FUMIO Sasaki adalah salah satu dari banyak orang yang memutuskan untuk hidup seminim mungkin dan percaya bahwa less is more.
Dua tahun lalu, Sasaki lelah mengikuti tren dan mulai menyingkirkan barang-barangnya. “Saya mulai berpikir tentang apa yang tidak saya miliki, apa yang hilang,” katanya.
“Menghabiskan waktu bersih-bersih dan berbelanja yang lebih sedikit berarti saya memiliki lebih banyak waktu dengan teman, pergi keluar, dan jalan-jalan di hari libur. Saya menjadi lebih aktif,” kata Sasaki.
Tujuannya tidak hanya mengurai kekusutan (hidup) tetapi juga mengevaluasi kembali apa arti memiliki. Bagi sebagian orang, itu adalah tentang mendapat waktu untuk berkonsentrasi dalam aspek lain di hidup mereka.
“Di dunia barat, ruang yang komplit berarti ruang yang diisi sesuatu,” kata Naoki Numahata, seorang penulis lepas.
“Tetapi lewat upacara minum teh, atau Zen, segala sesuatu dibiarkan tidak sempurna dengan sengaja supaya imajinasi seseorang bisa membuatnya utuh.”
Katsuya Toyoda, seorang editor publikasi online hanya memiliki satu meja dan satu futon (matras Jepang) di apartemen seukuran 22 meter persegi.
“Saya menjadi minimalis agar saya bisa membiarkan hal yang betul-betul saya suka terangkat dalam hidup saya,” kata Toyoda. (BBC)
FUMIO Sasaki adalah salah satu dari banyak orang yang memutuskan untuk hidup seminim mungkin dan percaya bahwa less is more.
Dua tahun lalu, Sasaki lelah mengikuti tren dan mulai menyingkirkan barang-barangnya. “Saya mulai berpikir tentang apa yang tidak saya miliki, apa yang hilang,” katanya.
“Menghabiskan waktu bersih-bersih dan berbelanja yang lebih sedikit berarti saya memiliki lebih banyak waktu dengan teman, pergi keluar, dan jalan-jalan di hari libur. Saya menjadi lebih aktif,” kata Sasaki.
Tujuannya tidak hanya mengurai kekusutan (hidup) tetapi juga mengevaluasi kembali apa arti memiliki. Bagi sebagian orang, itu adalah tentang mendapat waktu untuk berkonsentrasi dalam aspek lain di hidup mereka.