32 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Warga Bhutan Umumnya Hidup Bahagia, Apa Rahasianya?

KEMATIAN BAGIAN DARI KEHIDUPAN
Tidak seperti kebanyakan orang di negara-negara Barat, orang Bhutan tidak mengucilkan kematian.

Kematian – dan gambar-gambar tentang kematian – ada di mana-mana, terutama di ikonografi Buddhis.

Di sana kita akan melihat ilustrasi berwarna-warni yang mengerikan, Tidak ada seorang pun, bahkan anak-anak pun, yang dilindungi dari gambar-gambar ini, atau dari tari-tarian ritual yang menggambarkan kematian.

Ritual memberikan tempat untuk berduka, dan di Bhutan tempat itu ada dan diperuntukkan untuk semua orang di komunitas.

Setelah seseorang meninggal, ada periode 49 hari berkabung, yang menyertakan ritual-ritual yang diatur dengan sangat terperinci dan hati-hati.

“Ini lebih baik dari obat antidepresi,” kata Tshewang Dendup, seorang aktor Bhutan.

Orang Bhutan mungkin kelihatannya tidak terlalu peduli pada saat-saat ini. Tetapi sebenarnya tidak, mereka berkabung melalui ritual ini.

Biara Peringatan Chorten di Thimphu.
Biara Peringatan Chorten di Thimphu.

Mengapa sikap mereka begitu berbeda tentang kematian? Salah satu alasan orang Bhutan begitu sering memikirkan tentang kematian karena semua itu ada di sekeliling mereka.

Untuk negara kecil ini, ada banyak cara untuk meninggal. Mereka bisa meninggal di jalan sempit berkelok-kelok yang berbahaya. Mereka bisa diterkam beruang atau makan jamur beracun.

Penjelasan lainnya adalah karena keyakinan agama Buddha yang begitu dalam di negara itu, khususnya mengenai reinkarnasi.

Jika Anda mengetahui kita bisa mendapatkan kehidupan lagi suatu masa, Anda mungkin akan kurang takut bahwa kehidupan yang sekarang ini akan berakhir. Seperti dikatakan para penganut agama Buddha, ketakutan Anda akan kematian tidak boleh lebih besar daripada ketakutan Anda membuang baju tua.

Hal ini tentunya tidak bisa dijadikan kesimpulan untuk bahwa orang Bhutan tidak merasa takut atau sedih.

Mereka tentu merasakannya. Namun, seperti kata Leaming kepada saya, mereka tidak melarikan diri dari emosi-emosi itu.

“Di negara-negara Barat, jika kita sedih, kita ingin mengobatinya,” katanya. “Kita takut akan rasa sedih. Jika sedih, harus diatasi, diobati. Di Bhutan, orang lebih menerima bahwa itu bagian dari hidup.” (BBC)

KEMATIAN BAGIAN DARI KEHIDUPAN
Tidak seperti kebanyakan orang di negara-negara Barat, orang Bhutan tidak mengucilkan kematian.

Kematian – dan gambar-gambar tentang kematian – ada di mana-mana, terutama di ikonografi Buddhis.

Di sana kita akan melihat ilustrasi berwarna-warni yang mengerikan, Tidak ada seorang pun, bahkan anak-anak pun, yang dilindungi dari gambar-gambar ini, atau dari tari-tarian ritual yang menggambarkan kematian.

Ritual memberikan tempat untuk berduka, dan di Bhutan tempat itu ada dan diperuntukkan untuk semua orang di komunitas.

Setelah seseorang meninggal, ada periode 49 hari berkabung, yang menyertakan ritual-ritual yang diatur dengan sangat terperinci dan hati-hati.

“Ini lebih baik dari obat antidepresi,” kata Tshewang Dendup, seorang aktor Bhutan.

Orang Bhutan mungkin kelihatannya tidak terlalu peduli pada saat-saat ini. Tetapi sebenarnya tidak, mereka berkabung melalui ritual ini.

Biara Peringatan Chorten di Thimphu.
Biara Peringatan Chorten di Thimphu.

Mengapa sikap mereka begitu berbeda tentang kematian? Salah satu alasan orang Bhutan begitu sering memikirkan tentang kematian karena semua itu ada di sekeliling mereka.

Untuk negara kecil ini, ada banyak cara untuk meninggal. Mereka bisa meninggal di jalan sempit berkelok-kelok yang berbahaya. Mereka bisa diterkam beruang atau makan jamur beracun.

Penjelasan lainnya adalah karena keyakinan agama Buddha yang begitu dalam di negara itu, khususnya mengenai reinkarnasi.

Jika Anda mengetahui kita bisa mendapatkan kehidupan lagi suatu masa, Anda mungkin akan kurang takut bahwa kehidupan yang sekarang ini akan berakhir. Seperti dikatakan para penganut agama Buddha, ketakutan Anda akan kematian tidak boleh lebih besar daripada ketakutan Anda membuang baju tua.

Hal ini tentunya tidak bisa dijadikan kesimpulan untuk bahwa orang Bhutan tidak merasa takut atau sedih.

Mereka tentu merasakannya. Namun, seperti kata Leaming kepada saya, mereka tidak melarikan diri dari emosi-emosi itu.

“Di negara-negara Barat, jika kita sedih, kita ingin mengobatinya,” katanya. “Kita takut akan rasa sedih. Jika sedih, harus diatasi, diobati. Di Bhutan, orang lebih menerima bahwa itu bagian dari hidup.” (BBC)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/