30 C
Medan
Saturday, June 29, 2024

Petani di Binjai Was-was

BINJAI-Cuaca panas tanpa diserta hujan yang terjadi beberapa pekan terakhir, berdampak buruk terhadap masyarakat Kota Binjai. Terutama para masyarakat yang sehari-harinya mengais rezeki dari pertanian.

Bagai mana tidak. Saat ini, puluhan hektare (Ha) sawah di Kota Binjai mengalami kekeringan. Hal tersebut terlihat banyak tanaman padi masyarakat mati karena kekeringan akibat cuaca panas. Apalagi tanaman padi yang mati itu sebagian besar masih berusia empat hingga enam minggu. Tak hanya itu, pertumbuhan tanaman padi milik masyarakat pun terlihat terhambat karena kekurang air di sawah.

Pantauan di sejumlah kawasan pertanian yang tersebar di Kota Binjai, Minggu (23/6), terlihat kondisi tanaman padi nyaris sama. Di mana sebagian besar lahan persawahan yang tadinya tergenang air dengan baik, kini terlihat mengering dengan kondisi tanah retak-retak.
Kondisi tanaman padi yang terlihat cukup memprihatinkan yakni di Kelurahan Payaroba Kecamatan Binjai Barat, Kelurahan Sumber Mulioredjo, Kecamatan Binjai Timur, Kelurahan Pujidadi, Kecamatan Binjai Selatan, serta Kelurahan Jatikarya dan Kelurahan Jatiutomo Kecamatan Binjai Utara. Di mana tanaman padi muda mulai terlihat layu.

Karena belum adanya hujan, membuat para petani harus bekerja lebih ekstra. Itu dilakukan untuk menjaga tanaman padi tetap hidup dan dapat menuai hasil. Salah satu upaya yang dilakukan para petani, dengan membuat sumber mata air baru atau sumur bor serta memanfaatkan aliran sungai meski harus mengeluarkan biaya yang lumayan besar.

Sementara, sejumlah petani yang memulai aktivitas menanamnya, terpaksa menunda pengerjaan lahan ataupun beralih ke tanaman palawija.
Mawan (54), salah seorang petani di Kelurahan Jatiutomo, Kecamatan Binjai Utara mengaku kesulitan menghadapi musim kemarau yang cukup panjang ini. Untuk menjaga tanamanya dia membuat sumur bor guna memenuhi kebutuhan air di sawahnya. “Kalau kondisi cuaca seperti ini, kami para petani pastinya kesulitan yang jelas kami harus mengeluarkan biaya tambahan untuk dapat menjaga tanaman padi yang sudah mulai menguning. Paling tidak, kami membuat sumut bor seperti apa yang kami lakukan sekarang ini,” ujar Mawan.

Begitu juga dengan Parno (46), warga Kelurahan Pujidadi, Kecamatan Binjai Selatan. Dia heran dengan kondisi cuaca yang telah terjadi. “Sekarang ini kita memang tidak bisa lagi memprediksi cuaca, karena biasanya musim tanam tepat di musim hujan, yaitu antara Mei atau Juni, tapi justru di bulan ini musim panas,” ucap Parno.(dn/smg)

BINJAI-Cuaca panas tanpa diserta hujan yang terjadi beberapa pekan terakhir, berdampak buruk terhadap masyarakat Kota Binjai. Terutama para masyarakat yang sehari-harinya mengais rezeki dari pertanian.

Bagai mana tidak. Saat ini, puluhan hektare (Ha) sawah di Kota Binjai mengalami kekeringan. Hal tersebut terlihat banyak tanaman padi masyarakat mati karena kekeringan akibat cuaca panas. Apalagi tanaman padi yang mati itu sebagian besar masih berusia empat hingga enam minggu. Tak hanya itu, pertumbuhan tanaman padi milik masyarakat pun terlihat terhambat karena kekurang air di sawah.

Pantauan di sejumlah kawasan pertanian yang tersebar di Kota Binjai, Minggu (23/6), terlihat kondisi tanaman padi nyaris sama. Di mana sebagian besar lahan persawahan yang tadinya tergenang air dengan baik, kini terlihat mengering dengan kondisi tanah retak-retak.
Kondisi tanaman padi yang terlihat cukup memprihatinkan yakni di Kelurahan Payaroba Kecamatan Binjai Barat, Kelurahan Sumber Mulioredjo, Kecamatan Binjai Timur, Kelurahan Pujidadi, Kecamatan Binjai Selatan, serta Kelurahan Jatikarya dan Kelurahan Jatiutomo Kecamatan Binjai Utara. Di mana tanaman padi muda mulai terlihat layu.

Karena belum adanya hujan, membuat para petani harus bekerja lebih ekstra. Itu dilakukan untuk menjaga tanaman padi tetap hidup dan dapat menuai hasil. Salah satu upaya yang dilakukan para petani, dengan membuat sumber mata air baru atau sumur bor serta memanfaatkan aliran sungai meski harus mengeluarkan biaya yang lumayan besar.

Sementara, sejumlah petani yang memulai aktivitas menanamnya, terpaksa menunda pengerjaan lahan ataupun beralih ke tanaman palawija.
Mawan (54), salah seorang petani di Kelurahan Jatiutomo, Kecamatan Binjai Utara mengaku kesulitan menghadapi musim kemarau yang cukup panjang ini. Untuk menjaga tanamanya dia membuat sumur bor guna memenuhi kebutuhan air di sawahnya. “Kalau kondisi cuaca seperti ini, kami para petani pastinya kesulitan yang jelas kami harus mengeluarkan biaya tambahan untuk dapat menjaga tanaman padi yang sudah mulai menguning. Paling tidak, kami membuat sumut bor seperti apa yang kami lakukan sekarang ini,” ujar Mawan.

Begitu juga dengan Parno (46), warga Kelurahan Pujidadi, Kecamatan Binjai Selatan. Dia heran dengan kondisi cuaca yang telah terjadi. “Sekarang ini kita memang tidak bisa lagi memprediksi cuaca, karena biasanya musim tanam tepat di musim hujan, yaitu antara Mei atau Juni, tapi justru di bulan ini musim panas,” ucap Parno.(dn/smg)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/