28.9 C
Medan
Tuesday, May 21, 2024

Dua Pengungsi Sinabung Depresi dan Masuk RSJ

Foto: Gatha Ginting/PM Lindan Sembiring (baju merah) bersama Joni Sempakata Bangun dirawat di Rumah Sakit Jiwa Sumatra Utara di Jalan Jamin Ginting. Kedua pengungsi Sinabung ini depresi setelah setahun di pengungsian.
Foto: Gatha Ginting/PM
Lindan Sembiring (baju merah) bersama Joni Sempakata Bangun dirawat di Rumah Sakit Jiwa Sumatra Utara di Jalan Jamin Ginting. Kedua pengungsi Sinabung ini depresi setelah setahun di pengungsian.

BERASTAGI, SUMUTPOS.CO – Setahun lebih menetap di posko pengungsian menyebabkan korban erupsi gunung Sinabung depresi. Dua d iantaranya terpaksa dilarikan ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Pemprovsu Jl. Tali Air, Kel. Mangga. Kec. Medan Tuntungan, Selasa (21/10).

Joni Sempakata Bangun (40) dan Lendan Sembiring (50) adalah nama kedua warga Desa Gurukinayan, Kec. Payung, Kab. Karo itu. “Sampai saat ini keduanya masih dirawat di RSJ Pemprovsu,” kata Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kab. Karo, Jhonson Tarigan. Menurut Jhonson, kedua warga tersebut mengalami depresi saat berada di daerah terlarang dan selama ini tidak dibenarkan lagi dimasuki pengungsi.

Sebab, daerah terlarang itu merupakan zona yang berbahaya. “Setiap pengungsi yang ingin pulang ke desa terlarang itu, tetap dicegah petugas BPBD Karo dan personel TNI, karena hal ini dapat membahayakan keselamatan mereka. Desa yang terkena zona merah tersebut, tertutup untuk dimasuki pengungsi maupun warga lainnya,” jelasnya.

Adapun penyebab utama kedua pengungsi yang mengalami gangguan jiwa itu diduga lantaran kebun milik mereka hancur diterjang debu vulkanik Gunung Sinabung. Selain itu, depresi juga disebabkan karena lamanya tinggal di pengungsian. “Gangguan jiwa yang dialami pengungsi Karo, diduga disebabkan lahan perkebunan mereka banyak yang hancur,” tandasnya.

Tak kunjung redanya erupsi Sinabung memang berdampak pada psikologis para pengungsi. Kondisi ini disebabkan karena memikirkan kondisi desa dan lahan pertanian yang ditinggal mengungsi rusak parah, ditambah lagi kehidupan ekonomi yang terganggu, serta problema lain yang setiap hari terbesit di pikiran. Hal ini diakui Linda br Surbakti (40), korban erupsi Sinabung asal Desa Sigarang–Garang yang ditemui di pos penampungan GBKP Kota Berastagi, Rabu (22/10).

Dikatakan ibu dua anak ini, tak jarang stres datang menghampirinya di kala memikirkan bagaimana kelangsungan hidup keluarganya kelak. Selain itu, kondisi lahan pertanian miliknya dan rumah tempat tinggalnya di Desa juga rusak parah akibat dari terpaan abu vulkanik, dan juga kelangsungan sekolah kedua anaknya yang masih duduk di bangku SMP. “Terkadang aku stres memikirkan semua penderitaan ini, namun mau bagaimana. Untuk mengatasinya saya bersama suami selalu berusaha menyibukkan diri di pengungsian,” ungkapnya yang juga mengatakan sejak beberapa bulan belakangan bantuan tak pernah lagi datang ke posko pengungsian mereka, baik dari pemerintah maupun dermawan.

Berbeda dengan Berlian br Sitepu (33), warga Desa Simacem, Kec. Naman Teran yang ditemui di camp pengungsian eks Universitas Karo (UKA) Kabanjahe, kini harus lebih bersabar dalam menjalani kehidupannya yang kian tak menentu. Dikatakan ibu 2 anak ini, selama hidup di pengungsian, dirinya bersama keluarga tak dapat lagi berbuat banyak, terutama dalam memenuhi kebutuhan sehari – hari. “Kami tak punya kerjaan lagi, lahan pertanian di desa sudah rata dihantam debu vulkanik, dan tidak bisa ditanami lagi,”ungkap Berlian yang mengaku sudah setahun lebih menetap di pos pengungsian UKA.

Lebih lanjut dikatakan, pasca pemerintah memberikan bantuan sewa lahan sebesar Rp2.000.000 selama setahun dan sewa rumah selama 6 bulan sebesar Rp1.800.000, dan jatah hidup Rp5000/jiwa selama 60 hari beberapa waktu lalu, mereka masih menggantungkan hidup dari belas kasihan para dermawan yang sekali–sekali datang membawa bantuan. Sebab bagi pengungsi yang hartanya sudah tidak ada lagi, dana segitu diakui tidak cukup untuk kelangsungan hidup mereka. Untuk tambahan, para pengungsi juga bekerja sebagai buruh tani (aron).

“Kami tidak tahu lagi bagaimana kehidupan kami nantinya, memang ada kami dengar soal relokasi itu, namun sampai sekarang kami pun tidak pernah melihat lahannya, dan pemerintah juga tidak pernah mensosialisasikan hal itu kepada seluruh pengungsi hanya kepada para kepala desa saja. Jadi kami kan tidak tahu gambarannya seperti apa. Ya kami serahkan semua ini kepada Tuhan sajalah, bisa bertahan hidup sampai sekarang ini kami juga sudah sangat bersyukur,”ujarnya yang juga mengatakan keluarganya bersama sejumlah masyarakat Desa Simacem dan Bekerah bersama–sama menyewa posko eks UKA, sebab pasca pemberian bantuan sewa lahan dan rumah, pemerintah seolah melepas tangan terhadap mereka.

Linda, dan Berlian hanyalah sebagian dari pengungsi korban erupsi Sinabung yang kini psikologisnya sedikit terganggun akibat memikirkan kehidupannya bersama keluarga yang kini tengah dilanda bencana. Data yang dihimpun dari BPBD Karo, pengungsi korban erupsi Sinabung kini berjumlah 3.284 jiwa (1.018 KK) yang bertempat di 14 posko pengungsian terpisah.

Foto: Gatha Ginting/PM Lindan Sembiring (baju merah) bersama Joni Sempakata Bangun dirawat di Rumah Sakit Jiwa Sumatra Utara di Jalan Jamin Ginting. Kedua pengungsi Sinabung ini depresi setelah setahun di pengungsian.
Foto: Gatha Ginting/PM
Lindan Sembiring (baju merah) bersama Joni Sempakata Bangun dirawat di Rumah Sakit Jiwa Sumatra Utara di Jalan Jamin Ginting. Kedua pengungsi Sinabung ini depresi setelah setahun di pengungsian.

BERASTAGI, SUMUTPOS.CO – Setahun lebih menetap di posko pengungsian menyebabkan korban erupsi gunung Sinabung depresi. Dua d iantaranya terpaksa dilarikan ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Pemprovsu Jl. Tali Air, Kel. Mangga. Kec. Medan Tuntungan, Selasa (21/10).

Joni Sempakata Bangun (40) dan Lendan Sembiring (50) adalah nama kedua warga Desa Gurukinayan, Kec. Payung, Kab. Karo itu. “Sampai saat ini keduanya masih dirawat di RSJ Pemprovsu,” kata Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kab. Karo, Jhonson Tarigan. Menurut Jhonson, kedua warga tersebut mengalami depresi saat berada di daerah terlarang dan selama ini tidak dibenarkan lagi dimasuki pengungsi.

Sebab, daerah terlarang itu merupakan zona yang berbahaya. “Setiap pengungsi yang ingin pulang ke desa terlarang itu, tetap dicegah petugas BPBD Karo dan personel TNI, karena hal ini dapat membahayakan keselamatan mereka. Desa yang terkena zona merah tersebut, tertutup untuk dimasuki pengungsi maupun warga lainnya,” jelasnya.

Adapun penyebab utama kedua pengungsi yang mengalami gangguan jiwa itu diduga lantaran kebun milik mereka hancur diterjang debu vulkanik Gunung Sinabung. Selain itu, depresi juga disebabkan karena lamanya tinggal di pengungsian. “Gangguan jiwa yang dialami pengungsi Karo, diduga disebabkan lahan perkebunan mereka banyak yang hancur,” tandasnya.

Tak kunjung redanya erupsi Sinabung memang berdampak pada psikologis para pengungsi. Kondisi ini disebabkan karena memikirkan kondisi desa dan lahan pertanian yang ditinggal mengungsi rusak parah, ditambah lagi kehidupan ekonomi yang terganggu, serta problema lain yang setiap hari terbesit di pikiran. Hal ini diakui Linda br Surbakti (40), korban erupsi Sinabung asal Desa Sigarang–Garang yang ditemui di pos penampungan GBKP Kota Berastagi, Rabu (22/10).

Dikatakan ibu dua anak ini, tak jarang stres datang menghampirinya di kala memikirkan bagaimana kelangsungan hidup keluarganya kelak. Selain itu, kondisi lahan pertanian miliknya dan rumah tempat tinggalnya di Desa juga rusak parah akibat dari terpaan abu vulkanik, dan juga kelangsungan sekolah kedua anaknya yang masih duduk di bangku SMP. “Terkadang aku stres memikirkan semua penderitaan ini, namun mau bagaimana. Untuk mengatasinya saya bersama suami selalu berusaha menyibukkan diri di pengungsian,” ungkapnya yang juga mengatakan sejak beberapa bulan belakangan bantuan tak pernah lagi datang ke posko pengungsian mereka, baik dari pemerintah maupun dermawan.

Berbeda dengan Berlian br Sitepu (33), warga Desa Simacem, Kec. Naman Teran yang ditemui di camp pengungsian eks Universitas Karo (UKA) Kabanjahe, kini harus lebih bersabar dalam menjalani kehidupannya yang kian tak menentu. Dikatakan ibu 2 anak ini, selama hidup di pengungsian, dirinya bersama keluarga tak dapat lagi berbuat banyak, terutama dalam memenuhi kebutuhan sehari – hari. “Kami tak punya kerjaan lagi, lahan pertanian di desa sudah rata dihantam debu vulkanik, dan tidak bisa ditanami lagi,”ungkap Berlian yang mengaku sudah setahun lebih menetap di pos pengungsian UKA.

Lebih lanjut dikatakan, pasca pemerintah memberikan bantuan sewa lahan sebesar Rp2.000.000 selama setahun dan sewa rumah selama 6 bulan sebesar Rp1.800.000, dan jatah hidup Rp5000/jiwa selama 60 hari beberapa waktu lalu, mereka masih menggantungkan hidup dari belas kasihan para dermawan yang sekali–sekali datang membawa bantuan. Sebab bagi pengungsi yang hartanya sudah tidak ada lagi, dana segitu diakui tidak cukup untuk kelangsungan hidup mereka. Untuk tambahan, para pengungsi juga bekerja sebagai buruh tani (aron).

“Kami tidak tahu lagi bagaimana kehidupan kami nantinya, memang ada kami dengar soal relokasi itu, namun sampai sekarang kami pun tidak pernah melihat lahannya, dan pemerintah juga tidak pernah mensosialisasikan hal itu kepada seluruh pengungsi hanya kepada para kepala desa saja. Jadi kami kan tidak tahu gambarannya seperti apa. Ya kami serahkan semua ini kepada Tuhan sajalah, bisa bertahan hidup sampai sekarang ini kami juga sudah sangat bersyukur,”ujarnya yang juga mengatakan keluarganya bersama sejumlah masyarakat Desa Simacem dan Bekerah bersama–sama menyewa posko eks UKA, sebab pasca pemberian bantuan sewa lahan dan rumah, pemerintah seolah melepas tangan terhadap mereka.

Linda, dan Berlian hanyalah sebagian dari pengungsi korban erupsi Sinabung yang kini psikologisnya sedikit terganggun akibat memikirkan kehidupannya bersama keluarga yang kini tengah dilanda bencana. Data yang dihimpun dari BPBD Karo, pengungsi korban erupsi Sinabung kini berjumlah 3.284 jiwa (1.018 KK) yang bertempat di 14 posko pengungsian terpisah.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/