Menjenguk Nurliana Purba dan Nurbaiti, Dua Wanita yang Dipasung 30 Tahun
“Ya,” seru sosok ramping berkulit putih sembari turun dari ranjang dan berlari menuju pintu jeruji dimana di baliknya Sumut Pos dan beberapa pegawai yang tadi memanggil. Batas yang tak lama lagi akan sirna.
INDRA JULI-Medan
Tidak ada yang menduga wanita berkepala plontos yang berdiri di sebelah adalah Siti Nurliana Purba (40), yang selama 30 tahun menjalani hidup dipasung bersama sang adik Janter Purba (30) di Huta Bahliran Nagori Siborna, Kecamatan Panei, Kabupaten Simalungun. Kaos bercorak tokoh kartun Micky dan Mini dan hotpant yang dikenakan mewakili semangat yang dimiliki layaknya orang normal.
“dr Vera kan? Kenapa tidak kenal?” ucap Nurliana saat pegawai menanyakan siapa yang berada di depannya. Sebuah respon positif yang bisa diperlihatkan setelah menjalani hampir dua bulan perawatan sejak 20 Januari 2011 lalu di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sumatera Utara Jalan Tali Air No 21 Medan. Wanita yang juga dipanggil Butet ini juga tak terlihat sungkan bertanya terhadap hal yang belum dikenalnya.
Meskipun masih tampak beberapa kesulitan komunikasi, namun kondisi Butet sudah menunjukkan kemajuan. Saat tidak sedang berbicara, dirinya pun berbincang dengan teman-temannya. Mem perlihatkan bagaimana Nurliana kecil yang memang aktif.
Seperti yang disampaikan Kepala Bidang Pelayanan Medik RSJ Pusat Provsu, dr Vera RB Marpaung SpKJ MKes. “Dibanding saat baru dihantar Januari lalu.
Nurliana sudah menunjukkan perubahan. Lewat terapi obat secara konstan dia sudah lebih tenang dan sudah bisa komunikasi seperti tadi,” jelas dr Vera RB Marpaung SpKJ MKes kepada Sumut Pos, Senin (21/2)
Tambahnya, perkembangan positif yang ada ditambah pengobatan yang benar akan mengembalikan kesadaran Nurliana ke keadaan normal. Saat ini Nurliana sendiri tengah menjalani perawatan kejiwaan. Dari situ diharapkan kondisi kejiwaan yang ada saat ini kian lebih baik lagi.
Seperti yang diberitakan sebelumnya, saat dihantar ke RSJ Pusat Provsu, Nurliana dalam kondisi kejiwaan yang tidak stabil dan gadel. Apalagi selama di pasung, dirinya dibiarkan tanpa perawatan.
Ya, seperti layaknya orang yang baru menerima kunjungan Nurliana pun berpesan untuk kunjungan berikutnya. “Bawa roti bolu ya, mau makan roti bolu aku,” pesan Butet yang dibenarkan teman-teman sekamarnya di RSJ Pusat Provsu.
Hanya saja siang itu Nurbaiti, warga Kota Binjai yang juga dipasung keluarganya selama 30 tahun tidak terlihat. Tidak seperti Nurliana dan beberapa pasien lain yang begitu responsif, Nurbaiti pun seolah menyembunyikan dirinya. Bahkan dari penjelasan beberapa pegawai, kunjungan keluarganya juga dianggap dingin. “Kemarin keluarganya baru datang menjenguk, tapi belum bisa dikenal sama dia (Nurbaiti, Red),” ucap pegawai tersebut.
Namun menurut dr Vera RB Marpaung SpKJ MKes, hal itu sangat normal. Apalagi Nurbaiti yang baru masuk Sabtu, 19 Februari, masih menjalani dua hari perawatan. “Kita akan lihat dulu sementara ini sesuai tahapan pengobatan. Jadi untuk sekarang kita belum bisa ambil kesimpulan mengenai Nurbaiti,” tegasnya.
Begitu pun, mengacu pada perkembangan Nurliana, dr Vera RB Marpaung SpKJ MKes optimis terhadap kesembuhan Nurbaiti. “Dari pengalaman kita, selama tahap perawatan itu dilakukan dengan benar seperti terapi obat untuk awal hingga dua tahun. Berikutnya kita akan pantau lagi apa ada perubahan. Kalau kembali kumat akan kita tingkatkan terapi obat hingga lima tahun. Pasien dapat normal kembali kok,” tuturnya.
Pengobatan itu pun lanjutnya akan sangat efektif bila dilakukan dengan cepat. Untuk itu dr Vera RB Marpaung SpKJ MKes berharap ke depan agar masyarakat responsif tidak menjadikan pemasungan menjadi alternatif tunggal bagi anggota keluarga yang mengalami gangguan kejiwaan. Justru dengan pemasungan tadi menambah tekanan terhadap psikologis pasien juga menyebabkan kelumpuhan. (*)