26.7 C
Medan
Saturday, May 4, 2024

Pasca-Bom Bunuh Diri Makasar, Polri Petakan Wilayah Rawan Radikal

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Kepolisian RI tengah memetakan wilayah yang rawan kelompok radikal. Hal itu dilakukan setelah insiden bom bunuh diri yang terjadi di Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan pada Minggu (28/3). Pemetaan dilakukan sebagai langkah untuk mewaspadai deteksi setiap perkembangan dan gejala, yang terindikasi ke arah tindakan aksi teror.

TANGKAP: Aparat kepolisian menangkap sejumlah terduga teroris di tanah air, pasca bom Makassar hari Minggu lalu. Polisi tengah memetakan wilayah rawan kelompok radikal di tanah air.

“MEMETAKAN wilayah yang memiliki kerawanan kelompok atau pihak radikal yang pro kekerasan dan intoleransi,” ujar Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Mabes Polri Komisaris Besar Ahmad Ramadhan di kantornya, Jakarta Selatan pada Selasa, 30 Maret 2021.

Polri pun memberdayakan jaringan intelijen di setiap wilayah dalam pemetaan ini.

Selain itu, Polri juga berkoordinasi secara intens guna melakukan pengamanan dan penjagaan secara terbuka-tertutup. “Dan mengimbau melalui media. Kemudian meningkatkan koordinasi dengan TNI serta pengamanan dalam (pamdal) di instansi-instansi terkait. “Dan melakukan imbauan melalui media,” ujar Ramadhan.

Ramadhan mengatakan, instruksi ini diterbitkan oleh Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo melalui surat telegram secara internal. Kapolri meminta jajarannya untuk meningkatkan keamanan setelah insiden bom bunuh diri di Katedral Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu (28/3). Akibat peristiwa itu, dua pelaku bom bunuh diri tewas dan belasan orang luka-luka.

Setelah peristiwa tersebut, Polri pun menggiatkan operasi perburuan terduga teroris di seluruh Indonesia. Hasilnya, belasan orang pun diamankan dari berbagai lokasi di Indonesia termasuk dengan barang-barang bukti berupa bahan peledak.

Sedangkan Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri menangkap total tujuh tersangka terorisme hingga Selasa (30/3) siang. Mereka diduga berkaitan dengan pelaku bom bunuh diri Katedral, Makassar, Sulawesi Selatan.

Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabagpenum) Polri, Kombes Pol Ahmad Ramadhan, mengatakan para tersangka yang ditangkap merupakan kerabat ataupun rekanan pelaku dalam satu kelompok yang bermarkas di Villa Mutiara, Makassar. Mereka tergabung langsung dengan jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD).

“7 orang dalam proses penyidikan, kemudian meninggal 2 orang. Jadi total semua sementara 9,” kata Ramadhan kepada wartawan di Mabes Polri, Jakarta, Selasa (30/3).

Empat tersangka pertama ditangkap pascaledakan itu terjadi pada Minggu (28/3) siang. Keempatnya, masing-masing berinisial AS, SAS, MR dan AA.

Ramadhan mengungkapkan empat orang tersebut turut mengetahui rencana pasangan suami istri berinisial L dan YSF yang akan meledakkan dirinya di depan gereja. Keseluruhannya pernah melakukan baiat kepada Abu Bakar Al-Baghdadi di wilayah Villa Mutiara.

Selain itu, terdapat juga Markas Front Pembela Islam (FPI) yang merupakan organisasi terlarang dijadikan sebagai tempat melakukan baiat itu.

“Tersangka R alias R ikut melakukan survei ke lokasi amaliyah bersama L dan YSF. Artinya, sudah direncanakan titik dilakukannya aksi amaliyah bunuh diri tersebut,” ucapnya lagi.

Kemudian, tersangka SAS disebutkan Ramadhan turut memberikan motivasi kepada para pelaku untuk melakukan jihad dan mati syahid. Setelah para tersangka diinterogasi, polisi melakukan pengembangan dan menangkap tiga tersangka lain yang merupakan perempuan berinisial M, MM dan MAN.

Tersangka MM, kata dia, berperan sebagai pihak yang turut memberi motivasi kepada pelaku agar melakukan jihad. Kemudian, tersangka kedua berinisial M yang merupakan kakak ipar dari tersangka lain yang telah ditangkap sebelumnya. Dia turut tergabung dalam kelompok Villa Mutiara di Makassar.

Terakhir adalah MAN seorang perempuan, yang memiliki peran sebagai pihak yang menyaksikan langsung pengantin bom bunuh diri berangkat ke lokasi kejadian menggunakan motor.

“Terkait dengan tersangka teroris yang telah diamankan di Makassar mereka merupakan kelompok atau terafiliasi langsung dengan jaringan JAD,” ucap dia.

Mereka, kata dia, tergabung dalam bagian kelompok teroris yang ditangkap pada 6 Januari 2021 di Makassar.

Bomber Makassar Hamil 4 Bulan

Sementara itu, perempuan pelaku bom bunuh diri di Katedral Makassar, Sulawesi Selatan, YSF atau Dewi, diketahui tengah hamil empat bulan saat melakukan aksinya, Minggu (28/3). Kabar tersebut diketahui melalui informasi yang diberikan mertua pelaku.

Wahidah (51), sang ibu mertua mengatakan bahwa info Dewi tengah hamil 4 bulan diketahui dari besannya atau ibu kandung Dewi. “Iya (Dewi bomber wanita di Makassar) hamil empat bulan (saat beraksi),” ujar mertua Dewi, Wahidah (51), Selasa (30/3).

Dia sendiri mulanya tak mengetahui kehamilan sang menantu. Dia mengaku baru mengetahui menantunya sedang hamil setelah berbincang dengan ibu kandung Dewi. “Informasinya itu dari mamanya si perempuan, memang dia (Dewi) sudah cerita ke ibunya (bahwa dirinya sedang hamil 4 bulan),” kata Wahidah.

Kepala BNPT, Boy Rafli Amar sempat menanggapi kabar soal YSF alias Dewif tengah hamil. Dia menyebut informasi itu akan diselidiki lebih lanjut. “Saya belum mengetahui (secara pasti), nanti dilihat dari hasil pemeriksaan forensik,” jelas Boy di Makassar.

Dewi bersama suaminya, berinisial L diketahui baru menikah sekitar 7 bulan lalu. Ibu kandung Dewi, EM, menyebut dia sudah jarang bertemu putrinya setelah menikah dengan L.

“(Menikah) 7 bulan lalu. (Kegiatan) jualan online, saya tahu dia jualan online dan suaminya yang antar makanan,” ujar ibu kandung Dewi, EM, saat ditemui di Rumah Sakit Bhayangkara, Makassar, Senin (29/3).

Adapun L, pelaku bom bunuh diri di Makassar, menurut Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, sudah lama merencanakan aksi pengeboman ini. “Saudara L ini sempat meninggalkan surat wasiat kepada orangtuanya yang isinya mengatakan yang bersangkutan berpamitan dan siap untuk mati syahid,” jelasnya, Senin (29/3).

Pascakejadian, di jagat media sosial beredar sebuah foto surat yang diduga ditulis oleh L. Surat ditulis di secarik kertas menggunakan pulpen. Surat itu berisikan permohonan maaf L kepada ibu dan adiknya. Selain itu, L berpesan kepada ibunya agar jangan meninggalkan salat.

Dia juga meminta ibunya supaya tidak meminjam uang di bank karena hal itu adalah riba. L memberikan uang tabungannya sejumlah Rp 2.350.000 untuk membayar utang ibunya di bank. Dalam surat itu, dia menyampaikan bahwa jalan yang ditempuhnya, adalah cara untuk menyelamatkan keluarga.

“Istiqamah ki semua di jalan ini nah ummy, pitto (adik) dan keluarga ku yang saya cintai karena Allah, semoga Allah kumpul ki di surga dan semua sodarahnya dan keluargannya Bapak ku,” sebut L.

Di bagian akhir surat, L menuliskan nama lengkapnya disertai tanda tangan.

Menag: Kembalikan Agama ke Fungsi Semula

Terpisah, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas meminta kepada para pemuka agama menyampaikan kepada umatnya masing-masing untuk mengembalikan agama pada fungsinya. Hal itu disampaikan Yaqut saat mengunjungi Katedral Makassar yang pekan lalu jadi sasaran bom bunuh diri.

“Saya berharap para pemuka agama menyampaikan kepada umatnya, kepada jemaat untuk mengembalikan agama kepada fungsinya semula,” ujar dia, Selasa (30/3).

Ia menjelaskan fungsi agama di antaranya mengajarkan kebaikan, kedamaian, dan kasih sayang. Tidak ada satu agama pun yang mengajarkan kekerasan.

Kepada setiap pemuka agama yang hadir di Gereja Katedral Makassar itu, ia menyampaikan harapan agar ke depan selalu mengedukasi para jemaat, jamaah, dan umat lainnya agar menjalankan agama sesuai dengan ajarannya. “Karena tidak ada agama yang mengajarkan teror. Mudah-mudahan Indonesia ini menjadi makin tenang dan nyaman,” katanya.

Menurut dia, agama apa pun mengajarkan umatnya untuk menghindari aksi kekerasan, sebab akan menggerus nilai-nilai kemanusiaan dan merugikan banyak pihak.

Kekerasan itu, kata dia, hal yang rawan mengoyak tatanan kehidupan masyarakat yang sudah terbina dengan rukun dan baik.

Menag Yaqut juga mengajak semua pihak mengutamakan jalan damai dalam menghadapi persoalan, seperti dengan dialog, diskusi, dan silaturahim.

Jika cara dialog dilakukan, ia optimistis akan mampu memecahkan masalah yang dihadapi. “Selain itu tidak ada pihak yang merasa dirugikan atau menjadi korban dari kekerasan,” ujar dia.(kps/lp6/cnn/mag-01)

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Kepolisian RI tengah memetakan wilayah yang rawan kelompok radikal. Hal itu dilakukan setelah insiden bom bunuh diri yang terjadi di Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan pada Minggu (28/3). Pemetaan dilakukan sebagai langkah untuk mewaspadai deteksi setiap perkembangan dan gejala, yang terindikasi ke arah tindakan aksi teror.

TANGKAP: Aparat kepolisian menangkap sejumlah terduga teroris di tanah air, pasca bom Makassar hari Minggu lalu. Polisi tengah memetakan wilayah rawan kelompok radikal di tanah air.

“MEMETAKAN wilayah yang memiliki kerawanan kelompok atau pihak radikal yang pro kekerasan dan intoleransi,” ujar Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Mabes Polri Komisaris Besar Ahmad Ramadhan di kantornya, Jakarta Selatan pada Selasa, 30 Maret 2021.

Polri pun memberdayakan jaringan intelijen di setiap wilayah dalam pemetaan ini.

Selain itu, Polri juga berkoordinasi secara intens guna melakukan pengamanan dan penjagaan secara terbuka-tertutup. “Dan mengimbau melalui media. Kemudian meningkatkan koordinasi dengan TNI serta pengamanan dalam (pamdal) di instansi-instansi terkait. “Dan melakukan imbauan melalui media,” ujar Ramadhan.

Ramadhan mengatakan, instruksi ini diterbitkan oleh Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo melalui surat telegram secara internal. Kapolri meminta jajarannya untuk meningkatkan keamanan setelah insiden bom bunuh diri di Katedral Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu (28/3). Akibat peristiwa itu, dua pelaku bom bunuh diri tewas dan belasan orang luka-luka.

Setelah peristiwa tersebut, Polri pun menggiatkan operasi perburuan terduga teroris di seluruh Indonesia. Hasilnya, belasan orang pun diamankan dari berbagai lokasi di Indonesia termasuk dengan barang-barang bukti berupa bahan peledak.

Sedangkan Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri menangkap total tujuh tersangka terorisme hingga Selasa (30/3) siang. Mereka diduga berkaitan dengan pelaku bom bunuh diri Katedral, Makassar, Sulawesi Selatan.

Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabagpenum) Polri, Kombes Pol Ahmad Ramadhan, mengatakan para tersangka yang ditangkap merupakan kerabat ataupun rekanan pelaku dalam satu kelompok yang bermarkas di Villa Mutiara, Makassar. Mereka tergabung langsung dengan jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD).

“7 orang dalam proses penyidikan, kemudian meninggal 2 orang. Jadi total semua sementara 9,” kata Ramadhan kepada wartawan di Mabes Polri, Jakarta, Selasa (30/3).

Empat tersangka pertama ditangkap pascaledakan itu terjadi pada Minggu (28/3) siang. Keempatnya, masing-masing berinisial AS, SAS, MR dan AA.

Ramadhan mengungkapkan empat orang tersebut turut mengetahui rencana pasangan suami istri berinisial L dan YSF yang akan meledakkan dirinya di depan gereja. Keseluruhannya pernah melakukan baiat kepada Abu Bakar Al-Baghdadi di wilayah Villa Mutiara.

Selain itu, terdapat juga Markas Front Pembela Islam (FPI) yang merupakan organisasi terlarang dijadikan sebagai tempat melakukan baiat itu.

“Tersangka R alias R ikut melakukan survei ke lokasi amaliyah bersama L dan YSF. Artinya, sudah direncanakan titik dilakukannya aksi amaliyah bunuh diri tersebut,” ucapnya lagi.

Kemudian, tersangka SAS disebutkan Ramadhan turut memberikan motivasi kepada para pelaku untuk melakukan jihad dan mati syahid. Setelah para tersangka diinterogasi, polisi melakukan pengembangan dan menangkap tiga tersangka lain yang merupakan perempuan berinisial M, MM dan MAN.

Tersangka MM, kata dia, berperan sebagai pihak yang turut memberi motivasi kepada pelaku agar melakukan jihad. Kemudian, tersangka kedua berinisial M yang merupakan kakak ipar dari tersangka lain yang telah ditangkap sebelumnya. Dia turut tergabung dalam kelompok Villa Mutiara di Makassar.

Terakhir adalah MAN seorang perempuan, yang memiliki peran sebagai pihak yang menyaksikan langsung pengantin bom bunuh diri berangkat ke lokasi kejadian menggunakan motor.

“Terkait dengan tersangka teroris yang telah diamankan di Makassar mereka merupakan kelompok atau terafiliasi langsung dengan jaringan JAD,” ucap dia.

Mereka, kata dia, tergabung dalam bagian kelompok teroris yang ditangkap pada 6 Januari 2021 di Makassar.

Bomber Makassar Hamil 4 Bulan

Sementara itu, perempuan pelaku bom bunuh diri di Katedral Makassar, Sulawesi Selatan, YSF atau Dewi, diketahui tengah hamil empat bulan saat melakukan aksinya, Minggu (28/3). Kabar tersebut diketahui melalui informasi yang diberikan mertua pelaku.

Wahidah (51), sang ibu mertua mengatakan bahwa info Dewi tengah hamil 4 bulan diketahui dari besannya atau ibu kandung Dewi. “Iya (Dewi bomber wanita di Makassar) hamil empat bulan (saat beraksi),” ujar mertua Dewi, Wahidah (51), Selasa (30/3).

Dia sendiri mulanya tak mengetahui kehamilan sang menantu. Dia mengaku baru mengetahui menantunya sedang hamil setelah berbincang dengan ibu kandung Dewi. “Informasinya itu dari mamanya si perempuan, memang dia (Dewi) sudah cerita ke ibunya (bahwa dirinya sedang hamil 4 bulan),” kata Wahidah.

Kepala BNPT, Boy Rafli Amar sempat menanggapi kabar soal YSF alias Dewif tengah hamil. Dia menyebut informasi itu akan diselidiki lebih lanjut. “Saya belum mengetahui (secara pasti), nanti dilihat dari hasil pemeriksaan forensik,” jelas Boy di Makassar.

Dewi bersama suaminya, berinisial L diketahui baru menikah sekitar 7 bulan lalu. Ibu kandung Dewi, EM, menyebut dia sudah jarang bertemu putrinya setelah menikah dengan L.

“(Menikah) 7 bulan lalu. (Kegiatan) jualan online, saya tahu dia jualan online dan suaminya yang antar makanan,” ujar ibu kandung Dewi, EM, saat ditemui di Rumah Sakit Bhayangkara, Makassar, Senin (29/3).

Adapun L, pelaku bom bunuh diri di Makassar, menurut Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, sudah lama merencanakan aksi pengeboman ini. “Saudara L ini sempat meninggalkan surat wasiat kepada orangtuanya yang isinya mengatakan yang bersangkutan berpamitan dan siap untuk mati syahid,” jelasnya, Senin (29/3).

Pascakejadian, di jagat media sosial beredar sebuah foto surat yang diduga ditulis oleh L. Surat ditulis di secarik kertas menggunakan pulpen. Surat itu berisikan permohonan maaf L kepada ibu dan adiknya. Selain itu, L berpesan kepada ibunya agar jangan meninggalkan salat.

Dia juga meminta ibunya supaya tidak meminjam uang di bank karena hal itu adalah riba. L memberikan uang tabungannya sejumlah Rp 2.350.000 untuk membayar utang ibunya di bank. Dalam surat itu, dia menyampaikan bahwa jalan yang ditempuhnya, adalah cara untuk menyelamatkan keluarga.

“Istiqamah ki semua di jalan ini nah ummy, pitto (adik) dan keluarga ku yang saya cintai karena Allah, semoga Allah kumpul ki di surga dan semua sodarahnya dan keluargannya Bapak ku,” sebut L.

Di bagian akhir surat, L menuliskan nama lengkapnya disertai tanda tangan.

Menag: Kembalikan Agama ke Fungsi Semula

Terpisah, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas meminta kepada para pemuka agama menyampaikan kepada umatnya masing-masing untuk mengembalikan agama pada fungsinya. Hal itu disampaikan Yaqut saat mengunjungi Katedral Makassar yang pekan lalu jadi sasaran bom bunuh diri.

“Saya berharap para pemuka agama menyampaikan kepada umatnya, kepada jemaat untuk mengembalikan agama kepada fungsinya semula,” ujar dia, Selasa (30/3).

Ia menjelaskan fungsi agama di antaranya mengajarkan kebaikan, kedamaian, dan kasih sayang. Tidak ada satu agama pun yang mengajarkan kekerasan.

Kepada setiap pemuka agama yang hadir di Gereja Katedral Makassar itu, ia menyampaikan harapan agar ke depan selalu mengedukasi para jemaat, jamaah, dan umat lainnya agar menjalankan agama sesuai dengan ajarannya. “Karena tidak ada agama yang mengajarkan teror. Mudah-mudahan Indonesia ini menjadi makin tenang dan nyaman,” katanya.

Menurut dia, agama apa pun mengajarkan umatnya untuk menghindari aksi kekerasan, sebab akan menggerus nilai-nilai kemanusiaan dan merugikan banyak pihak.

Kekerasan itu, kata dia, hal yang rawan mengoyak tatanan kehidupan masyarakat yang sudah terbina dengan rukun dan baik.

Menag Yaqut juga mengajak semua pihak mengutamakan jalan damai dalam menghadapi persoalan, seperti dengan dialog, diskusi, dan silaturahim.

Jika cara dialog dilakukan, ia optimistis akan mampu memecahkan masalah yang dihadapi. “Selain itu tidak ada pihak yang merasa dirugikan atau menjadi korban dari kekerasan,” ujar dia.(kps/lp6/cnn/mag-01)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/