MEDAN, SUMUTPOS.CO – Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Batangtoru berkapasitas 510 MW di Tapanuli Selatan, diyakini akan memberikan tiga manfaat besar bagi masyarakat Sumatera Utara, Indonesia maupun dunia. Ketiga manfaat itu akan dirasakan dari sisi energi listrik, ekonomi, dan lingkungan. Bahkan, pembangunan PLTA Batangtoru merupakan wujud kongkrit untuk menghadirkan green energy di Indonesia khususnya di Sumut.
Setelah melakukan roadshow ke sejumlah media cetak di Kota Medan, PT North Sumatera Hydro Energy (NSHE) menggelar media briefing terkait wacana pembangunan PLTA Batangtoru, di Hotel Aryaduta Medan, Jumat (22/2).
Dalam diskusi yang menghadirkan tiga narasumber kredibel tentang rencana pembangunan energi terbarukan pertama terbesar di Indonesia ini, terungkap bahwa PLTA Batangtoru yang akan berpusat di Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, ternyata ramah lingkungan dan memberikan tiga manfaat besar sekaligus dari sisi energi listrik, ekonomi, dan lingkungan bagi masyarakat.
Tak hanya itu, kelestarian flora dan satwa liar seperti orangutan akan tetap terjaga karena PLTA Batangtoru telah melaksanakan kajian Environmental and Social Impact Assessment (ESIA). Peneliti Utama di Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BP2LHK) Aek Nauli, Wanda Kuswanda mengatakan, dalam penelitiannya di Batangtoru selama 15 tahun menunjukkan APL kawasan Batangtoru bukan merupakan habitat utama orangutan. Hal ini berdasarkan hasil analisis populasi penemuan sarang dan sebaran pakan yang lebih banyak pada hutan konservasi maupun hutan lindung.
Rendahnya populasi orangutan di APL, karena kawasan ini telah banyak berubah menjadi lahan perkebunan, pertanian, dan pemukiman masyarakat Tapanuli sejak ratusan tahun yang lalu. “Berdasarkan hasil pengamatan dan yang pernah saya lihat langsung, orangutan di sana sudah banyak yang hidup di ketinggian 600-900 meter,” katanya.
Menurut dia, selama ini PLTA Batangtoru telah aktif bekerjasama dengan pemerintah pusat dan daerah serta stakeholder untuk menjaga kelestarian flora dan fauna. PLTA Batangtoru juga turut aktif dan mengikuti arahan Kementerian LHK terutama melalui BBKSDA dalam memonitor satwa liar seperti orangutan yang masuk ke APL lokasi pembangunan Batangtoru. Antara lain dengan membangun jembatan arboreal untuk orangutan menjelajah dari hutan ke APL dan sebaliknya, serta mendukung pembangunan demplot pengkayaan pakan orangutan. “Itu merupakan rekomendasi-rekomendasi yang sudah disampaikan untuk dilaksanakan dalam pembangunan proyek tersebut,” ujarnya.
Senior Advisor Lingkungan PT NSHE Agus Djoko Ismanto mengatakan, kawasan pembangunan PLTA Batangtoru berstatus APL, bukan hutan primer. Hal ini dapat dilihat dari vegetasi yang tumbuh di lokasi didominasi pohon karet dan jenis-jenis pohon perkebunan lainnya. “Walaupun berada di APL, kami sangat menyadari kelestarian kawasan Batangtoru adalah elemen penting karena proyek ini memilki ketergantungan pada keteraturan suplay air dari alam,” ungkapnya.
Sementara itu, Senior Executive for External Relations PT NSHE Firman Taufick menambahkan, Indonesia memiliki sumber energi terbarukan berupa panas matahari, air, angin, bioenergi, dan panas bumi. Potenisi sumber energi dari air mencapai 75 ribu MW di seluruh Indonesia. Pemerintah menargetkan bauran dari energi terbarukan dapat mencapai 23 persen dari total sumber energi pada 2030.
Kehadiran PLTA Batangtoru untuk mengurangi peran pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) pada saat beban puncak di Sumut. Pilihan pada PLTA karena lebih bersih dan lebih berkesinambungan. Karenanya kehadiran PLTA Batangtoru akan mendukung pengurangan emisi karbon Sumut dan nasional sebagai langkah kongkrit implementasi Kesepakatan Paris.
“PLTA Batangtoru wujud kongkrit untuk menghadirkan green energy di Indonesia khususnya di Sumut. Kehadiran PLTA Batangtoru memberikan manfaat sangat penting bagi masyarakat Sumut, Indonesia, dan dunia. Dari sisi energi, PLTA Batangtoru untuk mengurangi peran pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) yang memakai energi fosill pada saat beban puncak di Sumut,” jelasnya.
Dari sisi ekonomi, dengan memakai sumber energi air maka pemerintah bisa menghemat pengeluaran devisa hingga US$ 400 juta per tahun karena tidak menggunakan bahan bakar fosil. Dari sisi lingkungan, PLTA Batang Toru yang merupakan pembangkit energi terbarukan berkontribusi besar mengurangi emisi karbon nasional yang penting untuk mencegah dan memerangi dampak perubahan iklim yang sedang menjadi ancaman dunia.
“Jadi kehadiran PLTA Batangtoru juga sebagai langkah kongkrit menerapkan Perjanjian Paris yang telah diratifikasi Pemerintah Indonesia melalui UU No.16 Tahun 2016,” kata Firman. “Hasil Kajian Pustaka Alam menunjukkan PLTA Batangtoru dapat mengurangi emisi gas rumah kaca mencapai 1,6 – 2,2 juta metrik ton CO2 atau 4 persen target sektor energi Indonesia pada 2030,” pungkasnya.
Dorong Pertumbuhan Ekonomi Sumut
Pengamat Ekonomi Sumut, Wahyu Ario Pratomo menilai, pembangunan PLTA Batangtoru di Tapanuli Selata dapat mendorong pertumbuhan perekonomian lebih baik bagi Sumut dan masyarakat sekitar. Karena menurutnya, pertumbuhan ekonomi yang baik itu, salah satunya didukung dengan ketersedian energi yang memadai. “Pembangunan PLTA ini memberikan peranan penting bagi peningkatan supply energi di Sumut, mengingat saat ini Sumut memerlukan energi listrik yang besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan sektor industri,” sebut Wahyu.
Wahyu juga mengatakan, PLTA Batangtoru ini merupakan pembangkit listrik yang murah biaya produksinya dan mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap pembangkit listrik berbahan bakar minyak dan batubara. “Supply listrik Sumut saat ini, tergantung pada listrik tenaga diesel dan Batubara. Ditambah lagi dengan pembangkit listrik yang disupply oleh kapal dari Turki,” kata Wahyu.
Pengamat Ekonomi asal Universitas Sumatera Utara (USU) itu menjelaskan, adanya pembangkit listrik yang baru terbarukan seperti PLTA Batangtoru ini akan menambah ketersediaan tenaga listrik di Sumut. Khususnya, untuk memenuhi pasokan listrik bagi masyarakat. “Tentunya sangat bermanfaat bagi pertumbuhan ekonomi di Sumut. Kita lihat kendala pengembangan KEK Sei Mangkei yang salah satu kendalanya adalah ketersediaan energi,” tutur Wahyu.
Ia juga mengungkapkan, keberadaan PLTA Batangtoru tersebut, akan memberikan dampak positif bagi investor melirik pengembangan usaha di Sumut. Dengan begitu, akan membuka lowongan pekerjaan yang dapat dinikmati masyarakat. “Padahal kita memerlukan pengembangan sektor industri dan sektor ekonomi lainnya utk mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah,” sebut Dosen Fakultas Ekonomi USU itu.
Wahyu menambahkan pembangunan PLTA Batangtoru disertai dengan kepedulian pihak pengembangan dengan ekosistem dan habitat Orangutan di areal pembangunan tersebut. Termasuk harus memberikan dampak baik bagi masyarakat sekitar. “Tanpa ada pertumbuhan ekonomi yang tinggi di Sumut. Maka tingkat pengangguran, dan kemiskinan tidak akan menurun secara signifikan,” pungkasnya.(prn/gus)