26.7 C
Medan
Saturday, May 18, 2024

Mulai dari Barongsai Sampai Hening Cipta Buat Gus Dur

Melihat Perayaan Imlek di Berbagai Daerah

Di tengah kemeriahan perayaan Imlek 2563 di Tahun Naga Air, ada berbagai kegiatan menarik yang mampu menarik perhatian masyarakat, dari pertunjukan barongsai di pusat kota hingga mengheningkan cipta bagi mantan presiden RI Abdurrahman Wahid
(Gus Dur).

Di Tebingtinggi, atraksi barongsai singa dan naga (dragon) biasanya didominasi warna merah dan hitam, tapi kali ini bernuansa hijau. Ratusan pasang mata seakan terpana dan enggan beranjak saat melihat penampilan Barongsai Teratai Naga Hijau sepanjang 20-an meter diiringi dentuman gendang dan dentangan simbal berlari dan meliuk-liuk mengejar bola api  mutiara hijau sembari menari-nari merayakan imlek di Vihara Mahadana, Jalan Veteran, Kota Tebingtinggi, Senin (23/1) dini hari.

Tidak hanya memamerkan kepiawayannya dengan mengunjungi vihara-vihara, atraksi anak-anak asuhan yang tergabung dalam Perkumpulan Barongsai Teratai binaan Kaden  Brimobdasu  Detasmen B Kota Tebingtinggi Kompol Suryo Sudarmaji ini, juga unjuk kebolehan di dihadapan ratusan warga yang menyamsikan perayaan puncak Imlek.

Di balik berbagai atraksi barongsai yang sangat menarik dan luar biasa tersebut, ternyata ada banyak makna yang terkandung di dalamnya.
Ketua Perkumpulan Barongsai Teratai Kota Tebing Tinggi, Tan Tji Kiat yang akrab disapa Akiat Gendut, disela-sela atraksi mengaku, cukup berbangga hati dan senang karena dapat terus mempertahankan salah satu kebudayaan leluhur (nenek moyang) etnis Tionghoa yaitu permainan Barongsai dan Perayaan Hari Raya Imlek yang dahulunya dilarang pemerintah.

“Tidak banyak dari kita khususnya generasi muda suku Tionghoa yang tahu asal usulnya dari mana, salah satu suku di Indonesia ini memang punya cerita unik dan penuh perjuangan, tanpa mengenyampingkan asal ras atau sukunya, semua etnis tetap harus mengingat asal usul serta identitas warisan yang dimiliki, dan yang terpenting adalah memikirkan bagimana memberikan sumbangan pikiran, tenaga dan sikap tulus ikhlas sesuai dengan bakat dan profesi masing-masing agar timbul kesejahteraan dan kedamaian ditengah-tengah masyarakat,” kata Akiat kepada Sumut Pos usai menggelar atraksi barongsai di depan vihara malam itu.

Dimbahkan Akiat, sudah saatnya memikirkan bagaimana mempergunakan segala kelebihan yang dicapai bukan untuk menyombongkan diri, melainkan bertekad membina generasi muda agar tidak terjerumus kedalam hal-hal yang dapat merusak moral serta mental generasi muda melalui permainan Barongsai yang sekaligus melestarikan salah satu kebudayaan nenek moyang mereka.

Sementara itu, kondisi Kota Tebingtinggi sepi, karena seluruh toko yang didominasi warga Tionghoa tutup total. Patuan Sumut Pos, Selasa (23/1) siang di Kota Tebingtinggi tepatnya sepanjang Jalan Sudirman, Ahmad Yani, Suprapto, Iskandar Muda, Kapten F Tandean dan beberapa jalan lainnya di Kota Tebing Tinggi terlihat toko seluruhnya tutup total dan Kota Tebingtinggi sepintas terlihat seperti kota mati.

Sedangkan di Kota Binjai, perayaan Imlek tak jauh beda dengan perayaan hari besar keagamaan lainnya.  Meski perayaan Imlek khusus bagi warga Tionghoa, namun pada puncak perayaan Imlek kemarin malam, ribuan warga Binjai tampak memadati Vihara Setia Budha, Jalan Jenderal Sudirman, Kecamatan Binjai Kota, yang menjadi pusat perayaan dengan dimeriahkan atraksi barongsai mulai dari malam hingga siang hari.

Sedangkan di Lubuk Pakam, perayaan Imlek digelar dengan pelasanaan Imlek Fair oleh Yayasan Perguruan Dharma Bakti, dan kegiatan mengheningkan citpa bagi alm Gus Dur, Senin (23/1).  Kegiatan mengheningkan cipta serta berdoa bagi mantan Presiden RI ke 4 almarhum Abdulrahman Wahid itu, dipusatkan di Pekong Hua Kuang (Pekong Kucing) Jalan Sentosa, pukul 00.00 WIB, dini hari, Senin (23/01).

Pimpinan Pekong Kucing, Herman Ahok (54) didampinggi koordinator acara Bani Chang (50) dan tokoh mayarakat setempat Aho (54), mengungkapkan, perayaan imlek kali ini digelar dengan kesederhanaan dan penuh syukur, karena warga keturunan Tiongha bisa merayakan hari besar tahunan ini dengan leluasa berkat jasa presiden Gusdur.

“Karena beliaulah perbedaan yang ada selama ini menjadi satu. Perbedaan itu bersatu dalam membangunan bangsa, sehingga kedepan bangsa kita akan lebih kuat dari bangsa lain. kita tidak akan melupakan jasa Gusdur,” ucapnya.

Sihan Peang dan Alpin Cendrawasih, warga keturunan Tiongha yang ikut hening cipta itu, memandang positif kegiatan itu. Bahkan, mereka mengusulkan agar pihak penyelenggara kegiatan mengelar hal serupa setiap tahunnya.

“Semoga jasa Gusdur dapat dikenang sepanjang masa dan para keluarga besarnya tetap dalam lindungan Tuhan Yang Maha Kuasa,” doa mereka.
Sementara itu, Yayasan Sosial Dharma Bakti (YSDB) berkerjasama dengan Yayasan Perguruan Dharma Bakti (YPDB) di Jalan Bidan Desa Bakaran Batu, Kecamatan Lubuk Pakam mengelar kegiatan imlek fair 18-21 Januari. (mag-3/dan/btr).

Melihat Perayaan Imlek di Berbagai Daerah

Di tengah kemeriahan perayaan Imlek 2563 di Tahun Naga Air, ada berbagai kegiatan menarik yang mampu menarik perhatian masyarakat, dari pertunjukan barongsai di pusat kota hingga mengheningkan cipta bagi mantan presiden RI Abdurrahman Wahid
(Gus Dur).

Di Tebingtinggi, atraksi barongsai singa dan naga (dragon) biasanya didominasi warna merah dan hitam, tapi kali ini bernuansa hijau. Ratusan pasang mata seakan terpana dan enggan beranjak saat melihat penampilan Barongsai Teratai Naga Hijau sepanjang 20-an meter diiringi dentuman gendang dan dentangan simbal berlari dan meliuk-liuk mengejar bola api  mutiara hijau sembari menari-nari merayakan imlek di Vihara Mahadana, Jalan Veteran, Kota Tebingtinggi, Senin (23/1) dini hari.

Tidak hanya memamerkan kepiawayannya dengan mengunjungi vihara-vihara, atraksi anak-anak asuhan yang tergabung dalam Perkumpulan Barongsai Teratai binaan Kaden  Brimobdasu  Detasmen B Kota Tebingtinggi Kompol Suryo Sudarmaji ini, juga unjuk kebolehan di dihadapan ratusan warga yang menyamsikan perayaan puncak Imlek.

Di balik berbagai atraksi barongsai yang sangat menarik dan luar biasa tersebut, ternyata ada banyak makna yang terkandung di dalamnya.
Ketua Perkumpulan Barongsai Teratai Kota Tebing Tinggi, Tan Tji Kiat yang akrab disapa Akiat Gendut, disela-sela atraksi mengaku, cukup berbangga hati dan senang karena dapat terus mempertahankan salah satu kebudayaan leluhur (nenek moyang) etnis Tionghoa yaitu permainan Barongsai dan Perayaan Hari Raya Imlek yang dahulunya dilarang pemerintah.

“Tidak banyak dari kita khususnya generasi muda suku Tionghoa yang tahu asal usulnya dari mana, salah satu suku di Indonesia ini memang punya cerita unik dan penuh perjuangan, tanpa mengenyampingkan asal ras atau sukunya, semua etnis tetap harus mengingat asal usul serta identitas warisan yang dimiliki, dan yang terpenting adalah memikirkan bagimana memberikan sumbangan pikiran, tenaga dan sikap tulus ikhlas sesuai dengan bakat dan profesi masing-masing agar timbul kesejahteraan dan kedamaian ditengah-tengah masyarakat,” kata Akiat kepada Sumut Pos usai menggelar atraksi barongsai di depan vihara malam itu.

Dimbahkan Akiat, sudah saatnya memikirkan bagaimana mempergunakan segala kelebihan yang dicapai bukan untuk menyombongkan diri, melainkan bertekad membina generasi muda agar tidak terjerumus kedalam hal-hal yang dapat merusak moral serta mental generasi muda melalui permainan Barongsai yang sekaligus melestarikan salah satu kebudayaan nenek moyang mereka.

Sementara itu, kondisi Kota Tebingtinggi sepi, karena seluruh toko yang didominasi warga Tionghoa tutup total. Patuan Sumut Pos, Selasa (23/1) siang di Kota Tebingtinggi tepatnya sepanjang Jalan Sudirman, Ahmad Yani, Suprapto, Iskandar Muda, Kapten F Tandean dan beberapa jalan lainnya di Kota Tebing Tinggi terlihat toko seluruhnya tutup total dan Kota Tebingtinggi sepintas terlihat seperti kota mati.

Sedangkan di Kota Binjai, perayaan Imlek tak jauh beda dengan perayaan hari besar keagamaan lainnya.  Meski perayaan Imlek khusus bagi warga Tionghoa, namun pada puncak perayaan Imlek kemarin malam, ribuan warga Binjai tampak memadati Vihara Setia Budha, Jalan Jenderal Sudirman, Kecamatan Binjai Kota, yang menjadi pusat perayaan dengan dimeriahkan atraksi barongsai mulai dari malam hingga siang hari.

Sedangkan di Lubuk Pakam, perayaan Imlek digelar dengan pelasanaan Imlek Fair oleh Yayasan Perguruan Dharma Bakti, dan kegiatan mengheningkan citpa bagi alm Gus Dur, Senin (23/1).  Kegiatan mengheningkan cipta serta berdoa bagi mantan Presiden RI ke 4 almarhum Abdulrahman Wahid itu, dipusatkan di Pekong Hua Kuang (Pekong Kucing) Jalan Sentosa, pukul 00.00 WIB, dini hari, Senin (23/01).

Pimpinan Pekong Kucing, Herman Ahok (54) didampinggi koordinator acara Bani Chang (50) dan tokoh mayarakat setempat Aho (54), mengungkapkan, perayaan imlek kali ini digelar dengan kesederhanaan dan penuh syukur, karena warga keturunan Tiongha bisa merayakan hari besar tahunan ini dengan leluasa berkat jasa presiden Gusdur.

“Karena beliaulah perbedaan yang ada selama ini menjadi satu. Perbedaan itu bersatu dalam membangunan bangsa, sehingga kedepan bangsa kita akan lebih kuat dari bangsa lain. kita tidak akan melupakan jasa Gusdur,” ucapnya.

Sihan Peang dan Alpin Cendrawasih, warga keturunan Tiongha yang ikut hening cipta itu, memandang positif kegiatan itu. Bahkan, mereka mengusulkan agar pihak penyelenggara kegiatan mengelar hal serupa setiap tahunnya.

“Semoga jasa Gusdur dapat dikenang sepanjang masa dan para keluarga besarnya tetap dalam lindungan Tuhan Yang Maha Kuasa,” doa mereka.
Sementara itu, Yayasan Sosial Dharma Bakti (YSDB) berkerjasama dengan Yayasan Perguruan Dharma Bakti (YPDB) di Jalan Bidan Desa Bakaran Batu, Kecamatan Lubuk Pakam mengelar kegiatan imlek fair 18-21 Januari. (mag-3/dan/btr).

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/