32 C
Medan
Saturday, June 29, 2024

RSJ Gratiskan Biaya Perawatan 2 Pengungsi Depresi

Foto: Gatha Ginting/PM Lindan Sembiring (baju merah) bersama Joni Sempakata Bangun dirawat di Rumah Sakit Jiwa Sumatra Utara di Jalan Jamin Ginting. Kedua pengungsi Sinabung ini depresi setelah setahun di pengungsian.
Foto: Gatha Ginting/PM
Lindan Sembiring (baju merah) bersama Joni Sempakata Bangun dirawat di Rumah Sakit Jiwa Sumatra Utara di Jalan Jamin Ginting. Kedua pengungsi Sinabung ini depresi setelah setahun di pengungsian.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Dekan Psikologi UMA Medan Prof Abdul Munir MPd mengaku kesal terhadap penanganan yang dilakukan Pemerintah Provinsi Sumut (Pemprovsu) maupun Pemerintah Kabupaten Karo (Pemkab Karo) terhadap pengungsi yang dinilai masih lamban. Karena berdampak pada kejiwaan pengungsi, di mana dua pengungsi dari Desa Gurukinayan, Kab. Karo masuk Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sumut (RSJ Provsu) sejak 12 Oktober lalu.

“Memang ini bencana alam, tapi kita sesalkan dalam penanganan pengungsi yang tidak sesegara mungkin diantisipasi. Saya menduga, belum tentu pengungsi yang dibawa ke rumah sakit tersebut benar-benar terkover dalam lokasi pengungsian,” kata Abdul Munir kepada wartawan di Medan, Kamis (23/10).

Menurutnya, untuk saat ini yang perlu dilakukan pemerintah memenuhi pangan para pengungsi dan pendidikan anak-anak mereka.

“Dua hal ini yang harus ditangani pemerintah. Satu sisi dalam konteks pangan dan sisi lain dalam konteks biaya pendidikan anak didik,” ujarnya. Ia minta kepada pemerintah, segera memikirkan subsidi terhadap pangan para pengungsi yang sudah kehilangan mata pencahariannya. Menurutnya, para pengungsi perlu dibantu, kalau tidak dibantu akan mengalami keguncangan jiwa yang disebabkan kondisi kehidupan. Selain itu juga mungkin karena kurang kuatnya pondasi keimanan.

“Misalnya pengungsi yang mengalami gangguan jiwa itu karena kebun milik mereka hancur diterjang debu vulkanik Gunung Sinabung. Selain itu depresi bisa disebabkan karena hal lainnya,” tuturnya.

Intinya diharapkan cepat tanggulangi sisi pangan saja lebih dahulu dan pendidikan anak-anak pengungsi. “Bagi anak-anak pengungsi yang tidak bisa belajar lagi, segera bangun sekolah darurat,” harapnya. Secara terpisah, Direktur RSJ Provsu dr Chandra Syafei mengatakan dua orang pengungsi Gunung Sinabung yakni Joni Sempakata Bangun (43) dan Lendan Sembiring (50) masih dirawat di RSJ Provsu. Kedua pasien itu warga Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo.

“Mereka ke rumah sakit diantar oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Karo pada 12 Oktober sekitar pukul 19.00 WIB lalu,” jelasnya.

Dikatakannya, kedua pasien itu mengalami gangguan jiwa. “Kondisinya saat masuk ke rumah sakit ada yang marah-marah dan melamun saja. Itu sudah tanda-tanda mengalami gangguan jiwa. Namun kondisi mereka berdua saat ini sudah mulai membaik,” kata mantan Kadis Kesehatan Sumut itu. Biaya perawatan kedua pengungsi Gunung Sinabung, katanya, digratiskan.

“Pasien asal pengungsi mau yang kaya ataupun miskin kita gratiskan biayanya, karena terkena musibah alam. Mudah-mudahan mereka berdua lekas sembuh, dan tidak ada lagi pengungsi dibawa kemari,” harapnya.

Sementara itu, seorang psikiater, Dr Vera Marpaung SpKJ yang ikut menangani kedua pasien itu mengatakan keduanya akan dirawat hingga suasana di kampungnya kondusif.

“Jadi menurut laporan staf UGD, mereka berdua masuk tidak dalam keadaan parah. Mereka terlihat stabil, namun mengidap gangguan jiwa. Tapi ga bisa kita bilang berapa hari mereka akan dirawat. Tapi rencana kita, mereka akan kita rawat hingga suasasa di Kab.Karo kondusif. Mereka dibawa untuk menghindarkan mereka dari suasana kehiruk pikukan di sana. Mereka kan masih ngungsi, nanti takutnya kedua pasien malah merasa stres dan mengganggu yang lain,” ungkapnya, saat dihubungi Kamis (23/10) lewat ponselnya.

Ia mengakui sebelumnya kedua korban pernah dirawat di rumah sakit jiwa. Namun dirinya tak dapat menjelaskan secara pasti kapan kedua pasien tersebut dirawat. “Keduanya memang sudah punya riwayat penyakit gangguan jiwa. Kalau yang tua (Lindan) ada rekam medisnya dibawa dari Kab.Karo. Namun yang muda (Joni) tidak ada dibawa bukti rekam medisnya. Mungkin dibawa sama keluarganya yang lain,” ungkapnya.

Vera pun mengatakan bahwa dari laporan yang ada, keduanya tidak pernah mengganggu pasien yang satu ruangan dengannya. “Mereka santai, diam. Ga pernah mengganggu yang lain. Saat ini terapi yang diberikan berupa obat untuk menstabilkan keadaan mereka,”ungkapnya. (win/deo)

Foto: Gatha Ginting/PM Lindan Sembiring (baju merah) bersama Joni Sempakata Bangun dirawat di Rumah Sakit Jiwa Sumatra Utara di Jalan Jamin Ginting. Kedua pengungsi Sinabung ini depresi setelah setahun di pengungsian.
Foto: Gatha Ginting/PM
Lindan Sembiring (baju merah) bersama Joni Sempakata Bangun dirawat di Rumah Sakit Jiwa Sumatra Utara di Jalan Jamin Ginting. Kedua pengungsi Sinabung ini depresi setelah setahun di pengungsian.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Dekan Psikologi UMA Medan Prof Abdul Munir MPd mengaku kesal terhadap penanganan yang dilakukan Pemerintah Provinsi Sumut (Pemprovsu) maupun Pemerintah Kabupaten Karo (Pemkab Karo) terhadap pengungsi yang dinilai masih lamban. Karena berdampak pada kejiwaan pengungsi, di mana dua pengungsi dari Desa Gurukinayan, Kab. Karo masuk Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sumut (RSJ Provsu) sejak 12 Oktober lalu.

“Memang ini bencana alam, tapi kita sesalkan dalam penanganan pengungsi yang tidak sesegara mungkin diantisipasi. Saya menduga, belum tentu pengungsi yang dibawa ke rumah sakit tersebut benar-benar terkover dalam lokasi pengungsian,” kata Abdul Munir kepada wartawan di Medan, Kamis (23/10).

Menurutnya, untuk saat ini yang perlu dilakukan pemerintah memenuhi pangan para pengungsi dan pendidikan anak-anak mereka.

“Dua hal ini yang harus ditangani pemerintah. Satu sisi dalam konteks pangan dan sisi lain dalam konteks biaya pendidikan anak didik,” ujarnya. Ia minta kepada pemerintah, segera memikirkan subsidi terhadap pangan para pengungsi yang sudah kehilangan mata pencahariannya. Menurutnya, para pengungsi perlu dibantu, kalau tidak dibantu akan mengalami keguncangan jiwa yang disebabkan kondisi kehidupan. Selain itu juga mungkin karena kurang kuatnya pondasi keimanan.

“Misalnya pengungsi yang mengalami gangguan jiwa itu karena kebun milik mereka hancur diterjang debu vulkanik Gunung Sinabung. Selain itu depresi bisa disebabkan karena hal lainnya,” tuturnya.

Intinya diharapkan cepat tanggulangi sisi pangan saja lebih dahulu dan pendidikan anak-anak pengungsi. “Bagi anak-anak pengungsi yang tidak bisa belajar lagi, segera bangun sekolah darurat,” harapnya. Secara terpisah, Direktur RSJ Provsu dr Chandra Syafei mengatakan dua orang pengungsi Gunung Sinabung yakni Joni Sempakata Bangun (43) dan Lendan Sembiring (50) masih dirawat di RSJ Provsu. Kedua pasien itu warga Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo.

“Mereka ke rumah sakit diantar oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Karo pada 12 Oktober sekitar pukul 19.00 WIB lalu,” jelasnya.

Dikatakannya, kedua pasien itu mengalami gangguan jiwa. “Kondisinya saat masuk ke rumah sakit ada yang marah-marah dan melamun saja. Itu sudah tanda-tanda mengalami gangguan jiwa. Namun kondisi mereka berdua saat ini sudah mulai membaik,” kata mantan Kadis Kesehatan Sumut itu. Biaya perawatan kedua pengungsi Gunung Sinabung, katanya, digratiskan.

“Pasien asal pengungsi mau yang kaya ataupun miskin kita gratiskan biayanya, karena terkena musibah alam. Mudah-mudahan mereka berdua lekas sembuh, dan tidak ada lagi pengungsi dibawa kemari,” harapnya.

Sementara itu, seorang psikiater, Dr Vera Marpaung SpKJ yang ikut menangani kedua pasien itu mengatakan keduanya akan dirawat hingga suasana di kampungnya kondusif.

“Jadi menurut laporan staf UGD, mereka berdua masuk tidak dalam keadaan parah. Mereka terlihat stabil, namun mengidap gangguan jiwa. Tapi ga bisa kita bilang berapa hari mereka akan dirawat. Tapi rencana kita, mereka akan kita rawat hingga suasasa di Kab.Karo kondusif. Mereka dibawa untuk menghindarkan mereka dari suasana kehiruk pikukan di sana. Mereka kan masih ngungsi, nanti takutnya kedua pasien malah merasa stres dan mengganggu yang lain,” ungkapnya, saat dihubungi Kamis (23/10) lewat ponselnya.

Ia mengakui sebelumnya kedua korban pernah dirawat di rumah sakit jiwa. Namun dirinya tak dapat menjelaskan secara pasti kapan kedua pasien tersebut dirawat. “Keduanya memang sudah punya riwayat penyakit gangguan jiwa. Kalau yang tua (Lindan) ada rekam medisnya dibawa dari Kab.Karo. Namun yang muda (Joni) tidak ada dibawa bukti rekam medisnya. Mungkin dibawa sama keluarganya yang lain,” ungkapnya.

Vera pun mengatakan bahwa dari laporan yang ada, keduanya tidak pernah mengganggu pasien yang satu ruangan dengannya. “Mereka santai, diam. Ga pernah mengganggu yang lain. Saat ini terapi yang diberikan berupa obat untuk menstabilkan keadaan mereka,”ungkapnya. (win/deo)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/