30 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Soal Wali Kota Berang, Apa Kata PKS Binjai?

BINJAI, SUMUTPOS.CO – Pernyataan Wali Kota Binjai, H Amir Hamzah yang berang kepada masyarakat dinilai dapat mengganggu elektabilitas politik, jika berkenan kembali bertarung dalam pilkada periode selanjutnya. Karenanya, orang nomor satu di Pemerintah Kota Binjai ini disarankan untuk menghadapi masalah dengan kepala dingin.

Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Binjai, Hairil Anwar menilai, seorang kepala daerah harus mampu memberikan solusi kepada rakyatnya jika mengadukan sebuah persoalan. “Segala permasalahan apapun tentang masyarakat Kota Binjai, dia harus siap menghadapinya dan menyelesaikan mencari solusi. Itulah fungsi kepala daerah, dia lah bapaknya seluruh masyarakat Kota Binjai,” kata Hairil ketika diminta tanggapannya, Rabu (21/12/2022).

Bagi Hairil, seorang kepala daerah sekaligus bapaknya masyarakat Kota Binjai, harus mampu memberikan solusi atas persoalan rakyatnya. Jika tidak dapat memberikan solusi, sang wali kota dapat meneruskan kepada pembantunya.

Seperti kepala OPD, staf ahli hingga asisten. “Kalau memang enggak membidangi, bisa diarahkan (ke pembantu wali kota),” kata Hairil.

Hairil berpendapat, ada dua hal yang membuat Wali Kota Binjai mengeluarkan statemen tersebut. Pertama dari sisi kemanusiaan, Hairil menilai, Wali Kota Binjai terkejut atas jabatannya pada periode pertama ini.

“Mungkin dari sisi kemanusiaan, dia merasa terkejut. Ternyata jadi wali kota itu, begitu beratnya,” kata Hairil.

“Kedua, mungkin dari sisi kalau tengah capek, banyak pikiran. Ketika ada masalah disampaikan, dia enggak siap mencari solusinya,” lanjut Hairil.

Jika tidak sanggup, seorang wali kota dapat mengundurkan diri. Namun, bagi Hairil, hal tersebut jarang terjadi.

Sedikit orang yang sudah berhasil merebut tahta kekuasaan tertinggi sebagai kepala daerah, berjiwa besar dan berlapang dada untuk mengundur diri. Walau demikian, kata Hairil, juga ada pernah terjadi di Kabupaten Bener Meriah, Aceh.

“Waktu kami kunjungan ke sana (Bener Meriah), bupatinya itu ada beberapa kali mengundurkan diri karena enggak sanggup,” seru Hairil.

Dia menyarankan, seorang kepala daerah harus dapat memberikan respon cepat dan solusi terbaik ketika ada masyarakat yang menyampaikan keluhannya. Apalagi keluhan yang disampaikan mengenai permohonan dana.

“Enggak perlu marah. Kalau ada katakan ada, kalau tidak ada ya tidak ada. Makanya kenapa sebenarnya seluruh wali kota/bupati minta tambahan gaji. Karena memang, gaji pokok mereka terlalu kecil sebagai kepala daerah, sekitar Rp7 jutaan. Dia yang menangani seluruh permasalahan rakyatnya dengan gaji segitu, secara logika enggak masuk akal. Cuma itulah kondisinya,” ujar Hairil.

“Wali kota itukan bapaknya masyarakat Kota Binjai dan seluruh permasalahan yang ada, harus dihadapi. Saya rasa wali kota sebagai bapaknya (masyarakat Kota Binjai), harus siap mencari solusi,” pungkasnya.

Sebelumnya, pemandangan menarik dilihat Sumut Pos saat hendak melakukan wawancara dengan Wali Kota Binjai, Amir Hamzah. Dia terlihat berang setelah didatangi beberapa masyarakat.

Saat itu Amir ingin pergi meninggalkan kantornya. Ketika berjalan menuju mobil dinasnya Toyota Innova warna hitam, Amir dihampiri oleh seseorang seraya berbisik.

Diduga masyarakat dimaksud berbisik ingin meminta uang. Oleh Amir, kemudian memberikan jawaban yang mengejutkan.

“Satu hari ini capek kali aku rasanya. Banyak yang kali datang,” kata Amir.

Wajah Amir terlihat kusut usai mendapat bisikan dari masyarakat yang tidak diketahui identitasnya. Diduga masyarakat tersebut minta bantu materi berupa uang untuk berangkat ke luar kota.

Amir mengaku, banyak kali masyarakat yang datang kepadanya. Namun, dia tidak menyebut berapa jumlah masyarakat yang datang ke rumah maupun kantornya.

Bahkan akibat “gempuran” dari masyarakat ini, Amir mengaku takut masuk kantor. “Sanpai takut aku masuk kantor karena banyak kali yang datang. Ada yang anaknya sakit, yang mau pergi,” cetus Amir berang.

Kehadiran Sumut Pos saat itu ingin melakukan wawancara sekaligus konfirmasi terkait proses lelang jabatan yang sudah memasuki masa akhir. Selain itu, juga ingin konfirmasi terkait target Pendapatan Asli Daerah Kota Binjai yang turun pada 2023, dibanding tahun lalu.

“Kalau disuruh kerja aku siap, tapi jangan lah begini. Aku bukan koruptor,” tukas Amir.

Sumut Pos sempat meminta agar bersedia diwawancarai. “Kalau wawancara boleh pak wali?” tanya wartawan tersebut.

Namun, Amir tidak memberikan jawaban. Dia memilih masuk ke dalam mobil dinas dan kemudian pergi meninggalkan Sumut Pos dan beberapa masyarakat di depan lobi Balai Kota Binjai.

Pernyataan yang diucapkan Amir bukan kali pertama didengar Sumut Pos. Beberapa waktu lalu, dia juga membuat pernyataan yang mengagetkan seperti ini karena dimintai bantuan dana oleh beberapa orang yang mengenalnya. (ted/ila)

BINJAI, SUMUTPOS.CO – Pernyataan Wali Kota Binjai, H Amir Hamzah yang berang kepada masyarakat dinilai dapat mengganggu elektabilitas politik, jika berkenan kembali bertarung dalam pilkada periode selanjutnya. Karenanya, orang nomor satu di Pemerintah Kota Binjai ini disarankan untuk menghadapi masalah dengan kepala dingin.

Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Binjai, Hairil Anwar menilai, seorang kepala daerah harus mampu memberikan solusi kepada rakyatnya jika mengadukan sebuah persoalan. “Segala permasalahan apapun tentang masyarakat Kota Binjai, dia harus siap menghadapinya dan menyelesaikan mencari solusi. Itulah fungsi kepala daerah, dia lah bapaknya seluruh masyarakat Kota Binjai,” kata Hairil ketika diminta tanggapannya, Rabu (21/12/2022).

Bagi Hairil, seorang kepala daerah sekaligus bapaknya masyarakat Kota Binjai, harus mampu memberikan solusi atas persoalan rakyatnya. Jika tidak dapat memberikan solusi, sang wali kota dapat meneruskan kepada pembantunya.

Seperti kepala OPD, staf ahli hingga asisten. “Kalau memang enggak membidangi, bisa diarahkan (ke pembantu wali kota),” kata Hairil.

Hairil berpendapat, ada dua hal yang membuat Wali Kota Binjai mengeluarkan statemen tersebut. Pertama dari sisi kemanusiaan, Hairil menilai, Wali Kota Binjai terkejut atas jabatannya pada periode pertama ini.

“Mungkin dari sisi kemanusiaan, dia merasa terkejut. Ternyata jadi wali kota itu, begitu beratnya,” kata Hairil.

“Kedua, mungkin dari sisi kalau tengah capek, banyak pikiran. Ketika ada masalah disampaikan, dia enggak siap mencari solusinya,” lanjut Hairil.

Jika tidak sanggup, seorang wali kota dapat mengundurkan diri. Namun, bagi Hairil, hal tersebut jarang terjadi.

Sedikit orang yang sudah berhasil merebut tahta kekuasaan tertinggi sebagai kepala daerah, berjiwa besar dan berlapang dada untuk mengundur diri. Walau demikian, kata Hairil, juga ada pernah terjadi di Kabupaten Bener Meriah, Aceh.

“Waktu kami kunjungan ke sana (Bener Meriah), bupatinya itu ada beberapa kali mengundurkan diri karena enggak sanggup,” seru Hairil.

Dia menyarankan, seorang kepala daerah harus dapat memberikan respon cepat dan solusi terbaik ketika ada masyarakat yang menyampaikan keluhannya. Apalagi keluhan yang disampaikan mengenai permohonan dana.

“Enggak perlu marah. Kalau ada katakan ada, kalau tidak ada ya tidak ada. Makanya kenapa sebenarnya seluruh wali kota/bupati minta tambahan gaji. Karena memang, gaji pokok mereka terlalu kecil sebagai kepala daerah, sekitar Rp7 jutaan. Dia yang menangani seluruh permasalahan rakyatnya dengan gaji segitu, secara logika enggak masuk akal. Cuma itulah kondisinya,” ujar Hairil.

“Wali kota itukan bapaknya masyarakat Kota Binjai dan seluruh permasalahan yang ada, harus dihadapi. Saya rasa wali kota sebagai bapaknya (masyarakat Kota Binjai), harus siap mencari solusi,” pungkasnya.

Sebelumnya, pemandangan menarik dilihat Sumut Pos saat hendak melakukan wawancara dengan Wali Kota Binjai, Amir Hamzah. Dia terlihat berang setelah didatangi beberapa masyarakat.

Saat itu Amir ingin pergi meninggalkan kantornya. Ketika berjalan menuju mobil dinasnya Toyota Innova warna hitam, Amir dihampiri oleh seseorang seraya berbisik.

Diduga masyarakat dimaksud berbisik ingin meminta uang. Oleh Amir, kemudian memberikan jawaban yang mengejutkan.

“Satu hari ini capek kali aku rasanya. Banyak yang kali datang,” kata Amir.

Wajah Amir terlihat kusut usai mendapat bisikan dari masyarakat yang tidak diketahui identitasnya. Diduga masyarakat tersebut minta bantu materi berupa uang untuk berangkat ke luar kota.

Amir mengaku, banyak kali masyarakat yang datang kepadanya. Namun, dia tidak menyebut berapa jumlah masyarakat yang datang ke rumah maupun kantornya.

Bahkan akibat “gempuran” dari masyarakat ini, Amir mengaku takut masuk kantor. “Sanpai takut aku masuk kantor karena banyak kali yang datang. Ada yang anaknya sakit, yang mau pergi,” cetus Amir berang.

Kehadiran Sumut Pos saat itu ingin melakukan wawancara sekaligus konfirmasi terkait proses lelang jabatan yang sudah memasuki masa akhir. Selain itu, juga ingin konfirmasi terkait target Pendapatan Asli Daerah Kota Binjai yang turun pada 2023, dibanding tahun lalu.

“Kalau disuruh kerja aku siap, tapi jangan lah begini. Aku bukan koruptor,” tukas Amir.

Sumut Pos sempat meminta agar bersedia diwawancarai. “Kalau wawancara boleh pak wali?” tanya wartawan tersebut.

Namun, Amir tidak memberikan jawaban. Dia memilih masuk ke dalam mobil dinas dan kemudian pergi meninggalkan Sumut Pos dan beberapa masyarakat di depan lobi Balai Kota Binjai.

Pernyataan yang diucapkan Amir bukan kali pertama didengar Sumut Pos. Beberapa waktu lalu, dia juga membuat pernyataan yang mengagetkan seperti ini karena dimintai bantuan dana oleh beberapa orang yang mengenalnya. (ted/ila)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/