30 C
Medan
Monday, June 24, 2024

Desa BRILian Kelapa Terdampak Pandemi, Pelaku UMKM Berjuang Pulihkan Penghasilan

ASAHAN, SUMUTPOS.CO – Ketidakpastian jenis risiko dominan terjadi pada aktivitas supply chain pelaku usaha termasuk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Supply chain dapat diartikan jaringan antara pelaku usaha dan pemasoknya untuk memproduksi dan mendistribusikan produk tertentu kepada pembeli akhir.

Seperti halnya usaha yang ada di Desa Lubuk Palas Kecamatan Silau Laut Kabupaten Asahan. Usahanya memproduksi kelapa bulat (sering dimanfaatkan masyarakat untuk mengambil santan) diolahnya untuk mengambil daging buah, kemudian dijualnya kepada pabrik yang ada di Kota Tanjungbalai, Provinsi Sumatera Utara.

Usaha yang dimiliki Johan Silitonga (37) menjual produk daging kelapa yang putih saja. “Sudah dibersihkan dari kulit ari yang bewarna coklat kehitaman dan dibuang air kelapanya,” ujarnya kepada awak media (25/5)

Dua bulan terakhir, ia mengambil kelapa dari langganannya ke Kota Padang. Dua kali pengambilan diangkut menggunakan truknya bermodal 50 Juta. Proses produksi berjalan, ia mengaku mengalami kerugian 7 Juta.

“Sudah dipotong biaya upah 60 orang anggota saya bang. Mereka saya bayar per hari,” jelas pria bemarga Silitonga ini.

Sebanyak 60 orang pekerja termasuk pekerja yang tugasnya memisahkan sabut kelapa dari tempurung, lalu memisahkan daging kelapa dari tempurungnya, kemudian membersihkan kulit ari dan mencuci daging kelapa.

Desa BRILian kelapa terdampak pandemi

Dikatakan Desa BRILian jika transaksi yang dilakukan sekumpulan pelaku usaha menggunakan jasa perbankan yang sama.

Hal tersebut dijelaskan oleh Mantri BRI Unit Air Joman, Ebenezer kepada awak media.

Pelaku usaha tidak hanya satu bidang atau kami kenal dengan sebutan klaster, namun beberapa klaster juga bisa. Jika UMKM suatu desa menggunakan jasa perbankan yang sama maka sebutan inilah yang dikenal Desa BRILian.

Kemudian obrolan berlanjut ke pemilik usaha kelapa, Silitonga bercerita bahwa putaran usahanya terkendala. Saat ini harga kelapa putih 6.200/Kg sedangkan pada harga normal harganya berkisar 6.500/Kg.

Dirasa merugi, ia sepakat bersama istrinya untuk memilih menunda kegiatan bisnis sampai harga sudah mendekati harga normal. “Kalau hitungan omsetnya balik modal, kami jalankan ini bang. Karena banyak juga karyawan yang harus diperhatikan penghasilannya,” jelasnya.

Ia mengaku bahwa bisnis yang sudah ditekuninya selama 6 tahun memasuki masa-masa paling sulit. Dari masa pandemi sampai sekarang, hari ini dirasa paling anjlok. Harga pembelian tak sesuai dengan harga penjualan. “Informasi yang saya dengar bahwa pengepul kelapa di Kota Padang banyak menjualnya ke pengusaha asal Kota Pekan Baru. Jika harga pabrik penjualan kami sesuai, kami berani menawar tinggi harga kelapa bang,” ujar ayah 1 anak ini.

Pada putaran normal, selama ini ia meraup omzet 50 – 80 Juta/bulan. Omzet sebesar itu ia hitung jika pengelolaan kelapa 250 ton. Ketika itu truk yang dimilikinya pun sering pulang pergi lintas Asahan – Kota Padang untuk menjemput kelapa.

Kini, Limit pinjaman yang berasal dari Bank Rakyat Indonesia (BRI) Unit Air Joman Kantor Cabang Kisaran sebesar 375 Juta cukup membantu usaha yang dijalankan Silitonga. Pinjaman berjenis Kupedes Piloting diterimanya pada Bulan Januari 2023 dipergunakan dengan tujuan mengembangkan usaha dan membeli tanah bersebelahan dengan lokasi usahanya.

Permodalan dari Bank dirasa cukup membantu. Hal ini akan dimaksimalkannya untuk bangkit dari situasi sulit seperti sekarang ini. Ia berharap usahanya dapat kembali berjalan normal dan harga penjualan naik ke angka 6.500/Kg .

Selama ini, ia bersama istrinya sudah berupaya menjajaki informasi dari media sosial. Komunitas usaha dan informasi sudah sering ia gali. Hasilnya, ia menjajaki peluang pengambilan kelapa dari Provinsi Aceh.

Ia juga memiliki BRImo yang digunakan untuk transfer pembelian ke pengepul kelapa dan mengecek pembayaran dari pabrik.

Hasilkan Arang dan Jual Kulit Ari Kelapa

Selain menghasilkan daging kelapa, ia memperoleh penghasilan tambahan dari pengolahan tempurung kelapa menjadi arang. Proses pembakaran terletak di belakang lahan yang sama berukuran 20 x 80 m.

Silitonga bekerja sama dengan agen arang yang tinggal di dekat rumahnya. Saat ini harga arang 4.800/Kg. Untuk harga normalnya 5.500/Kg.

Ia sembari menunjukkan tempat pembakaran dan mengajak kami ke gudang arang tepat di belakang tempat tinggalnya. Terlihat puluhan karung yang berisi arang tersusun di gudang.

Selain arang, ia juga menjual kulit ari kelapa. Kulit dari daging buah berwarna cokelat ini ia jual dengan harga 2.700 /Kg.

Silitonga bercerita tidak akan berpangku tangan dengan kondisi usahanya saat ini. Ia sudah berkomunikasi dengan agen kelapa asal Aceh dan berencana akan berangkat dalam pekan ini. (dat/tri)

ASAHAN, SUMUTPOS.CO – Ketidakpastian jenis risiko dominan terjadi pada aktivitas supply chain pelaku usaha termasuk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Supply chain dapat diartikan jaringan antara pelaku usaha dan pemasoknya untuk memproduksi dan mendistribusikan produk tertentu kepada pembeli akhir.

Seperti halnya usaha yang ada di Desa Lubuk Palas Kecamatan Silau Laut Kabupaten Asahan. Usahanya memproduksi kelapa bulat (sering dimanfaatkan masyarakat untuk mengambil santan) diolahnya untuk mengambil daging buah, kemudian dijualnya kepada pabrik yang ada di Kota Tanjungbalai, Provinsi Sumatera Utara.

Usaha yang dimiliki Johan Silitonga (37) menjual produk daging kelapa yang putih saja. “Sudah dibersihkan dari kulit ari yang bewarna coklat kehitaman dan dibuang air kelapanya,” ujarnya kepada awak media (25/5)

Dua bulan terakhir, ia mengambil kelapa dari langganannya ke Kota Padang. Dua kali pengambilan diangkut menggunakan truknya bermodal 50 Juta. Proses produksi berjalan, ia mengaku mengalami kerugian 7 Juta.

“Sudah dipotong biaya upah 60 orang anggota saya bang. Mereka saya bayar per hari,” jelas pria bemarga Silitonga ini.

Sebanyak 60 orang pekerja termasuk pekerja yang tugasnya memisahkan sabut kelapa dari tempurung, lalu memisahkan daging kelapa dari tempurungnya, kemudian membersihkan kulit ari dan mencuci daging kelapa.

Desa BRILian kelapa terdampak pandemi

Dikatakan Desa BRILian jika transaksi yang dilakukan sekumpulan pelaku usaha menggunakan jasa perbankan yang sama.

Hal tersebut dijelaskan oleh Mantri BRI Unit Air Joman, Ebenezer kepada awak media.

Pelaku usaha tidak hanya satu bidang atau kami kenal dengan sebutan klaster, namun beberapa klaster juga bisa. Jika UMKM suatu desa menggunakan jasa perbankan yang sama maka sebutan inilah yang dikenal Desa BRILian.

Kemudian obrolan berlanjut ke pemilik usaha kelapa, Silitonga bercerita bahwa putaran usahanya terkendala. Saat ini harga kelapa putih 6.200/Kg sedangkan pada harga normal harganya berkisar 6.500/Kg.

Dirasa merugi, ia sepakat bersama istrinya untuk memilih menunda kegiatan bisnis sampai harga sudah mendekati harga normal. “Kalau hitungan omsetnya balik modal, kami jalankan ini bang. Karena banyak juga karyawan yang harus diperhatikan penghasilannya,” jelasnya.

Ia mengaku bahwa bisnis yang sudah ditekuninya selama 6 tahun memasuki masa-masa paling sulit. Dari masa pandemi sampai sekarang, hari ini dirasa paling anjlok. Harga pembelian tak sesuai dengan harga penjualan. “Informasi yang saya dengar bahwa pengepul kelapa di Kota Padang banyak menjualnya ke pengusaha asal Kota Pekan Baru. Jika harga pabrik penjualan kami sesuai, kami berani menawar tinggi harga kelapa bang,” ujar ayah 1 anak ini.

Pada putaran normal, selama ini ia meraup omzet 50 – 80 Juta/bulan. Omzet sebesar itu ia hitung jika pengelolaan kelapa 250 ton. Ketika itu truk yang dimilikinya pun sering pulang pergi lintas Asahan – Kota Padang untuk menjemput kelapa.

Kini, Limit pinjaman yang berasal dari Bank Rakyat Indonesia (BRI) Unit Air Joman Kantor Cabang Kisaran sebesar 375 Juta cukup membantu usaha yang dijalankan Silitonga. Pinjaman berjenis Kupedes Piloting diterimanya pada Bulan Januari 2023 dipergunakan dengan tujuan mengembangkan usaha dan membeli tanah bersebelahan dengan lokasi usahanya.

Permodalan dari Bank dirasa cukup membantu. Hal ini akan dimaksimalkannya untuk bangkit dari situasi sulit seperti sekarang ini. Ia berharap usahanya dapat kembali berjalan normal dan harga penjualan naik ke angka 6.500/Kg .

Selama ini, ia bersama istrinya sudah berupaya menjajaki informasi dari media sosial. Komunitas usaha dan informasi sudah sering ia gali. Hasilnya, ia menjajaki peluang pengambilan kelapa dari Provinsi Aceh.

Ia juga memiliki BRImo yang digunakan untuk transfer pembelian ke pengepul kelapa dan mengecek pembayaran dari pabrik.

Hasilkan Arang dan Jual Kulit Ari Kelapa

Selain menghasilkan daging kelapa, ia memperoleh penghasilan tambahan dari pengolahan tempurung kelapa menjadi arang. Proses pembakaran terletak di belakang lahan yang sama berukuran 20 x 80 m.

Silitonga bekerja sama dengan agen arang yang tinggal di dekat rumahnya. Saat ini harga arang 4.800/Kg. Untuk harga normalnya 5.500/Kg.

Ia sembari menunjukkan tempat pembakaran dan mengajak kami ke gudang arang tepat di belakang tempat tinggalnya. Terlihat puluhan karung yang berisi arang tersusun di gudang.

Selain arang, ia juga menjual kulit ari kelapa. Kulit dari daging buah berwarna cokelat ini ia jual dengan harga 2.700 /Kg.

Silitonga bercerita tidak akan berpangku tangan dengan kondisi usahanya saat ini. Ia sudah berkomunikasi dengan agen kelapa asal Aceh dan berencana akan berangkat dalam pekan ini. (dat/tri)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/