Kalau Nggak Dipukul Apa Lagi
Misna Wati (33) kakak korban yang tinggal di Dusun IV, Desa Subur, Kecamatan Air Joman, Kisaran mengaku kecewa dengan perlakuan personil Polsek Perdagangan.
Pasalnya, setelah mencek jenazah adiknya, sebelum diberangkatkan ke Ujung Tanjung. Dia melihat sejumlah bekas pukulan pada bagian tengkuk sebelah kanan dekat kepala belakang luka memar, pipi sebelah kanan terdapat darah segar, keluar cairan darah dari hidung, dan mata kanan membiru, luka lebam dibagian pinggul dan luka sobek dipergelangan tangan.
“Kalau nggak dipukul apa lagi namanya. Adiknya itu bukan mati karena Allah, dia mati dipukuli,” kata Misna sambil menangis.
Lebih lanjut diterangkan Misna, kakak korban yang sehari-hari menjual cabai ini. Selasa (21/10), kemarin dia menyuruh adiknya mencari cabai asal petani Bandar. Cabai tidak dapat, adik meninggal dunia.
“Kalau memang adikku ada salah ya di hukum, jangan dimatikan. Cabai tidak dapat nyawa adikku melayang. Ya Allah balaskan lah perbuatan orang yang sudah membunuh adikku,” jerit Misna di Polsek Pedagangan sambil menunggu surat rujukan otopsi ke rumah sakit Adam Malik.
Tentang korban, Misna mengatakan, korban adalah anak keempat dari lima. Dulunya tinggal bersama orangtua di Kampung Baru, Desa Ujung Tanjung, Kecamatan Air Putih, Kabupaten Rokan Hilir.
Beberapa bulan terakhir, adiknya ikut tinggal bersamanya di Kota Kisaran sambil membantunya berjualan cabai. Saat ini korban meninggalkan seorang anak dan istri yang sedang hamil tua.
“Kami bukan orang kaya, istri adikku sedang hamil tua. Siapa nanti yang biayai anak dan istrinya itu. Ya Allah, kejam kali lah perlakuan orang ini (menyebut pihak polsek perdagangan),” jelas kakak ketiga korban sambil meneteskan air mata.
“Kalau memang minta diotopsi yang kita terima, karena dari awal juga kita sudah mengusulakn demikian,” tambah Kapolres Simalungun AKBP Andi Taufik.
Kemarin, jenazah Darzat Nur Iman dibawa ke RS Adam Malik guna keperluan otopsi atas permintaan keluarga korban. Pantauan wartawan di ruang jenazah RS Adam Malik Medan, keluarga korban terlihat berkumpul, menunggu jenazah korban diotopsi oleh pihak RS Adam Malik Medan. Jenazah korban tiba di ruang jenazah RSU Adam malik, Rabu (22/10) sekitar pukul 20.00 WIB dengan menggunakan ambulans dari Puskesmas Perdagangan.
Menurut adik kandung korban, Esy mengaku, abang kandungnya diduga tewas dianiaya polisi.
“Kita tunggu hasil otopsi, kalau memang dari hasil otopsi disebutkan ada luka bekas penganiayaan benda tumpul atau keras, maka kasus ini akan dilaporkan ke Propam Poldasu. Kami keluarga memang curiga atas meninggalnya abang saya ini,” kata Esy sambil meneteskan air mata.
“Kalau memang cepat selelsai diotopsi, jenazah rencananya malam ini (kemarin) kami bawa ke Riau, karena orangtuanya di Riau. Tapi kalau memang tidak selesai malam ini, besok (hari ini) kami bawa ke Kisaran saja, rencananya dibawa ke rumah duka di Desa Umbut, Pasar 8 Kisaran,” ungkap seorang keluarga korban. (end/cr-2/smg)