25 C
Medan
Tuesday, November 26, 2024
spot_img

Joni: Letusan Sinabung itu Berkat…

Foto: Gatha Ginting/PM Lindan Sembiring (baju merah) bersama Joni Sempakata Bangun dirawat di Rumah Sakit Jiwa Sumatra Utara di Jalan Jamin Ginting. Kedua pengungsi Sinabung ini depresi setelah setahun di pengungsian.
Foto: Gatha Ginting/PM
Lindan Sembiring (baju merah) bersama Joni Sempakata Bangun dirawat di Rumah Sakit Jiwa Sumatra Utara di Jalan Jamin Ginting. Kedua pengungsi Sinabung ini depresi setelah setahun di pengungsian.

SUMUTPOS.CO – Sepintas tak ada yang aneh di diri Joni dan Lindan. Mereka berdua terlihat santai, tanpa ada tindakan yang membuat mereka terlihat seperti orang tak waras.

Joni dan Lindan dibawa Ir. Subur Tambun MM, Kepala Pelaksanaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah ke RSJ Pemprovsu itu pada 12 Oktober lalu. Hal ini sesuai dengan catatan status kedua pasien tersebut.

Nama mereka juga tertulis di papan pengumuman di dekat pintu masuk ruangan Singgalang lengkap dengan tanggal masuknya. Dari catatan laporan kesehatan tersebut, keduanya terdiagnosa mengalami gangguan psikotik. Sehingga mengakibatkan halusinasi dan ilusi.

Ada beberapa jenis obat terapi juga tercantum di sana. Dari kedua data tersebut, Lindan memiliki riwayat gangguan jiwa sejak tahun 2012. Hal ini terlihat dengan adanya surat rujukan dari Puskesmas Payung, Kab.Karo tertanggal 29 November 2012 yang ditandatangani oleh Dr.Gredy Aslan. Sedangkan Joni tidak memiliki catatan riwayat gangguang jiwa sebelumnya. Tercantum pula kartu keluarga Lindan yang tingga di Desa Gurukinayan, Kec.Payung, Kab.Karo.

Dirinya tinggal bersama abangnya bernama Rusin Sembiring dengan tanggal lahir 31-12-1954. Sedangkan Lindan kelahiran 31-12-1958. Keduanya belum menikah. Selain itu ada keterangan bahwa Lindan tamatan kelas 5 SD.

Anggota perawat ruang Singgalang, Listriani Malau mengatakan, selama dirawat keduanya tidak melakukan tindakan yang mengganggu pasien lain. Namun disebutkannya bahwa Lindan yang paling sering mengalami kesulitan tidur dan susah minum obat. Hal ini kebalilan dari perilaku Joni yang lebih tenang. “Kalau Joni minum obat mau. Malah dia yang minta ke kita. Obat bu katanya. Kalau Lindan susah tidur kalau saya lihat dari catatan laporan medisnya,” ungkapnya.

Saat dihampiri wartawan, tak ada yang menyangka bahwa keduanya mengalami gangguan jiwa pasca erupsi gunung Sinabung. Mereka yang awalnya berada di dalam ruangan Singgalang (kelas 3) dipanggil oleh perawat keluar. Keduanya sangat menurut saat diinstruksikan sesuatu. Joni dan Lindan saat itu memakai baju kaos berkerah dan celana selutut serta memakai sandal jepit.

Joni misalnya, dia terlihat luwes menjawab perta

Foto: Gatha Ginting/PM Joni Sempakata Bangun, warga Gurukinayan korban erupsi Gunung Sinabung, saat direhab di Rumah Sakit Jiwa Sumatera Utara.
Foto: Gatha Ginting/PM
Joni Sempakata Bangun, warga Gurukinayan korban erupsi Gunung Sinabung, saat direhab di Rumah Sakit Jiwa Sumatera Utara.

nyaan yang dilontarkan kepadanya.

Tangannya yang ikut bergerak seperti menandakan dia menguasai jawaban dari setiap pertanyaan. Padahal, jawabannya tak ada yang sinkron di setiap pertanyaan. Namun, ketika ditanya nama, umur, dan tempat tinggal, Joni dapat menjawabnya dengan tepat.

“Nama saya Joni Sempakata Bangun. Lahir tanggal 18 bulan 8 tahun 73 (1973). Jadi umur saya 41 tahun lebih 2 bulan lah,” katanya.

Berikut percakapan POSMETRO MEDAN (grup SUMUTPOS.CO) dengan Joni.

Foto: Gatha Ginting/PM Lindan Sembiring (baju merah) bersama Joni Sempakata Bangun dirawat di Rumah Sakit Jiwa Sumatra Utara di Jalan Jamin Ginting. Kedua pengungsi Sinabung ini depresi setelah setahun di pengungsian.
Foto: Gatha Ginting/PM
Lindan Sembiring (baju merah) bersama Joni Sempakata Bangun dirawat di Rumah Sakit Jiwa Sumatra Utara di Jalan Jamin Ginting. Kedua pengungsi Sinabung ini depresi setelah setahun di pengungsian.

SUMUTPOS.CO – Sepintas tak ada yang aneh di diri Joni dan Lindan. Mereka berdua terlihat santai, tanpa ada tindakan yang membuat mereka terlihat seperti orang tak waras.

Joni dan Lindan dibawa Ir. Subur Tambun MM, Kepala Pelaksanaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah ke RSJ Pemprovsu itu pada 12 Oktober lalu. Hal ini sesuai dengan catatan status kedua pasien tersebut.

Nama mereka juga tertulis di papan pengumuman di dekat pintu masuk ruangan Singgalang lengkap dengan tanggal masuknya. Dari catatan laporan kesehatan tersebut, keduanya terdiagnosa mengalami gangguan psikotik. Sehingga mengakibatkan halusinasi dan ilusi.

Ada beberapa jenis obat terapi juga tercantum di sana. Dari kedua data tersebut, Lindan memiliki riwayat gangguan jiwa sejak tahun 2012. Hal ini terlihat dengan adanya surat rujukan dari Puskesmas Payung, Kab.Karo tertanggal 29 November 2012 yang ditandatangani oleh Dr.Gredy Aslan. Sedangkan Joni tidak memiliki catatan riwayat gangguang jiwa sebelumnya. Tercantum pula kartu keluarga Lindan yang tingga di Desa Gurukinayan, Kec.Payung, Kab.Karo.

Dirinya tinggal bersama abangnya bernama Rusin Sembiring dengan tanggal lahir 31-12-1954. Sedangkan Lindan kelahiran 31-12-1958. Keduanya belum menikah. Selain itu ada keterangan bahwa Lindan tamatan kelas 5 SD.

Anggota perawat ruang Singgalang, Listriani Malau mengatakan, selama dirawat keduanya tidak melakukan tindakan yang mengganggu pasien lain. Namun disebutkannya bahwa Lindan yang paling sering mengalami kesulitan tidur dan susah minum obat. Hal ini kebalilan dari perilaku Joni yang lebih tenang. “Kalau Joni minum obat mau. Malah dia yang minta ke kita. Obat bu katanya. Kalau Lindan susah tidur kalau saya lihat dari catatan laporan medisnya,” ungkapnya.

Saat dihampiri wartawan, tak ada yang menyangka bahwa keduanya mengalami gangguan jiwa pasca erupsi gunung Sinabung. Mereka yang awalnya berada di dalam ruangan Singgalang (kelas 3) dipanggil oleh perawat keluar. Keduanya sangat menurut saat diinstruksikan sesuatu. Joni dan Lindan saat itu memakai baju kaos berkerah dan celana selutut serta memakai sandal jepit.

Joni misalnya, dia terlihat luwes menjawab perta

Foto: Gatha Ginting/PM Joni Sempakata Bangun, warga Gurukinayan korban erupsi Gunung Sinabung, saat direhab di Rumah Sakit Jiwa Sumatera Utara.
Foto: Gatha Ginting/PM
Joni Sempakata Bangun, warga Gurukinayan korban erupsi Gunung Sinabung, saat direhab di Rumah Sakit Jiwa Sumatera Utara.

nyaan yang dilontarkan kepadanya.

Tangannya yang ikut bergerak seperti menandakan dia menguasai jawaban dari setiap pertanyaan. Padahal, jawabannya tak ada yang sinkron di setiap pertanyaan. Namun, ketika ditanya nama, umur, dan tempat tinggal, Joni dapat menjawabnya dengan tepat.

“Nama saya Joni Sempakata Bangun. Lahir tanggal 18 bulan 8 tahun 73 (1973). Jadi umur saya 41 tahun lebih 2 bulan lah,” katanya.

Berikut percakapan POSMETRO MEDAN (grup SUMUTPOS.CO) dengan Joni.

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/