28.9 C
Medan
Tuesday, May 21, 2024

Sekeluarga Dibantai di Siantar, 1 Tewas, 2 Luka

Foto: Sawal/Metro Siantar/JPNN Polisi mengevakuasi jenazah Reza Sitorus dari lokasi kejadian, disaksikan ratusan warga, Minggu (23/11). Reza tewas dibunuh pelaku yang diduga sepupunya.
Foto: Sawal/Metro Siantar/JPNN
Polisi mengevakuasi jenazah Reza Sitorus dari lokasi kejadian, disaksikan ratusan warga, Minggu (23/11). Reza tewas dibunuh pelaku yang diduga sepupunya.

SIANTAR, SUMUTPOS.CO – Warga Jalan Sudirman, Kel. Proklamasi, Siantar Barat mendadak geger, Minggu (23/11) sekira pukul 05.30 Wib. Warga sekitar mendapat kabar penghuni rumah dekat rel kereta api tewas dibantai.

Terkuaknya pembantai ini setelah salah seorang korban bernama Anggi br Nasution (28), berhasil lolos dari amukan pelaku. Begitu keluar dari rumah, korban menemui petugas piket Bengkel Lapangan (Benglap) “8” 01-44-01, yang berada tidak jauh dari rumah mereka.

Begitu mendapat laporan tersebut, seorang anggota TNI langsung membawa Anggi yang dalam kondisi luka parah ke rumah warga. Sedangkan anggota lainnya melapor ke Polsek Siantar Barat.

Saat berada di rumah warga, Anggi terus meronta-ronta meminta tolong sembari mengaku dipukuli abang sepupunya BI (Budi).

“Aku sempat tanya kenapa bisa luka-luka, katanya dipukuli pakai broti sama abang sepupunya (Budi). Dia (Anggi) juga ngaku pura-pura mati makanya bisa lolos,” ungkap Boru Silitonga, warga yang tinggal tak jauh dari rumah korban.

Kepada Boru Silitonga, Anggi mengaku sempat mengunci pintu dari luar saat meloloskan diri. Namun karena jarak pintu dengan jendela sangat dekat, pelaku bisa membukanya dan melarikan diri.

“Dia nggak ada cerita mengenai apa masalah mereka karena dia (Anggi, red) sudah luka-luka semua kepalanya,” kata wanita berusia 50-an tersebut.

Sementara itu, tak lama setelah menerima laporan dari anggota TNI, personel Polsek Siantar Barat tiba di lokasi kejadian dan langsung menaikkan Anggi ke mobil patroli.

Namun karena warga menyatakan masih ada dua orang lagi di dalam rumah korban, petugas tidak langsung melarikan Anggi ke rumah sakit, melainkan melakukan pengecekan ke dalam rumah.

Hasilnya, petugas mendapati dua orang tergeletak dalam kondisi mengenaskan. Masing-masing adalah Reza Sitorus (22), abang kandung Anggi dan Melly boru Sitorus (17), sepupu Anggi. Saat diperiksa, Reza telah meninggal dunia. Sedangkan Melly, kritis.

Melly dan Anggi dinaikkan ke mobil patroli. Selanjutnya, kedua korban selamat dilarikan ke RS Djasamen Saragih. Hingga berita diturunkan, kedua korban masih menjalani perawatan intensif.

Tak lama, petugas Polres Siantar datang dan melakukan olah TKP serta mengevakuasi jenazah Reza ke RSUD Djasamen Saragih untuk dilakukan otopsi.

Dari hasil olah TKP, petugas mengamankan beberapa barang bukti seperti satu buah cangkul, sangkur dengan bercak darah, pakaian yang terkena darah dan barang-barang lainnya. Sementara itu, barang-barang berharga seperti handphone dan 1 unit Yamaha Jupiter MX milik Reza, hilang.

Foto Reza Sitorus (kiri) semasa hidup.
Foto Reza Sitorus (kiri) semasa hidup.

Pantauan METRO SIANTAR(grup SUMUTPOS.CO), Anggi dan Melly belum bisa dimintai keterangan. Anggi mengalami luka koyak pada bagian bibir kanan atas serta kepala kanan. Sementara Melly mengalami luka pada bagian kepala sebelah kiri, luka lebam di mata kanan dan kirinya.

Ketika dihampiri pamannya, Anggi sempat mengatakan, “Awas BI, awas!” Anggi yang menggigil dan terus mengigau juga mengatakan bahwa ia sudah bepura-pura mati agar selamat. “Pura-pura mati aku tadi,” ceracaunya lagi.

Sipunggul Gultom (49), paman korban yang ditemui di rumah sakit mengatakan, dirinya tidak mengetahui kehidupan Budi selama ini. Ia menyebutkan kalau Budi sudah berkeluarga, namun tidak pernah melakukan silahturahmi ke rumahnya. “Dia enggak pernah datang, aku nggak tahu kehidupannya bagaimana,” kata pria yang tinggal di sekitara SMP Negeri 11 tersebut.

Terpisah, salah seorang anggota TNI yang piket saat kejadian mengaku sempat melihat Budi mendatangi rumah korban sekira pukul 04.00 Wib. “Aku tanda karena dia pincang. Dia datang ke rumah itu. Tapi apa yang terjadi kami tidak tahu, karena saat itu mulai hujan. Dan sekitar jam 05.00 wib listrik padam,” bebernya.

Masih kata personel TNI ini, Anggi memang datang ke penjagaan dan melaporkan kejadian yang baru dialaminya. “Dia datang dan minta tolong kalau dia baru dipukuli sama Budi,” ucapnya.

Lanjut pria yang berusia sekitar 40-an tahun ini, Budi yang diketahui masih ada hubungan darah dengan para korban jarang tinggal di rumah tersebut. “Mereka sudah belasan tahun tinggal di sini, orang tua mereka juga meninggal di sini, tapi bapak si Melly merantau ke Porsea,” ungkapnya.

Lebih lanjut dikatakannya, Budi dikenal dengan kehidupannya yang tidak jelas. Budi juga pernah dipenjara atas kasus penyalahgunaan narkoba. Informasi yang diperolehnya, selama ini Budi tinggal bersama ayahnya di sekitaran Kelurahan Banjar. (lud/smg/ras)

Foto: Sawal/Metro Siantar/JPNN Polisi mengevakuasi jenazah Reza Sitorus dari lokasi kejadian, disaksikan ratusan warga, Minggu (23/11). Reza tewas dibunuh pelaku yang diduga sepupunya.
Foto: Sawal/Metro Siantar/JPNN
Polisi mengevakuasi jenazah Reza Sitorus dari lokasi kejadian, disaksikan ratusan warga, Minggu (23/11). Reza tewas dibunuh pelaku yang diduga sepupunya.

SIANTAR, SUMUTPOS.CO – Warga Jalan Sudirman, Kel. Proklamasi, Siantar Barat mendadak geger, Minggu (23/11) sekira pukul 05.30 Wib. Warga sekitar mendapat kabar penghuni rumah dekat rel kereta api tewas dibantai.

Terkuaknya pembantai ini setelah salah seorang korban bernama Anggi br Nasution (28), berhasil lolos dari amukan pelaku. Begitu keluar dari rumah, korban menemui petugas piket Bengkel Lapangan (Benglap) “8” 01-44-01, yang berada tidak jauh dari rumah mereka.

Begitu mendapat laporan tersebut, seorang anggota TNI langsung membawa Anggi yang dalam kondisi luka parah ke rumah warga. Sedangkan anggota lainnya melapor ke Polsek Siantar Barat.

Saat berada di rumah warga, Anggi terus meronta-ronta meminta tolong sembari mengaku dipukuli abang sepupunya BI (Budi).

“Aku sempat tanya kenapa bisa luka-luka, katanya dipukuli pakai broti sama abang sepupunya (Budi). Dia (Anggi) juga ngaku pura-pura mati makanya bisa lolos,” ungkap Boru Silitonga, warga yang tinggal tak jauh dari rumah korban.

Kepada Boru Silitonga, Anggi mengaku sempat mengunci pintu dari luar saat meloloskan diri. Namun karena jarak pintu dengan jendela sangat dekat, pelaku bisa membukanya dan melarikan diri.

“Dia nggak ada cerita mengenai apa masalah mereka karena dia (Anggi, red) sudah luka-luka semua kepalanya,” kata wanita berusia 50-an tersebut.

Sementara itu, tak lama setelah menerima laporan dari anggota TNI, personel Polsek Siantar Barat tiba di lokasi kejadian dan langsung menaikkan Anggi ke mobil patroli.

Namun karena warga menyatakan masih ada dua orang lagi di dalam rumah korban, petugas tidak langsung melarikan Anggi ke rumah sakit, melainkan melakukan pengecekan ke dalam rumah.

Hasilnya, petugas mendapati dua orang tergeletak dalam kondisi mengenaskan. Masing-masing adalah Reza Sitorus (22), abang kandung Anggi dan Melly boru Sitorus (17), sepupu Anggi. Saat diperiksa, Reza telah meninggal dunia. Sedangkan Melly, kritis.

Melly dan Anggi dinaikkan ke mobil patroli. Selanjutnya, kedua korban selamat dilarikan ke RS Djasamen Saragih. Hingga berita diturunkan, kedua korban masih menjalani perawatan intensif.

Tak lama, petugas Polres Siantar datang dan melakukan olah TKP serta mengevakuasi jenazah Reza ke RSUD Djasamen Saragih untuk dilakukan otopsi.

Dari hasil olah TKP, petugas mengamankan beberapa barang bukti seperti satu buah cangkul, sangkur dengan bercak darah, pakaian yang terkena darah dan barang-barang lainnya. Sementara itu, barang-barang berharga seperti handphone dan 1 unit Yamaha Jupiter MX milik Reza, hilang.

Foto Reza Sitorus (kiri) semasa hidup.
Foto Reza Sitorus (kiri) semasa hidup.

Pantauan METRO SIANTAR(grup SUMUTPOS.CO), Anggi dan Melly belum bisa dimintai keterangan. Anggi mengalami luka koyak pada bagian bibir kanan atas serta kepala kanan. Sementara Melly mengalami luka pada bagian kepala sebelah kiri, luka lebam di mata kanan dan kirinya.

Ketika dihampiri pamannya, Anggi sempat mengatakan, “Awas BI, awas!” Anggi yang menggigil dan terus mengigau juga mengatakan bahwa ia sudah bepura-pura mati agar selamat. “Pura-pura mati aku tadi,” ceracaunya lagi.

Sipunggul Gultom (49), paman korban yang ditemui di rumah sakit mengatakan, dirinya tidak mengetahui kehidupan Budi selama ini. Ia menyebutkan kalau Budi sudah berkeluarga, namun tidak pernah melakukan silahturahmi ke rumahnya. “Dia enggak pernah datang, aku nggak tahu kehidupannya bagaimana,” kata pria yang tinggal di sekitara SMP Negeri 11 tersebut.

Terpisah, salah seorang anggota TNI yang piket saat kejadian mengaku sempat melihat Budi mendatangi rumah korban sekira pukul 04.00 Wib. “Aku tanda karena dia pincang. Dia datang ke rumah itu. Tapi apa yang terjadi kami tidak tahu, karena saat itu mulai hujan. Dan sekitar jam 05.00 wib listrik padam,” bebernya.

Masih kata personel TNI ini, Anggi memang datang ke penjagaan dan melaporkan kejadian yang baru dialaminya. “Dia datang dan minta tolong kalau dia baru dipukuli sama Budi,” ucapnya.

Lanjut pria yang berusia sekitar 40-an tahun ini, Budi yang diketahui masih ada hubungan darah dengan para korban jarang tinggal di rumah tersebut. “Mereka sudah belasan tahun tinggal di sini, orang tua mereka juga meninggal di sini, tapi bapak si Melly merantau ke Porsea,” ungkapnya.

Lebih lanjut dikatakannya, Budi dikenal dengan kehidupannya yang tidak jelas. Budi juga pernah dipenjara atas kasus penyalahgunaan narkoba. Informasi yang diperolehnya, selama ini Budi tinggal bersama ayahnya di sekitaran Kelurahan Banjar. (lud/smg/ras)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/