Image tentara berwajah garang dan keras dengan senjata siap ditembakkan laiknya adegan di film-film, bakal menguap usai melihat interaksi Babinsa (Bintara Pembina Desa) dengan masyarakat, saat Operasi Katarak Gratis yang digelar di Padangsidimpuan, kemarin. Berkali-kali terpantau tanpa sengaja, tentara berlaku lembut dan ngemong pada masyarakat.
–——————————————————–
Dame Ambarita, Padangsidimpuan
———————————————————
Tentara berpakaian loreng-loreng berseliweran di Rumah Sakit Tentara Padangsidimpuan, 23-24 Oktober 2017. Mereka para Bintara Pembina Desa (Babinsa) yang mendampingi para pasien dari wilayah masing-masing Kodim di kawasan Tapanuli, mengikuti operasi katarak gratis “Buka Mata Lihat Indahnya Dunia” yang digelar Tambang Emas Martabe bekerjasama dengan A New Vision dan Kodam I Bukit Barisan.
Para tentara itu tampak sibuk mengatasi keperluan para pasien yang mereka boyong, demi kelancaran pendataan maupun tahapan operasi.
Suatu waktu, seorang tentara muda terlihat dengan lembut menuntun seorang ibu tua ke bagian visus. Di saat lain, seorang tentara paruh baya menjaga seorang ibu tua pascapemulihan usai operasi, agar tidak terjatuh saat ingin berjalan ke bawah sebatang pohon untuk berteduh.
Apa saja kisah-kisah mereka saat mencari pasien?
Kopka Nasrisal, Babinsa yang bertugas di koramil 17 Natal, Madina, yang tampak fokus memantau sekitar 10 orang warga yang dibawanya dari Natal, yang ikut operasi katarak gratis, tersenyum saat diajak ngobrol.
“Sebenarnya ada 40 orang warga yang saya bawa dari Natal. Tapi ternyata 30 di antaranya bukan katarak, melainkan penyakit mata lain. Jadi disuruh pulang,” cetusnya mengawali bincang-bincang.
Ini kali kedua dia membawa pasien mengikuti Operasi Katarak Gratis yang digelar Tambang Emas Martabe.
Ia mengaku tidak mendapat masalah berarti saat mencari calon pasien. “Duduk di kedai cari informasi, kontak kepala desa, bidan, dan masjid. Juga berkeliling-keliling desa. Jika menjumpai warga yang berkacamata, kita biasanya berhenti dan bertanya, “sakit katarakkah?” Sebisa mungkin kita membantu masyarakat dengan info-info yang membantu. Masyarakat biasanya senang diberi info begini,” ungkapnya.
Saking semangatnya, masyarakat yang ingin ikut operasi katarak gratis mencapai 40 orang, padahal hanya 9 orang yang terbukti menderita katarak dan bisa dioperasi. “Yang penting masyarakat senang,” kata Kopka Nasrisal sembari tertawa.
Pengalaman manis yang dirasakannya terkait pasien operasi katarak gratis ini, adalah saat bertemu mantan pasien yang sudah sembuh sepenuhnya. Saat itu, ia tanpa sengaja turun ke desa terkait banjir bandang yang melanda desa tetangga. Tanpa sengaja, ia bertemu seorang pasien yang sudah sembuh dari katarak.
“Saking senangnya telah sembuh, kontan ia berkata sama kita: ‘Pak Tentara.. ayok ke rumah. Makan dulu kita,’ katanya. Dan dia langsung masak dan mengajak kita makan bersama. Padahal mereka dari keluarga kurang mampu. Kebahagiaan mereka saat itu berkesan sangat manis di hati,” ucapnya mengenang.
Ia mengaku, acara-acara positif seperti Operasi Katarak Gratis yang digelar Tambang Emas Martabe bekerjasama dengan Kodim, membuat masyarakat semakin senang dengan tentara. Pada akhirnya, tentara juga ikut senang dengan kebahagiaan masyarakat.
Lain Babinsa, lain pula pengalamannya. Berbeda dengan Kopka Nasrisal, Serda Saliman dari Koramil 26 Batahan, Madina, mengatakan masyarakat di wilayahnya justru banyak tuntutan. “Diberitahu ada operasi katarak gratis dan diajak ikut, mereka malah nanya: ‘Siapa yang menanggung ongkos dan makan kami?’ Padahal operasi gratis itu untuk membantu mereka,” katanya.
Serda Saliman mengatakan, warga di daerahnya bertugas banyak yang menderita katarak. Mungkin ada hubungannya dengan profesi mereka sebagai nelayan, yang kerap kena silau pantulan cahaya matahari di permukaan laut.
Dari sekian banyak warga penderita katarak di Batahan, puluhan orang mendaftar ikut. Namun pada hari H berangkat, banyak yang batal dengan berbagai alasan. “Akhirnya hanya 18 warga dari dua kecamatan yang ikut, yakni Kecamatan Muara Batanggadis dan Kecamatan Natal. “Total 14 orang Babinsa yang mencari data-data penderita katarak ke desa-desa,” ungkapnya.
Meski demikian, ia mengaku karakter warga yang berharap dibayari semuanya, termasuk ongkos dan makan, tidak menyurutkan semangat Babinsa melayani. “Tetap kita jelaskan, bahwa kita selayaknya bersyukur sudah ada yang mengadakan operasi katarak gratis. Tentara hanya berniat menolong warga, bukan mempersulit. Tentara bahkan rela berjuang demi warga. Tapi ya begitulah, karakter masyarakat itu bermacam-macam,” katanya seraya mengangkat bahu.
Ia berharap, dokter mata bersedia datang ke Batahan, karena sangat banyak warganya yang menderita katarak. Sebagian besar di antaranya nelayan dan termasuk keluarga ekonomi kurang mampu.
Pengalaman lainnya dikisahkan Serda Arif Siregar, bertugas di Koramil 19 Siais Angkola Barat, Tapsel.
Awalnya, mereka membawa 26 warga untuk discreening katarak. Ternyata hanya 14 orang yang layak dioperasi. “Tapi hingga jam 12 siang ini, baru dua orang yang datang. Ditelepon pun tidak bisa karena tidak ada sinyal di daerah mereka yang terpencil. Kita tidak punya cara mengontak mereka semua, kecuali mereka datang. Padahal untuk mencari mereka, Babinsa menempuh hujan dan petir,” katanya sedikit sedih.
Apakah banyak suka duka dalam mencari pasien katarak?
“Yah… mau situasi apapun, intinya semua dibawa senang. Tapi lebih senang lagi kalau mereka benar-benar datang untuk operasi,” ucapnya.
Atasan Serda Arif Siregar di Koramil 19 Siais Angkola Barat, Serma Bibun Sihotang, menambahkan, sebenarnya warga Siais secara umum senang dengan info operasi katarak gratis. Maklum, kebanyakan warga penderita katarak berasal dari keluarga kurang mampu.
“Saat babinsa mendatangi desa-desa, membagi poster dan memberi penjelasan, mereka antusias. Mereka bahkan banyak bertanya. Terbukti ada 26 orang yang ikut screening hari pertama, meski hanya 14 orang yang bisa dioperasi. Tetapi mungkin sebagian warga jadi ragu-ragu di Hari H operasi,” jelasnya.
Diduga, tingkat pendidikan masyarakat yang relatif masih rendah membuat mereka gampang terpengaruh isu, khususnya karena sebelumnya ada pasien katarak yang meninggal pascaoperasi –diduga kuat karena darah tinggi– hingga membuat warga takut.
Sementara karena Siais cukup dekat dengan RS Tentara Padangsidimpuan, Babinsa telah sepakat dengan masyarakat untuk datang secara mandiri ke lokasi pada jadwal yang ditentukan. Begitulah..
Tetapi meski baru dua warganya yang hadir hingga siang hari itu, kedua Babinsa ini tetap sabar menunggu di dekat meja pendaftaran, kalau-kalau ada yang menyusul datang.
Tetap semangat ya Pak! (*)