29 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Personel Polsek Binjai Timur Dilapor ke Propam

Ilustrasi

BINJAI, SUMUTPOS.CO -Kematian Tengku Ibas Daniel, warga Hinai, Kabupaten Langkat, dengan posisi menggantung pada lilitan kain besar di kos-kosan Jalan Kenari, Kelurahan Mencirim, Binjai Timur, Kota Binjai, 18 September lalu, belum diterima pihak keluarga seutuhnya. Pihak keluarga malah menduga, korban bukan tewas karena gantung diri.

Alhasil keluarga korban melaporkan hal ini ke Bidang Profesi dan Pengamanan (Propam) Polda Sumut, atas dugaan penganiayaan serta penyekapan oleh oknum polisi Brigadir Marzel, yang berujung kematian korban, 20 September lalu.

“Saya tidak yakin anak saya bunuh diri, seperti yang dijelaskan polisi. Posisi kakinya (korban) itu, menyentuh lantai. Itu bukan bunuh diri, tapi digantung orang. Lidahnya saja tidak keluar (menjulur),” ungkap Tengku Nasrah, ibu kandung korban.

Keluarga korban membantah mentah-mentah penjelasan polisi, yang menyatakan Tengku Daniel tewas dengan cara gantung diri. Menurut Nasrah, hasil visum yang diterima juga janggal, karena tak ada menunjukkan luka-luka sedikitpun pada sekujur tubuh korban. Sementara jika dilihat dari foto-foto korban yang beredar di media sosial, sambungnya, tergambar kalau mata kanannya lebam dan lengannya memerah. Karena itu, Nasrah menilai, hasil visum korban cukup aneh, karena menyebutkan tidak ada luka-luka sedikitpun pada tubuh buah hatinya. “Kematian anak saya tidak wajar. Lebam-lebam begitu kok dibilang bersih?” imbuh wanita yang mengenakan hijab hitam tersebut.

Nasrah juga mengatakan, ada 2 kemungkinan yang terjadi pada kasus kematian buah hatinya itu. Ia meyakini, anaknya tidak akan melakukan perbuatan yang dibenci oleh Sang Pencipta, yakni bunuh diri. Dugaan Nasrah, korban sudah tewas saat di Polsek Binjai Timur, yang kemudian dibawa ke kos-kosan, lalu digantung, bak orang mati bunuh diri. “Atau bisa juga, saat kondisi sekarat setelah dipukuli, lalu dibawa ke kosan dan digantung,” katanya.

Saat hendak membuat laporan, keluarga korban sempat ditolak oleh polisi di Polda Sumut. Mendapat penolakan itu, Nasrah pun berteriak sekuatnya. Ia menilai, Korps Tri Brata itu telah melindungi oknum polisi yang menganiaya buah hatinya. “Anak kami sudah mati, masih dipersulit. Mereka bilang bunuh diri, tapi kami yakin bukan,” bebernya.

Pandangan senada juga dinyatakan adik kandung korban, Tengku Rahmad Bakri. Ia mengaku, sempat menghubungi korban untuk memastikan keluarga dapat membantunya keluar dari Polsek Binjai Timur, yang diduga disekap oleh oknum polisi. Meski sudah tengah malam, Rahmad masih tetap saja berusaha mencari dana segar, dengan cara meminjam kepada atasannya. “Uang sudah saya pinjam. Begitu saya telepon nomor abang saya pagi hari, sudah tidak aktif. Sampai akhirnya saya dapat kabar sudah meninggal,” sesalnya.

Bagi pihak keluarga, Daniel yang tewas ditemukan gantung diri dalam kondisi hanya mengenakan pakaian dalam dan kaki menyentuh lantai, adalah sebuah tanda tanya besar. Alhasil, kuat dugaan keluarga, korban tewas dibunuh. “Baju dan handphone (korban) juga tidak nampak sampai sekarang,” beber Rahmad, seraya mengungkapkan, korban merupakan seorang berwatak keras dan tak mungkin berpikiran pendek untuk mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri.

Ilustrasi

BINJAI, SUMUTPOS.CO -Kematian Tengku Ibas Daniel, warga Hinai, Kabupaten Langkat, dengan posisi menggantung pada lilitan kain besar di kos-kosan Jalan Kenari, Kelurahan Mencirim, Binjai Timur, Kota Binjai, 18 September lalu, belum diterima pihak keluarga seutuhnya. Pihak keluarga malah menduga, korban bukan tewas karena gantung diri.

Alhasil keluarga korban melaporkan hal ini ke Bidang Profesi dan Pengamanan (Propam) Polda Sumut, atas dugaan penganiayaan serta penyekapan oleh oknum polisi Brigadir Marzel, yang berujung kematian korban, 20 September lalu.

“Saya tidak yakin anak saya bunuh diri, seperti yang dijelaskan polisi. Posisi kakinya (korban) itu, menyentuh lantai. Itu bukan bunuh diri, tapi digantung orang. Lidahnya saja tidak keluar (menjulur),” ungkap Tengku Nasrah, ibu kandung korban.

Keluarga korban membantah mentah-mentah penjelasan polisi, yang menyatakan Tengku Daniel tewas dengan cara gantung diri. Menurut Nasrah, hasil visum yang diterima juga janggal, karena tak ada menunjukkan luka-luka sedikitpun pada sekujur tubuh korban. Sementara jika dilihat dari foto-foto korban yang beredar di media sosial, sambungnya, tergambar kalau mata kanannya lebam dan lengannya memerah. Karena itu, Nasrah menilai, hasil visum korban cukup aneh, karena menyebutkan tidak ada luka-luka sedikitpun pada tubuh buah hatinya. “Kematian anak saya tidak wajar. Lebam-lebam begitu kok dibilang bersih?” imbuh wanita yang mengenakan hijab hitam tersebut.

Nasrah juga mengatakan, ada 2 kemungkinan yang terjadi pada kasus kematian buah hatinya itu. Ia meyakini, anaknya tidak akan melakukan perbuatan yang dibenci oleh Sang Pencipta, yakni bunuh diri. Dugaan Nasrah, korban sudah tewas saat di Polsek Binjai Timur, yang kemudian dibawa ke kos-kosan, lalu digantung, bak orang mati bunuh diri. “Atau bisa juga, saat kondisi sekarat setelah dipukuli, lalu dibawa ke kosan dan digantung,” katanya.

Saat hendak membuat laporan, keluarga korban sempat ditolak oleh polisi di Polda Sumut. Mendapat penolakan itu, Nasrah pun berteriak sekuatnya. Ia menilai, Korps Tri Brata itu telah melindungi oknum polisi yang menganiaya buah hatinya. “Anak kami sudah mati, masih dipersulit. Mereka bilang bunuh diri, tapi kami yakin bukan,” bebernya.

Pandangan senada juga dinyatakan adik kandung korban, Tengku Rahmad Bakri. Ia mengaku, sempat menghubungi korban untuk memastikan keluarga dapat membantunya keluar dari Polsek Binjai Timur, yang diduga disekap oleh oknum polisi. Meski sudah tengah malam, Rahmad masih tetap saja berusaha mencari dana segar, dengan cara meminjam kepada atasannya. “Uang sudah saya pinjam. Begitu saya telepon nomor abang saya pagi hari, sudah tidak aktif. Sampai akhirnya saya dapat kabar sudah meninggal,” sesalnya.

Bagi pihak keluarga, Daniel yang tewas ditemukan gantung diri dalam kondisi hanya mengenakan pakaian dalam dan kaki menyentuh lantai, adalah sebuah tanda tanya besar. Alhasil, kuat dugaan keluarga, korban tewas dibunuh. “Baju dan handphone (korban) juga tidak nampak sampai sekarang,” beber Rahmad, seraya mengungkapkan, korban merupakan seorang berwatak keras dan tak mungkin berpikiran pendek untuk mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri.

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/