Enam tahun sudah Umah Yana tak lagi memasang payet ke baju-baju, khususnya kebaya pesanan. Katarak memaksanya berhenti. Padahal, memayet adalah usahanya memperoleh uang, membantu-bantu keuangan keluarga. “Semoga setelah operasi, bisa memayet lagi,” harapnya sembari menebar senyum manis.
—————————
Dame Ambarita, Medan
—————————
Usia Umah Yana relatif masih muda. Baru 36 tahun. Tetapi sudah enam tahun terakhir ia menderita katarak. “Memang di keluarga kami, ada riwayat katarak. Om saya kena, adek saya juga,” kata wanita berwajah manis itu, saat ditemui di sela-sela Bakti Sosial Operasi Katarak Gratis “Buka Mata Lihat Indahnya Dunia” yang digelar PT Agincourt Resources (PTAR), pengelola Tambang Emas Martabe, di Rumah Sakit (RS) Khusus Mata Mencirim 77, Medan, Sumatra Utara, Sabtu (22/10/2022).
Ibu 4 anak ini merasa mulai kena katarak sejak kepalanya terbentur di kamar mandi, saat anaknya masih 3 orang. Tahun persisnya ia tidak ingat. “Tapi saya ingat, kepala saya terbentur pipa di kamar mandi. Kata dokter, ada pengaruhnya kepada mata,” kata ibu rumah tangga ini warga Binjai ini mengawali.
Ditambah dirinya sering membakar sampah, sehingga matanya kerap kena asap dan abu pembakaran. Diperparah lagi dengan pekerjaannya memayet baju yang membutuhkan konsentrasi tinggi. “Lengkaplah,” katanya sembari tertawa kecil.
Di awal-awal kena katarak, ia merasa tidak jelas melihat wajah orang. Sehingga ia tidak bisa cepat mengenali siapa yang menyapanya. Beberapa pekerjaan rumah juga terganggu. Termasuk membaca “Kadang dibilang sombong, karena tidak bisa mengenali orang,” sebutnya.
Meski padangan sudah berkabut, ia tetap memaksakan diri menerima pesanan memayet kebaya.
Namun semakin lama, katarak di matanya semakin parah. Di usia 30 tahun, ia tidak mampu lagi memayet baju. “Berhenti total enam tahun lalu. Karena tidak bisa lagi membedakan warna manik-manik mana ke komposisi yang mana,” cetusnya dengan nada rendah.
Sejak itu, ia terpaksa bergantung sepenuhnya pada suami untuk membiayai kebutuhan keluarga kecilnya.
Tiga tahun lalu, Yana pernah ikut operasi katarak gratis yang digelar sebuah lembaga di Medan. Saat itu, hanya mata kanannya yang dioperasi. Sayang, meski penglihatannya sedikit membaik, tetapi penglihatannya tetap kurang jelas. Karenanya ia tetap belum bisa kembali memayet. Apalagi mata kirinya tidak ikut dioperasi saat itu.
Hingga belum lama ini, dirinya mendapat informasi dari salah seorang saudara, ada operasi katarak gratis yang digelar di RS Mata Sei Mencirim 77 Medan. Maka pada hari H, diantar suami ia mendaftarkan diri ikut operasi. “Syaratnya mudah, cukup diperiksa apakah mata kita sakit katarak dan bisa dioperasi. Itu saja,” ungkapnya kembali menebar senyum.
Saat mau masuk ruang operasi, perasaannya campur aduk. Antara berdebar dan tegang. “Tapi saat dioperasi, ternyata nggak sakit. Katanya, pakai teknik sedot,” ungkapnya.
Meski tidak tahu siapa sponsor yang membiayai operasi katarak gratis di RS Mata Mencirim 77 itu, Yana tetap menyampaikan ucapan terima kasih. “Karena belum bisa jelas membaca spanduk-spanduk yang ada, jadi belum tau siapa sponsornya. Tetapi terima kasihlah buat pihak yang membiayai. Sangat membantu kami yang membutuhkan,” kata Yana, sembari mengatakan, ingin dirinya kembali mampu melihat dengan jelas.
“Dan tentu, kembali bisa pasang payet lagi. Lumayan membantu-bantu suami,” katanya kembali tersenyum.
Pasien katarak lainnya yang juga masih di usia produktif, Ori Maitara (42), mengaku baru 8 bulan terakhir kena katarak. Karena itu, katarak yang dideritanya termasuk premature alias belum matang. Kata Ori, tidak ada riwayat katarak di keluarganya. Ia menduga, dirinya mulai kena katarak karena beberapa kali jatuh saat naik sepeda ke gunung. “Kata dokter, kepala terbentur bisa memicu katarak,” kata pria yang berprosesi sebagai pedagang obat-obatan herbal ini.
Meski katarak yang dideritanya belum terlalu mengganggu, tetapi ia sudah merasa pandangannya kurang jelas. Jarak 5 meter, objek yang dilihatnya sudah berbayang dan berkabut. Karena itu, ia mulai mengurangi frekuensi hobinya naik sepeda ke gunung, “Pernah periksa, katanya kena katarak. Sebelum semakin parah, begitu saya mendapat informasi ada operasi katarak gratis, saya segera daftarlah,” kata ayah 4 anak ini.
Ditanya gimana rasanya pascaoperasi, Ori mengaku merasa sedikit nyeri. “Kata dokter, tekniknya model sedot. Tidak sakit sih, hanya sedikit nyeri,” katanya.
Ia berharap bisa kembali melihat jelas, agar bisa beraktivitas seperti biasa. “Kepada Tambang Emas Martabe, terima kasih karena telah membiayai operasi katarak buat masyarakat yang membutuhkan,” ujarnya.
Kepada para pasien yang keluar dari ruang bedah, petugas farmasi May Annisa S.Fam, meminta agar jangan mengucek mata sekitar seminggu pertama. “Ini obat tetes dan obat-obatan lainnya. Ini kacamata, wajib dikenakan selama 24 jam pertama. Jangan dilepas meski tidur, takutnya terkucek tanpa sengaja,” katanya
“Obat tetes wajib 6 x sehari. Satu tetes setiap 3 jam. Mata jangan kena air apalagi air sabun, asap, dan sinar matahari. Mandi cukup badan saja. Solat, solat tayamum dulu,” katanya memberi pengarahan.
Saat ada yang bertanya apakah boleh tidur miring, ia mengatakan boleh. Asalkan jangan lepas kacamata, “Besok datang lagi ya,” katanya seraya menyerahkan kacamata dan obat dimaksud. (mea)
- Ori Maitara, pedagang herbal, tampa sumringan usai menjalani Operasi Katarak Gratis yang digelar PT Agincourt Resources (PTAR), pengelola Tambang Emas Martabe, di Rumah Sakit (RS) Khusus Mata Mencirim 77, Medan, Sumatera Utara, Sabtu (22/10/2022).