29 C
Medan
Friday, December 5, 2025

Ustad Soleh dan Inovasinya “Jajan Berkah” di Pakpak Bharat Dari Musala Telantar ke Pusat Peradaban

SUMUTPOS.CO – Sebuah perjalanan inspiratif terjadi di Desa Boangmanalu, Kecamatan Salak, Kabupaten Pakpak Bharat. Musala At Taubah yang nyaris roboh dan sepi jamaah, kini bertransformasi menjadi pusat aktivitas keagamaan yang gemuruh. Hal ini berkat ketekunan dan visi seorang pria berhati mulia, Muhammad Soleh.

Kisah kebangkitan ini menarik perhatian Plt Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Salak, Muhammad Zulpikar Harahap, yang menyempatkan kunjungan pada Rabu (17/9) lalu, di tengah kesibukannya. Kunjungan ini merupakan bagian dari upaya KUA mendorong prinsip keilmuan dan inovasi dalam tata kelola masjid dan musala.

Musala At Taubah adalah hibah dari almarhum Patut James Manik (PJ Manik), seorang pendakwah yang tak kenal lelah. Namun sepeninggalnya, bangunan yang terbuat dari papan itu melapuk, telantar, dan hampir roboh. Jamaah yang awalnya 20 kepala keluarga (KK) nyaris sirna pada 2023. Tidak ada lagi salat berjamaah yang terdengar.

“Saya merasa terpanggil dan sedih melihatnya,” ungkap Ustad Soleh, yang kemudian merangkul warga untuk menghidupkan kembali musala tersebut.

Menjadi Ketua Badan Kemakmuran Musala (BKM) bukan perkara mudah. Dengan tekad bulat, dia menjalin jejaring dengan berbagai pihak, baik lokal maupun organisasi dakwah luar daerah, untuk mewujudkan visi besarnya, yakni “Menjadikan Masjid sebagai Pusat Peradaban Manusia”. Dengan tujuan, suatu saat nanti bisa mengubah Musala At Taubah menjadi masjid yang mendunia.

Kunci transformasi ini adalah pemanfaatan teknologi digital. Ustad Soleh dengan semangatnya yang tak pudar, aktif membagikan setiap kegiatan di media sosial (medsos), seperti Facebook, Instagram, TikTok, dan melalui website resmi.

“Bermimpi itu tidak bayar. Kenapa tidak? Asal diikuti dengan aktualisasi, kesabaran, dan kemauan,” tuturnya membagikan kunci sukses.

Namun, yang paling menyentuh adalah inovasi program sosialnya untuk memakmurkan jamaah. Musala At Taubah meluncurkan Program “Jajan Berkah” dan “Sembako Berkah”.

Soleh menjelaskan, konsep Jajan Berkah adalah setiap anak yang hadir salat berjamaah Maghrib, Isya, dan Subuh mendapat insentif Rp25.000. Kehadiran mereka dicatat dengan sistem absensi yang rapi. Sementara Sembako Berkah, setiap pasangan suami-istri yang aktif berjamaah secara mingguan, mendapat satu tabung gas LPG tiga kilogram, dan satu kilogram gula.

“Program ini bukan sekadar memberi, tapi membangun kebiasaan dan kemakmuran berjamaah dari anak-anak hingga dewasa,” beber Soleh.

Untuk meyakinkan donatur, Soleh memasang CCTV yang bisa dipantau publik. Setiap pengajian dan kegiatan ibadah disiarkan dan dibagikan secara transparan. Hal ini membuat donasi mengalir dari mana saja, dari hamba-hamba Allah Subhanahu wa Taala yang tergerak.

Bahkan yang luar biasa, konten TikTok yang dikelolanya telah menghasilkan “pundi-pundi receh” yang digunakan untuk membiayai semua programnya. Saat dikunjungi Kepala KUA dan penghulu CPNS, Soleh menunjukkan, bagaimana medsosnya sudah menghasilkan uang untuk kemasjidan.

Di usianya yang telah memasuki kepala lima, Soleh adalah pribadi yang visioner dan dermawan. Dia mewakafkan dirinya sepenuhnya untuk mencetak insan yang senang beribadah. Tantangan, fitnah, dan cemoohan dihadapinya dengan santai dan ikhlas. Keyakinannya teguh, “Allah ada bersamanya”.

Tamu dari luar daerah pun silih berganti datang untuk membantu perjuangannya. Semua motivasi ini dijadikannya sebagai motor untuk selalu menebar kebaikan.

Kisah Soleh adalah bukti, usia bukan halangan untuk berinovasi dan berbuat langkah besar. Perjuangannya adalah inspirasi nyata, dengan kemauan, keikhlasan, dan sedikit kreativitas digital, siapa pun bisa memakmurkan masjid dan menjadi agen perubahan di tengah masyarakat. (mag-2/saz)

SUMUTPOS.CO – Sebuah perjalanan inspiratif terjadi di Desa Boangmanalu, Kecamatan Salak, Kabupaten Pakpak Bharat. Musala At Taubah yang nyaris roboh dan sepi jamaah, kini bertransformasi menjadi pusat aktivitas keagamaan yang gemuruh. Hal ini berkat ketekunan dan visi seorang pria berhati mulia, Muhammad Soleh.

Kisah kebangkitan ini menarik perhatian Plt Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Salak, Muhammad Zulpikar Harahap, yang menyempatkan kunjungan pada Rabu (17/9) lalu, di tengah kesibukannya. Kunjungan ini merupakan bagian dari upaya KUA mendorong prinsip keilmuan dan inovasi dalam tata kelola masjid dan musala.

Musala At Taubah adalah hibah dari almarhum Patut James Manik (PJ Manik), seorang pendakwah yang tak kenal lelah. Namun sepeninggalnya, bangunan yang terbuat dari papan itu melapuk, telantar, dan hampir roboh. Jamaah yang awalnya 20 kepala keluarga (KK) nyaris sirna pada 2023. Tidak ada lagi salat berjamaah yang terdengar.

“Saya merasa terpanggil dan sedih melihatnya,” ungkap Ustad Soleh, yang kemudian merangkul warga untuk menghidupkan kembali musala tersebut.

Menjadi Ketua Badan Kemakmuran Musala (BKM) bukan perkara mudah. Dengan tekad bulat, dia menjalin jejaring dengan berbagai pihak, baik lokal maupun organisasi dakwah luar daerah, untuk mewujudkan visi besarnya, yakni “Menjadikan Masjid sebagai Pusat Peradaban Manusia”. Dengan tujuan, suatu saat nanti bisa mengubah Musala At Taubah menjadi masjid yang mendunia.

Kunci transformasi ini adalah pemanfaatan teknologi digital. Ustad Soleh dengan semangatnya yang tak pudar, aktif membagikan setiap kegiatan di media sosial (medsos), seperti Facebook, Instagram, TikTok, dan melalui website resmi.

“Bermimpi itu tidak bayar. Kenapa tidak? Asal diikuti dengan aktualisasi, kesabaran, dan kemauan,” tuturnya membagikan kunci sukses.

Namun, yang paling menyentuh adalah inovasi program sosialnya untuk memakmurkan jamaah. Musala At Taubah meluncurkan Program “Jajan Berkah” dan “Sembako Berkah”.

Soleh menjelaskan, konsep Jajan Berkah adalah setiap anak yang hadir salat berjamaah Maghrib, Isya, dan Subuh mendapat insentif Rp25.000. Kehadiran mereka dicatat dengan sistem absensi yang rapi. Sementara Sembako Berkah, setiap pasangan suami-istri yang aktif berjamaah secara mingguan, mendapat satu tabung gas LPG tiga kilogram, dan satu kilogram gula.

“Program ini bukan sekadar memberi, tapi membangun kebiasaan dan kemakmuran berjamaah dari anak-anak hingga dewasa,” beber Soleh.

Untuk meyakinkan donatur, Soleh memasang CCTV yang bisa dipantau publik. Setiap pengajian dan kegiatan ibadah disiarkan dan dibagikan secara transparan. Hal ini membuat donasi mengalir dari mana saja, dari hamba-hamba Allah Subhanahu wa Taala yang tergerak.

Bahkan yang luar biasa, konten TikTok yang dikelolanya telah menghasilkan “pundi-pundi receh” yang digunakan untuk membiayai semua programnya. Saat dikunjungi Kepala KUA dan penghulu CPNS, Soleh menunjukkan, bagaimana medsosnya sudah menghasilkan uang untuk kemasjidan.

Di usianya yang telah memasuki kepala lima, Soleh adalah pribadi yang visioner dan dermawan. Dia mewakafkan dirinya sepenuhnya untuk mencetak insan yang senang beribadah. Tantangan, fitnah, dan cemoohan dihadapinya dengan santai dan ikhlas. Keyakinannya teguh, “Allah ada bersamanya”.

Tamu dari luar daerah pun silih berganti datang untuk membantu perjuangannya. Semua motivasi ini dijadikannya sebagai motor untuk selalu menebar kebaikan.

Kisah Soleh adalah bukti, usia bukan halangan untuk berinovasi dan berbuat langkah besar. Perjuangannya adalah inspirasi nyata, dengan kemauan, keikhlasan, dan sedikit kreativitas digital, siapa pun bisa memakmurkan masjid dan menjadi agen perubahan di tengah masyarakat. (mag-2/saz)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru