25.1 C
Medan
Tuesday, June 18, 2024

Dijejali Selang Oksigen, Bayi Kepala 2 Nangis Lalu Tidur

FOTO: AMINOER RASYID/SUMUT POS Bupati Langkat H.Ngogesa Sitepu memperhatikan seorang bayi berkepala dua di ruangan Rumah Sakit Umum Dr Pirngadi Medan Jalan Perintis Kemerdekaan Medan, Kamis (24/4). Bupati memberikan bantuan kepada keluarga bayi dan akhirnya bayi dipindahkan ke Rumah Sakit Adam Malik Medan.
FOTO: AMINOER RASYID/SUMUT POS
Bupati Langkat H.Ngogesa Sitepu memperhatikan seorang bayi berkepala dua di ruangan Rumah Sakit Umum Dr Pirngadi Medan Jalan Perintis Kemerdekaan Medan, Kamis (24/4). Bupati memberikan bantuan kepada keluarga bayi dan akhirnya bayi dipindahkan ke Rumah Sakit Adam Malik Medan.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Sebelum dirujuk, bayi yang belum diberi nama itu, sempat menangis sebentar namun akhirnya tidur pulas di ruang perinatologi lantai 4 Pirngadi. Bayi malang yang masih barusia dua hari itu tetap dijejali selang oksigen di masing-masing hidung kedua kepalanya. Selang infus pun masih tertancap di bagian kaki bayi. Terdapat pula popok bayi berwarna hijau sebagai alas tubuh bayi agar tak bersentuhan langsung dengan tempat tidur.

Selimut bayi berwarna biru dan putih pun menjadi penghangat dan menemani tidur sang bayi. Sesekali perawat tampak mengontrol suhu tubuh si bayi dengan alat khusus. Di kertas yang tergantung di bawah tempat tidur, terlihat bayi belum punya nama. Bagian nama bayi tertulis nama ibunya, Lasmini. Tertera pula keterangan lingkar kepala bayi 31-30 cm. Untuk berat bayi lahir (BBL) 2.850 gram (2,8 kg). Panjang bayi lahir (PBL) 40 cm. Sedangkan lingkar dada sepanjang, 33 cm. Ada juga nama dokter yang menanganinya yakni dr. Rasydah, SP.A.

Humas RSU Pirngadi Medan, Edison Peranginangin, usai rapat sekitar pukul 12.00 WIB akhirnya memberi keterangan. Diakuinya, ia baru selesai rapat membicarakan penanganan bayi berkepala dua tersebut bersama komite medis RSU Pirngadi, wakil direktur pelayanan medis, dokter spesialis bedah syaraf, dokter bedah anak dokter spesialis anak dan beberapa bagian lainnya. Bayi itu diputuskan dirujuk ke RSUP Adam Malik.

Perujukan ini dikarenakan ada sarana penunjang diagnostik yang tidak dimiliki RSUD Pirngadi. Tim rumah sakit harus memeriksa bagian organ dalam bayi seperti organ perut, jantung, paru-paru dan organ penting lainnya, apakah memiliki jumlah ganda atau tunggal.

Alat medis untuk melakukan pemeriksaan tersebutlah yang tidak dimiliki RSU Pirngadi. “Kita rujuk bayi tersebut ke Adam Malik karena kita ga ada alat pemeriksaan penunjang, di sini tidak lengkap. Jadi kalau pun harus ada pembedahan, kita kan harus tahu dulu apakah organ si dalamnya bagaimana. Apakah ada satu atau dua,” ungkap pria berkumis tersebut di ruang kerjanya.

Namun, Edison menjelaskan bahwa, secara gambaran umum, saat ini keadaan bayi tersebut dalam keadaan baik.

“Secara umum keadaan bayinya baik. Tapi dibilang baik ya ga baik juga, kan cacat,” ungkapnya. Sementara, Ponimin sendiri terlihat letih. Namun ia tetap melayani wartawan. Diakuinya, ia sempat syok, namun akhirnya mengikhlaskan atas anugerah yang diberikan Tuhan itu. Ayah dari Wariso (12) dan Putra Madio (7) ini mengaku istrinya belum mengetahui kondisi anak ketiga mereka. Dia juga masih bingung, bagaimana menyampaikan kabar itu ke istrinya. “Saya bilang sama dia kalau anak kita mau dibawa ke Pirngadi. Dia tanya kenapa gitu, apa gak sehat? Saya bilang anak kita butuh perawatan intensif, jadi harus dibawa ke Pirngadi. Tapi tenang aja saya bilang sama dia. Akhirnya, dia pun tenang,” ungkap laki-laki berkulit hitam itu.

Namun, sambungnya, cepat atau lambat istrinya harus tau. “Harus siap. Mau gak mau dia harus tahu keadaan anaknya,” sambungnya, janji segera mengabari istri bila kondisinya sudah puylih. Ponimin juga sempat bingung saat anak keduanya bertanya. Lagi-lagi, Ponimin harus memutar otak untuk memberikan jawaban tepat kepada anaknya tersebut. “Ya, dia kan lihat di sebelah-sebelah ada bayi yang di samping ibunya. Kok ibunya ga ada. Makanya dia tanya. Pak..mana adekku? Kok nggak ada? Saya bilang sama dia, adek gak boleh diganggu dulu. Nanti kalau udah bisa, pasti bapak kasih lihat. Begitu yang saya bilang sama dia,” ungkapnya.

Terpisah, sekitar pukul 15.00, bayi itu akhirnya tiba di RSUP H. Adam Malik Medan. Bayi langsung dibawa ke ruang perawatan bayi dan dimasukkan ke inkubator. Humas RSUP H. Adam Malik Medan, Sairi Saragih mengaku kondisi bayi baik. Namun mereka menanti kedatangan tim medis Kementrian Kesehatan RI dari Jakarta, yang bakal melakukan perawatan lanjut ke bayi itu. “Benar bayi tersebut sudah sampai. Dibawa ke IGD. Tapi untuk saat ini saya belum bisa memberikan informasi mengenai medisnya karena saya harus menunggu hasil pemeriksaan dokter,” ujarnya.

Sementara, Poniman terlihat menunggu di luar ruangan bersama kerabatnya. “Kami di sini selain menjagai bayi anak pak Ponimin, kami juga menanti kepastian dari tim khusus dinas kesehatan yang katanya mau datang meninjau kemari,” ungkap Barus, kerabat ayah bayi malang itu. Diakui juga, banyak kerabat yang menolak bila harus mengoperasi salah satu kepala bayi itu karena akan membunuh salah satu bayi. “Kami belum berani kasih keputusan, ini semua hasil dari perembukan sama keluarga dan dokter nantinya,” beber keluarga lainnya.

 

DIUPAYAKAN SELAMAT

Meski selama ini bayi berkepala dua jarang bertahan hidup, tapi Direktur Rumah Sakit Adam Malik, Medan Lukmanul Hakim mengaku akan berusaha menyelamatkan nyawa bayi asal Desa Telaga Said, Sei Lepan, Pangkalan Brandan itu. “Meski peluang hidupnya sangat kecil, tapi kami akan berusaha menyelamatkan bayi itu,” ucapnya saat dihubungu kru koran ini, Kamis (24/4) malam. Sejauh ini, langkah yang harus mereka lakukan adalah memeriksa organ-organ tubuh si bayi. “Kalaupun nanti dioperasi, kita harus lihat dulu bagian dalamnya, normal atau tidak,” sambungnya.

“Makanya kita lihat dulu, bagus tidak dalamnya. Misalnya jantungnya cuma satu berarti kan kondisinya tidak normal jadi tidak bisa dioperasi, tapi jika normal semuanya baru bisa kita lakukan operasi,” jelasnya. Dan untuk melakukan operasi kepada bayi berkepala dua itu juga harus memakan waktu yang cukup lama. “Begitu kondisi normal saja, bukan segampang itu mengoperasinya. Kita harus memberikan nutrisi yang lengkap, jika kesehatannya memungkinan baru kita operasi,” beber mantan Direktur Pelayanan Medis itu.

Sebaliknya, jika kondisi bayi tersebut tidak normal maka pihak rumah sakit tidak akan berani melakukan operasi. “Jika tidak normal kita tidak berani melakukan operasi, ibarat macam buah dia, kalau buahnya belum matang mana berani kita petiknya. Begitu juga dengan bayi ini, kalau kondisinya tidak normal kita tidak akan mengoperasinya,” tandasnya.(win/mri/deo)

FOTO: AMINOER RASYID/SUMUT POS Bupati Langkat H.Ngogesa Sitepu memperhatikan seorang bayi berkepala dua di ruangan Rumah Sakit Umum Dr Pirngadi Medan Jalan Perintis Kemerdekaan Medan, Kamis (24/4). Bupati memberikan bantuan kepada keluarga bayi dan akhirnya bayi dipindahkan ke Rumah Sakit Adam Malik Medan.
FOTO: AMINOER RASYID/SUMUT POS
Bupati Langkat H.Ngogesa Sitepu memperhatikan seorang bayi berkepala dua di ruangan Rumah Sakit Umum Dr Pirngadi Medan Jalan Perintis Kemerdekaan Medan, Kamis (24/4). Bupati memberikan bantuan kepada keluarga bayi dan akhirnya bayi dipindahkan ke Rumah Sakit Adam Malik Medan.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Sebelum dirujuk, bayi yang belum diberi nama itu, sempat menangis sebentar namun akhirnya tidur pulas di ruang perinatologi lantai 4 Pirngadi. Bayi malang yang masih barusia dua hari itu tetap dijejali selang oksigen di masing-masing hidung kedua kepalanya. Selang infus pun masih tertancap di bagian kaki bayi. Terdapat pula popok bayi berwarna hijau sebagai alas tubuh bayi agar tak bersentuhan langsung dengan tempat tidur.

Selimut bayi berwarna biru dan putih pun menjadi penghangat dan menemani tidur sang bayi. Sesekali perawat tampak mengontrol suhu tubuh si bayi dengan alat khusus. Di kertas yang tergantung di bawah tempat tidur, terlihat bayi belum punya nama. Bagian nama bayi tertulis nama ibunya, Lasmini. Tertera pula keterangan lingkar kepala bayi 31-30 cm. Untuk berat bayi lahir (BBL) 2.850 gram (2,8 kg). Panjang bayi lahir (PBL) 40 cm. Sedangkan lingkar dada sepanjang, 33 cm. Ada juga nama dokter yang menanganinya yakni dr. Rasydah, SP.A.

Humas RSU Pirngadi Medan, Edison Peranginangin, usai rapat sekitar pukul 12.00 WIB akhirnya memberi keterangan. Diakuinya, ia baru selesai rapat membicarakan penanganan bayi berkepala dua tersebut bersama komite medis RSU Pirngadi, wakil direktur pelayanan medis, dokter spesialis bedah syaraf, dokter bedah anak dokter spesialis anak dan beberapa bagian lainnya. Bayi itu diputuskan dirujuk ke RSUP Adam Malik.

Perujukan ini dikarenakan ada sarana penunjang diagnostik yang tidak dimiliki RSUD Pirngadi. Tim rumah sakit harus memeriksa bagian organ dalam bayi seperti organ perut, jantung, paru-paru dan organ penting lainnya, apakah memiliki jumlah ganda atau tunggal.

Alat medis untuk melakukan pemeriksaan tersebutlah yang tidak dimiliki RSU Pirngadi. “Kita rujuk bayi tersebut ke Adam Malik karena kita ga ada alat pemeriksaan penunjang, di sini tidak lengkap. Jadi kalau pun harus ada pembedahan, kita kan harus tahu dulu apakah organ si dalamnya bagaimana. Apakah ada satu atau dua,” ungkap pria berkumis tersebut di ruang kerjanya.

Namun, Edison menjelaskan bahwa, secara gambaran umum, saat ini keadaan bayi tersebut dalam keadaan baik.

“Secara umum keadaan bayinya baik. Tapi dibilang baik ya ga baik juga, kan cacat,” ungkapnya. Sementara, Ponimin sendiri terlihat letih. Namun ia tetap melayani wartawan. Diakuinya, ia sempat syok, namun akhirnya mengikhlaskan atas anugerah yang diberikan Tuhan itu. Ayah dari Wariso (12) dan Putra Madio (7) ini mengaku istrinya belum mengetahui kondisi anak ketiga mereka. Dia juga masih bingung, bagaimana menyampaikan kabar itu ke istrinya. “Saya bilang sama dia kalau anak kita mau dibawa ke Pirngadi. Dia tanya kenapa gitu, apa gak sehat? Saya bilang anak kita butuh perawatan intensif, jadi harus dibawa ke Pirngadi. Tapi tenang aja saya bilang sama dia. Akhirnya, dia pun tenang,” ungkap laki-laki berkulit hitam itu.

Namun, sambungnya, cepat atau lambat istrinya harus tau. “Harus siap. Mau gak mau dia harus tahu keadaan anaknya,” sambungnya, janji segera mengabari istri bila kondisinya sudah puylih. Ponimin juga sempat bingung saat anak keduanya bertanya. Lagi-lagi, Ponimin harus memutar otak untuk memberikan jawaban tepat kepada anaknya tersebut. “Ya, dia kan lihat di sebelah-sebelah ada bayi yang di samping ibunya. Kok ibunya ga ada. Makanya dia tanya. Pak..mana adekku? Kok nggak ada? Saya bilang sama dia, adek gak boleh diganggu dulu. Nanti kalau udah bisa, pasti bapak kasih lihat. Begitu yang saya bilang sama dia,” ungkapnya.

Terpisah, sekitar pukul 15.00, bayi itu akhirnya tiba di RSUP H. Adam Malik Medan. Bayi langsung dibawa ke ruang perawatan bayi dan dimasukkan ke inkubator. Humas RSUP H. Adam Malik Medan, Sairi Saragih mengaku kondisi bayi baik. Namun mereka menanti kedatangan tim medis Kementrian Kesehatan RI dari Jakarta, yang bakal melakukan perawatan lanjut ke bayi itu. “Benar bayi tersebut sudah sampai. Dibawa ke IGD. Tapi untuk saat ini saya belum bisa memberikan informasi mengenai medisnya karena saya harus menunggu hasil pemeriksaan dokter,” ujarnya.

Sementara, Poniman terlihat menunggu di luar ruangan bersama kerabatnya. “Kami di sini selain menjagai bayi anak pak Ponimin, kami juga menanti kepastian dari tim khusus dinas kesehatan yang katanya mau datang meninjau kemari,” ungkap Barus, kerabat ayah bayi malang itu. Diakui juga, banyak kerabat yang menolak bila harus mengoperasi salah satu kepala bayi itu karena akan membunuh salah satu bayi. “Kami belum berani kasih keputusan, ini semua hasil dari perembukan sama keluarga dan dokter nantinya,” beber keluarga lainnya.

 

DIUPAYAKAN SELAMAT

Meski selama ini bayi berkepala dua jarang bertahan hidup, tapi Direktur Rumah Sakit Adam Malik, Medan Lukmanul Hakim mengaku akan berusaha menyelamatkan nyawa bayi asal Desa Telaga Said, Sei Lepan, Pangkalan Brandan itu. “Meski peluang hidupnya sangat kecil, tapi kami akan berusaha menyelamatkan bayi itu,” ucapnya saat dihubungu kru koran ini, Kamis (24/4) malam. Sejauh ini, langkah yang harus mereka lakukan adalah memeriksa organ-organ tubuh si bayi. “Kalaupun nanti dioperasi, kita harus lihat dulu bagian dalamnya, normal atau tidak,” sambungnya.

“Makanya kita lihat dulu, bagus tidak dalamnya. Misalnya jantungnya cuma satu berarti kan kondisinya tidak normal jadi tidak bisa dioperasi, tapi jika normal semuanya baru bisa kita lakukan operasi,” jelasnya. Dan untuk melakukan operasi kepada bayi berkepala dua itu juga harus memakan waktu yang cukup lama. “Begitu kondisi normal saja, bukan segampang itu mengoperasinya. Kita harus memberikan nutrisi yang lengkap, jika kesehatannya memungkinan baru kita operasi,” beber mantan Direktur Pelayanan Medis itu.

Sebaliknya, jika kondisi bayi tersebut tidak normal maka pihak rumah sakit tidak akan berani melakukan operasi. “Jika tidak normal kita tidak berani melakukan operasi, ibarat macam buah dia, kalau buahnya belum matang mana berani kita petiknya. Begitu juga dengan bayi ini, kalau kondisinya tidak normal kita tidak akan mengoperasinya,” tandasnya.(win/mri/deo)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/