rapat Forkopimda Madina. Status darurat ini diputuskan dengan memertimbangkan curah hujan yang sangat tinggi mengakibatkan banjir, longsor, sehingga mengganggu kehidupan masyarakat.

Selain itu, banjir dan longsor menimbulkan kerusakan infrastruktur dan fasilitas umum di Mandailing Natal. Bupati juga menerbitkan Surat Keputusan Nomor 360/0948/K/2021 tentang Pos Komando Penanganan Darurat Bencana Banjir dan Tanah Longsor di Kabupaten Madina yang diketuai Sekretaris Daerah, Gozali.

Hujan Masih Menguyur Sumut

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah I Medan memperkirakan, masih terjadi hujan di wilayah Sumatera Utara dengan intensitas sedang lebat, beberapa ke depan. Hujan ini, dipicu Typhoon Rai atau siklon tropis yang aktivitasnya kian melemah. Sebelumnya, Typhoon Rai terdeteksi di Laut China Selatan. Dengan begitu, masyarakat selalu diimbau untuk waspada dengan kondisi cuaca tersebut.

Forecaster Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah I Medan, Martha Manurung menjelaskan, hujan tersebut akan terjadi di kawasan pegunungan hingga kawasan pantai barat. “Untuk hari ini (kemarin), masih berpotensi hujan sedang hingga lebat di wilayah pegunungan, lereng dan pantai Barat,” ucap Martha, Senin (20/12).

Kemudian, Martha menejelaskan, analisis BMKG juga menunjukkan, ada pertumbuhan bibit baru siklon tropis 94B di kawasan Utara Aceh. Kondisi ini juga yang mendorong terjadinya hujan di kawasan Pantai Barat Sumatera hingga lereng Barat. “Masih akan terjadi potensi hujan sedang hingga lebat dan disertai angin kencang,” jelasnya.

Martha mengatakan, masyarakat juga harus mewaspadai gelombang tinggi. Analisis BMKG menunjukkan, gelombang setinggi 1,25 hingga 2,5 meter diprediksi terjadi di perairan Kepulauan Nias dan Sibolga. “Kemudian gelombang tinggi 2,5-4 meter diprediksi terjadi di Pulau Simeulue hingga Nias,” pungkasnya.

Sumut-Aceh 20 Kali Digoyang Gempa

Sementara, Pusat Gempa Regional (PGR) I Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah 1 Medan mencatat, selama Desember 2021, sebanyak 20 kali kejadian gempa bumi di Sumatera Utara (Sumut) dan Aceh. Peneliti PGR 1 BBMKG Wilayah I Medan, Marzuki Sinambela mengatakan, aktivitas kegempaan tersebut, sebagian besar terjadi di sekitar Megathrust dan sebagian lagi di wilayah segmen besar Sumatera. Rata-rata gempa berkekuatan Magnitudo 4 sampai 5.

Dijelaskannya, terhitung mulai 10-16 Desember 2021, data gempa bumi yang terjadi di wilayah PGR 1 yang tercatat dan di analisa yaitu sebanyak 20 kali kejadian, dengan kekuatan gempa magnitudo kecil dari 4.0 sebanyak 17 kejadian dan magnitudo antara 4.0 dan 5.0 sebanyak 3 kejadian. “Kedalaman aktivitas gempa bumi umumnya dikategorikan gempa dangkal (di bawah 60 Km) sebanyak 19 kejadian dan menengah (kedalaman antara 60 km sampai dengan 300 Km) sebanyak 1 kejadian,” jelasnya.

Sementara Analsisi PGR 1, Resha Ida menambahkan, gempa bumi yang terjadi sepekan ini, dominan terjadi di laut dengan 11 kejadian dan di darat sebanyak 9 kejadian. “Hal ini tentunya berbeda dengan aktivitas kegempaan minggu lalu yang dominan di darat. Namun, meski pun begitu, tidak ada kejadian gempa bumi yang dirasakan oleh masyarakat,” imbuhnya.

Resha mengimbau kepada masyarakat, meski gempa tidak terasa, tetapi harus tetap waspada. “Yang terpenting tidak perlu panik jika terjadi gempa. Tetap merespon saja dengan cepat informasi BMKG, menjaga jarak bila kondisi gempa signifikan terjadi di era pandemi,” terangnya.

Dia meminta masyarakat yang berdomisili di Sumut, Aceh dan sekitarnya, agar memastikan informasi resmi hanya bersumber dari BMKG yang disebarkan melalui kanal komunikasi resmi yang telah terverifikasi (Instagram/Twitter @infoBMKG), website (http://www.bmkg.go.id atau inatews.bmkg.go.id), atau melalui Mobile Apps (IOS dan Android): wrs-bmkg (user pemda, pwd pemda-bmkg) atau infobmkg. (prn/gus/dwi)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Pemprov Sumut bersama Pemkab Mandailing Natal dan stakeholder terkait, segera berupaya meminimalisir dampak bencana, usai menganalisa sejumlah penyebab terjadinya banjir di daerah tersebut. Gubernur Sumut (Gubsu), Edy Rahmayadi meminta Bupati Madina memberi edukasi akan bahaya bencana yang setiap saat mengancam jiwa warga yang tinggal di daerah aliran sungai (DAS).

ARAHAN: Gubsu Edy Rahmayadi memberikan arahan kepada masyarakat saat meninjau kondisi pascabanjir di Kabupaten Mandailing Natal (Madina), Senin (20/12).

“Bencana alam yang terjadi di beberapa tempat (di Madina) disebabkan tempat-tempat itu tak laik ditempati rakyat,” kata Gubsu Edy Rahmayadi didampingi Bupati Madina, Jakfar Sukhairi usai meninjau langsung kondisi bencana alam yang menimpa kabupaten itu, Senin (20/12).

Menurutnya, hal ini mesti diperhatikan pemerintah terutama Pemkab Madina serta dibutuhkan ketegasan kepemimpinan di wilayah itu. “Nanti kita pelajari karena sungai ini setelah dicek adalah sungai nasional (wewenang) Balai Wilayah Sungai Sumatera II. Tapi aliran muaranya kita belum tau, apakah dari sana (sungai kewenangan BWSS) atau tidak,” katanya.

Edy juga menganalisis, lantaran posisi sungai tersebut berbatasan dengan laut, lalu laut juga sedang dalam kondisi rob (pasang), menyebabkan airnya ikut merendam pemukiman masyarakat. “Yang kedua, rumah-rumah rakyat di bantaran sungai pastinya itu tidak boleh. Itulah diperlukan tadi ketegasan,” katanya.

Masyarakat yang bermukim di daerah aliran sungai (DAS) itu, lanjut dia, mesti diberi edukasi akan bahaya bencana yang setiap saat mengancam jiwa mereka jika bertempat tinggal di situ. “Yang ketiga, dalam kondisi pascabanjir tentu rakyat kita ini perlu dibantu. Untuk itulah saya hadir dan segala yang bisa kita bantu, kita bantu,” katanya.

Begitupun ia meminta masyarakat jangan terlena akan bantuan yang digelontorkan pemerintah maupun pihak terkait lainnya. “Bantuan (dari pemprov) ada untuk 1.000 kepala keluarga, nanti pak bupati dan pak Dandim yang mengatur (untuk teknisnya),” katanya.

Secara umum, Edy mengemukakan bencana alam yang di wilayah Sumut yang terparah tinggal Kabupaten Madina. “Yang lain sudah, tapi ini Desember (kecenderungan musim penghujan) saya minta rakyat waspada,” pungkasnya.

Sebelumnya, berdasarkan catatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Madina, mencatat sebanyak 4.500 kepala keluarga (KK) terkena dampak dari musibah banjir dan tanah longsor yang terjadi pada Sabtu (19/12/2021) malam. Adapun disebutkan banjir memberikan dampak terparah bagi para warga yang bermukim di wilayah Pantai Barat Kabupaten Madina. Pemkab Madina sendiri telah mengeluarkan penetapan status darurat bencana yang akan berlangsung selama 14 hari ke depan.

Diketahui, Bupati Madina Jakfar Sukhairi Nasution sebelumnya telah menetapkan status darurat bencana banjir dan longsor di Madina mulai 18 hingga 31 Desember 2021. Status yang berlangsung selama 14 hari ini ditetapkan dalam surat keputusan Bupati Madina Nomor 360/0947/K/2021.

Penetapan status darurat tersebut dilakukan berdasarkan hasil rapat Forkopimda Madina. Status darurat ini diputuskan dengan memertimbangkan curah hujan yang sangat tinggi mengakibatkan banjir, longsor, sehingga mengganggu kehidupan masyarakat.

Selain itu, banjir dan longsor menimbulkan kerusakan infrastruktur dan fasilitas umum di Mandailing Natal. Bupati juga menerbitkan Surat Keputusan Nomor 360/0948/K/2021 tentang Pos Komando Penanganan Darurat Bencana Banjir dan Tanah Longsor di Kabupaten Madina yang diketuai Sekretaris Daerah, Gozali.

Hujan Masih Menguyur Sumut

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah I Medan memperkirakan, masih terjadi hujan di wilayah Sumatera Utara dengan intensitas sedang lebat, beberapa ke depan. Hujan ini, dipicu Typhoon Rai atau siklon tropis yang aktivitasnya kian melemah. Sebelumnya, Typhoon Rai terdeteksi di Laut China Selatan. Dengan begitu, masyarakat selalu diimbau untuk waspada dengan kondisi cuaca tersebut.

Forecaster Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah I Medan, Martha Manurung menjelaskan, hujan tersebut akan terjadi di kawasan pegunungan hingga kawasan pantai barat. “Untuk hari ini (kemarin), masih berpotensi hujan sedang hingga lebat di wilayah pegunungan, lereng dan pantai Barat,” ucap Martha, Senin (20/12).

Kemudian, Martha menejelaskan, analisis BMKG juga menunjukkan, ada pertumbuhan bibit baru siklon tropis 94B di kawasan Utara Aceh. Kondisi ini juga yang mendorong terjadinya hujan di kawasan Pantai Barat Sumatera hingga lereng Barat. “Masih akan terjadi potensi hujan sedang hingga lebat dan disertai angin kencang,” jelasnya.

Martha mengatakan, masyarakat juga harus mewaspadai gelombang tinggi. Analisis BMKG menunjukkan, gelombang setinggi 1,25 hingga 2,5 meter diprediksi terjadi di perairan Kepulauan Nias dan Sibolga. “Kemudian gelombang tinggi 2,5-4 meter diprediksi terjadi di Pulau Simeulue hingga Nias,” pungkasnya.

Sumut-Aceh 20 Kali Digoyang Gempa

Sementara, Pusat Gempa Regional (PGR) I Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah 1 Medan mencatat, selama Desember 2021, sebanyak 20 kali kejadian gempa bumi di Sumatera Utara (Sumut) dan Aceh. Peneliti PGR 1 BBMKG Wilayah I Medan, Marzuki Sinambela mengatakan, aktivitas kegempaan tersebut, sebagian besar terjadi di sekitar Megathrust dan sebagian lagi di wilayah segmen besar Sumatera. Rata-rata gempa berkekuatan Magnitudo 4 sampai 5.

Dijelaskannya, terhitung mulai 10-16 Desember 2021, data gempa bumi yang terjadi di wilayah PGR 1 yang tercatat dan di analisa yaitu sebanyak 20 kali kejadian, dengan kekuatan gempa magnitudo kecil dari 4.0 sebanyak 17 kejadian dan magnitudo antara 4.0 dan 5.0 sebanyak 3 kejadian. “Kedalaman aktivitas gempa bumi umumnya dikategorikan gempa dangkal (di bawah 60 Km) sebanyak 19 kejadian dan menengah (kedalaman antara 60 km sampai dengan 300 Km) sebanyak 1 kejadian,” jelasnya.

Sementara Analsisi PGR 1, Resha Ida menambahkan, gempa bumi yang terjadi sepekan ini, dominan terjadi di laut dengan 11 kejadian dan di darat sebanyak 9 kejadian. “Hal ini tentunya berbeda dengan aktivitas kegempaan minggu lalu yang dominan di darat. Namun, meski pun begitu, tidak ada kejadian gempa bumi yang dirasakan oleh masyarakat,” imbuhnya.

Resha mengimbau kepada masyarakat, meski gempa tidak terasa, tetapi harus tetap waspada. “Yang terpenting tidak perlu panik jika terjadi gempa. Tetap merespon saja dengan cepat informasi BMKG, menjaga jarak bila kondisi gempa signifikan terjadi di era pandemi,” terangnya.

Dia meminta masyarakat yang berdomisili di Sumut, Aceh dan sekitarnya, agar memastikan informasi resmi hanya bersumber dari BMKG yang disebarkan melalui kanal komunikasi resmi yang telah terverifikasi (Instagram/Twitter @infoBMKG), website (http://www.bmkg.go.id atau inatews.bmkg.go.id), atau melalui Mobile Apps (IOS dan Android): wrs-bmkg (user pemda, pwd pemda-bmkg) atau infobmkg. (prn/gus/dwi)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/