26.7 C
Medan
Wednesday, May 22, 2024

Diduga untuk Dana Operasional Terduga Teroris, Densus 88 Sita 31 Kotak Amal

SUMUTPOS.CO – Menyusul penangkapan 18 terduga teroris dari sejumlah daerah di Sumut sepekan terakhir, Tim Datasemen Khusus atau Densus 88 Antiteror Kepolisian Republik Indonesia (Polri) juga menyita 31 kotak amal.

Ilustrasi terorisme.

“ADA barang bukti sebanyak 31 kotak amal diamankan teman-teman Densus dan Polres Tanjungbalai dari 13 lokasi berbeda di Tanjungbalai. Kuat dugaan, hasil dari kotak amal tersebut digunakan untuk dana operasional terduga teroris,” ungkap Kabid Humas Polda Sumut, Kombes Pol Hadi Wahyudi kepada sejumlah wartawan di Mapolda Sumut, Rabu (24/3).

Barang bukti itu diamankan saat penangkapan 18 terduga teroris dari Tanjungbalai, Medan, Langkat, Deliserdang, Labuhanbatu, dan Padangsidimpuan dalam waktu berdekatan, sejak Jumat-Senin (19-23/3) kemarin.

Hadi tidak menjelaskan berapa jumlah uang yang diamankan dari kotak amal itu, Ia hanya menyebut, kotak amal diamankan bukan di masjid, melainkan di sejumlah tempat. “Di tempat-tempat umum. Kita enggak tahu berapa jumlah keseluruhan, nanti disampaikan secara lengkap oleh Mabes,” ucap Hadi.

Hadi mengaku belum bisa membeberkan jaringan terduga teroris yang ditangkap. “Terkait kelompok mana dan jaringan siapa, masih terus didalami (Densus 88). Informasi lengkap, Densus yang akan menyampaikan, itu wewenang mereka,” jelas Hadi.

Sebelumnya Hadi menyebutkan, Tim Densus 88 Anti Teror Mabes Polri mengamankan 18 terduga teroris di sejumlah daerah di Sumut, sesuai hasil dari pengembangan Tim Densus 88 di sejumlah daerah. Rinciannya, 2 ditangkap di Tanjung Balai dan 6 di Medan. Kemudian Minggu, 21 Maret 2021 kembali ditangkap 3 terduga teroris.

Selanjutnya pada Senin, 22 Maret 2021, Densus 88 kembali menangkap 7 terduga teroris. Total 18 terduga teroris ditangkap Densus 88 di Sumut.

Total terduga teroris yang ditangkap Densus 88 di tiga provinsi yakni di Jakarta, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat, ada 22 orang. Karopenmas Mabes Polri Brigjen Rusdi Hartono mengatakan puluhan orang yang ditangkap itu terafiliasi dengan Kelompok Jamaah Islamiyah. Mereka ditangkap dari pengembangan operasi penangkapan yang dilakukan Densus 88 di Jawa Timur beberapa waktu lalu.

Sumut Miliki Jaringan Radikalisme Aktif

Penangkapan 18 orang terduga teroris dari sejumlah tempat di Sumut beberapa hari terakhir, menunjukkan bahwa Sumut memiliki jaringan radikalisme, yang diduga berafiliasi ke ISIS.

“Yang pasti, ini menunjukkan Sumut memang sudah lama jadi sarang teroris. Sudah sejak tahun 1970-an, yang ditandai dengan peristiwa Komando Jihad,” ungkap mantan terpidana kasus terorisme, Khairul Ghazali, saat dikonfirmasi Sumut Pos, Rabu (24/3).

Ghazali mengungkapkan sejumlah aksi-aksi terorisme di Sumut juga sudah terjadi sejak tahun 1983, yakni kasus pembajakan pesawat Garuda melibatkan jaringan Imran di Medan. Baru-baru ini, peristiwa bom bunuh diri di Mako Polrestabes Medan, penyerangan polisi di Mako Polda Sumut, dan di Kota Sibolga.

“Semua ini menunjukkan sel-sel teroris superaktif di Sumut, dan semua terafiliasi ke ISIS melalui jaringan lokal JI dan JAD. Pastinya afiliasinya ke ISIS. Itu sudah pasti,” tutur pendiri Pesantren Al-Hidayah Kabupaten Deliserdang itu.

Ghazali mengakui memang sulit memutus mata rantai jaringan radikalisme di Indonesia, khususnya di Sumut. Karena mereka bergerak secara underground seperti hantu.

“Amerika Serikat saja nggak bisa mendeteksi penyerangan terorisme ke markas mereka di Pentagon tahun 2000 lalu,” jelas Ghazali, yang pernah ditangkap Densus 88 Anti Teror terkait perampokan CIMB Niaga pada tahun 2010.

Ghazali mengingatkan kepada pemerintah maupun pihak kepolisian, agar tidak menekan aktivitas dan gerakan Islam oposisi. Ia mencontohkan kasus penembakan anggota FPI baru-baru bisa melahirkan akan embrio lahirnya ekstremisme di tanah air.

“Pemerintah harusnya merangkul gerakan-gerakan radikal. ‘Kan ada BNPT yang dibiayai negara untuk melakukan itu,” pungkasnya. (mag-01/gus)

SUMUTPOS.CO – Menyusul penangkapan 18 terduga teroris dari sejumlah daerah di Sumut sepekan terakhir, Tim Datasemen Khusus atau Densus 88 Antiteror Kepolisian Republik Indonesia (Polri) juga menyita 31 kotak amal.

Ilustrasi terorisme.

“ADA barang bukti sebanyak 31 kotak amal diamankan teman-teman Densus dan Polres Tanjungbalai dari 13 lokasi berbeda di Tanjungbalai. Kuat dugaan, hasil dari kotak amal tersebut digunakan untuk dana operasional terduga teroris,” ungkap Kabid Humas Polda Sumut, Kombes Pol Hadi Wahyudi kepada sejumlah wartawan di Mapolda Sumut, Rabu (24/3).

Barang bukti itu diamankan saat penangkapan 18 terduga teroris dari Tanjungbalai, Medan, Langkat, Deliserdang, Labuhanbatu, dan Padangsidimpuan dalam waktu berdekatan, sejak Jumat-Senin (19-23/3) kemarin.

Hadi tidak menjelaskan berapa jumlah uang yang diamankan dari kotak amal itu, Ia hanya menyebut, kotak amal diamankan bukan di masjid, melainkan di sejumlah tempat. “Di tempat-tempat umum. Kita enggak tahu berapa jumlah keseluruhan, nanti disampaikan secara lengkap oleh Mabes,” ucap Hadi.

Hadi mengaku belum bisa membeberkan jaringan terduga teroris yang ditangkap. “Terkait kelompok mana dan jaringan siapa, masih terus didalami (Densus 88). Informasi lengkap, Densus yang akan menyampaikan, itu wewenang mereka,” jelas Hadi.

Sebelumnya Hadi menyebutkan, Tim Densus 88 Anti Teror Mabes Polri mengamankan 18 terduga teroris di sejumlah daerah di Sumut, sesuai hasil dari pengembangan Tim Densus 88 di sejumlah daerah. Rinciannya, 2 ditangkap di Tanjung Balai dan 6 di Medan. Kemudian Minggu, 21 Maret 2021 kembali ditangkap 3 terduga teroris.

Selanjutnya pada Senin, 22 Maret 2021, Densus 88 kembali menangkap 7 terduga teroris. Total 18 terduga teroris ditangkap Densus 88 di Sumut.

Total terduga teroris yang ditangkap Densus 88 di tiga provinsi yakni di Jakarta, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat, ada 22 orang. Karopenmas Mabes Polri Brigjen Rusdi Hartono mengatakan puluhan orang yang ditangkap itu terafiliasi dengan Kelompok Jamaah Islamiyah. Mereka ditangkap dari pengembangan operasi penangkapan yang dilakukan Densus 88 di Jawa Timur beberapa waktu lalu.

Sumut Miliki Jaringan Radikalisme Aktif

Penangkapan 18 orang terduga teroris dari sejumlah tempat di Sumut beberapa hari terakhir, menunjukkan bahwa Sumut memiliki jaringan radikalisme, yang diduga berafiliasi ke ISIS.

“Yang pasti, ini menunjukkan Sumut memang sudah lama jadi sarang teroris. Sudah sejak tahun 1970-an, yang ditandai dengan peristiwa Komando Jihad,” ungkap mantan terpidana kasus terorisme, Khairul Ghazali, saat dikonfirmasi Sumut Pos, Rabu (24/3).

Ghazali mengungkapkan sejumlah aksi-aksi terorisme di Sumut juga sudah terjadi sejak tahun 1983, yakni kasus pembajakan pesawat Garuda melibatkan jaringan Imran di Medan. Baru-baru ini, peristiwa bom bunuh diri di Mako Polrestabes Medan, penyerangan polisi di Mako Polda Sumut, dan di Kota Sibolga.

“Semua ini menunjukkan sel-sel teroris superaktif di Sumut, dan semua terafiliasi ke ISIS melalui jaringan lokal JI dan JAD. Pastinya afiliasinya ke ISIS. Itu sudah pasti,” tutur pendiri Pesantren Al-Hidayah Kabupaten Deliserdang itu.

Ghazali mengakui memang sulit memutus mata rantai jaringan radikalisme di Indonesia, khususnya di Sumut. Karena mereka bergerak secara underground seperti hantu.

“Amerika Serikat saja nggak bisa mendeteksi penyerangan terorisme ke markas mereka di Pentagon tahun 2000 lalu,” jelas Ghazali, yang pernah ditangkap Densus 88 Anti Teror terkait perampokan CIMB Niaga pada tahun 2010.

Ghazali mengingatkan kepada pemerintah maupun pihak kepolisian, agar tidak menekan aktivitas dan gerakan Islam oposisi. Ia mencontohkan kasus penembakan anggota FPI baru-baru bisa melahirkan akan embrio lahirnya ekstremisme di tanah air.

“Pemerintah harusnya merangkul gerakan-gerakan radikal. ‘Kan ada BNPT yang dibiayai negara untuk melakukan itu,” pungkasnya. (mag-01/gus)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/