26.7 C
Medan
Saturday, May 18, 2024

Pembekalan Mahasiswa Peserta OlympiAR (3/Habis)

Pascatambang: Reklamasi Dicicil sejak Tambang Beroperasi

Jika tidak ada temuan cadangan mineral baru, PT Agincourt Resources –pengelola Tambang Emas Martabe- di Batangtoru, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, mungkin akan tutup 6 tahun lagi (16 tahun). Prediksi umur ini lebih panjang dari perkiraan awal yang hanya 8 tahun (sejak beroperasi tahun 2012) dengan ditemukannya cadangan yang tersebar di beberapa area prospek. Lantas, bagaimana rencana menutup sebuah tambang?

“Segala yang dibuka, harus ditutup,” kata Mahmud Subagya, Environment Manager PTAR berselorohn

saat menjadi narasumber dalam talkshow OlympiAR yang digelar PT Agincourt Resources secara online, Sabtu (21/1/2023).

Umur tambang, kata Mahmud, rata-rata 5-10 tahun. Tapi bisa juga mencapai 5-40 tahun. Tergantung temuan cadangan di area prospek. Nah, setelah bertahun-tahun mengeruk sumber daya bumi, tentu perusahaan tidak boleh meninggalkan areal tambang dalam kondisi rusak.

“Sesuai konsep kegiatan tambang berkelanjutan, maka perusahaan bertanggung jawab mengembalikan bentang alam ke fungsi awal. Pengembalikan fungsi ini direncanakan dan disiapkan sejak awal,” kata Mahmud.

Mendukung pernyataan Puji Dr Puji Rianti, pembicara tamu dari Departemen Biologi FMIPA IPD, di awal talkshow OlympiAr, yang menyebutkan jika areal tambang tidak bisa dikembalikan 100 persen ke fungsi awal, maka minimal 70 persen, Mahmud mengatakan PT AR komit mengikuti peraturan pemerintah untuk menyiapkan reklamasi sejak perencanaan tambang.

Reklamasi, jelas Mahmud, adalah kegiatan yang dilakukan sepanjang tahapan usaha pertambangan untuk memulihkan dan memperbaiki kualitas lingkungan dan ekosistem agar dapat berfungsi kembali sesuai peruntukan.

Reklamasi ini dilakukan secara terencana, sistematis, dan berlanjut, setelah akhir sebagian atau seluruh kegiatan usaha pertambangan untuk memulihkan fungsi lingkungan alam dan social, menurut kondisi lokal di seluruh wilayah pertambangan.

“Jadi jangan takut. Reklamasi ini dijamin pemerintah. Ada biaya jaminan yang wajib disetor perusahaan ke pemerintah untuk disimpan. Jumlahnya disesuaikan dengan benefit perusahaan dan itu menjadi cost. Dana ini bisa dicairkan jika program reklamasi telah terpantau berjalan sesuai rencana,” katanya.

PTAR misalnya, mencicil reklamasi secara bertahap. Setiap kali ada kegiatan tambang yang selesai di suatu lokasi, divisi environment langsung melakukan aksi reklamasi. “Saat ini dari 560 hektare bukaan lahan tambang PTAR, seluas 40 hektare telah direklamasi. Bahkan tutupan tajuknya terlihat sangat bagus,” kata Mahmud.

Setiap kali membuka lahan, PTAR juga menyimpan dan menjaga top soil dengan hati-hati. Top soil ini nantinya akan dipakai kembali di atas lahan reklamasi, untuk menanam pepohonan. “Top soil ini sangat berharga. Maka dia diperlakukan dengan hati-hati. Penanaman pohon kan bukan peristiwa sim salambim. Dibutuhkan 6-7 tahun agar reklamasi berhasil 100 persen,” katanya.

PTAR melalui Divisi Environment secara berkala melakukan penanaman tanaman tertentu untuk mencegah erosi dan sedimentasi di atas bukaan lahan. Selanjutnya menanam tanaman fast growing, barulah menanam tanaman-tanaman lokal. Proses ini berlanjut hingga tambang ditutup, dan seluruh lahan direklamasi untuk diserahterimakan ke pemerintah.

Berbagai teknik pendukung reklamasi lahan yang dilakukan PTAR, lanjut Mahmud, antara lain sistem pengairan yang baik, kolam sedimen, rip-rap, cek dam, guludan, gabion, terasering, drop structur, saluran air permukaan, dan sebagainya.

Seluruh rencana reklamasi 5 tahunan senantiasa dilaporkan ke pemerintah. Dan pemerintah akan memantau pelaksanaan rencana itu.

Selain memelihara flora dan fauna, PTAR juga merancang pengelolaan batuan penutup. Untuk aktivitas ini, PTAR memilih metode berdasarkan data bebatuan, yang akan menentukan cara penempatannya.

“Misalnya, pencegahan air asam tambang. Batuan mengandung sulfide jangan sampai bereaksi dengan air dan udara. Untuk itu, batu disegel dengan menempatkannya di tengah-tengah lapisan tanah agar tidak membentuk air asam tambang. Metode ini mudah dikontrol dan diawasi,” katanya.

Pengelolaan batuan penutup ini juga sudah dicicil secara bertahap sesuai proses aktivitas tambang. Dengan demikian, cost operasional tambang terbagi selama proses, sehingga beban cost kegiatan pascatambang nantinya tidak menumpuk di akhir tambang.

“Biasanya kan di akhir tambang, produksi mineral juga semakin menurun. Artinya, pendapatan perusahaan menurun. Akan berat kalau seluruh beban reklamasi ditumpuk di akhir,” katanya.

“Komitmen PT Agincourt Resources dalam melakukan seluruh perencanaan dan mencicil proses reklamasi, menjadi bukti bahwa PTAR adalah perusahaan yang bertanggung jawab, ramah lingkungan, dan berkelanjutan,” tutup Mahmud.

OlympiAR Diikuti 59 Tim

Seluruh materi pembicara dalam talkshow yang digelar PTAR ini, dimaksudkan sebagai pembekalan bagi seluruh mahasiswa peserta Olympiade Agincourt Resources (OlympiAR) 2022 yang menyasar mahasiswa jurusan tambang,  geologi, dan teknik di Indonesia. Total ada 59 tim (setiap tim 3 orang) dari 23 universitas di Indonesia sudah mendaftar untuk mengikuti kompetisi olimpiade yang materinya fokus pada rencana tambang, proses tambang, dan pasca-tambang dengan tema “Mineral Discovery, Unearthing Sustainable Future.”

Manager Operasional PTAR, Rahmat Lubis, dalam sambutannya di awal talkshow mengatakan, pendidikan menjadi salahsatu elemen penting program Corporate Social Responsibility (CSR) PTAR. “Talkshow ini menjadi pembekalan bagi mahasiswa peserta OlympiAR untuk memperluas wawasan. Dengan OlympiAR, mahasiswa diharapkan mendapat pembelajaran yang sangat baik, sebagai referensi awal membangun kesiapan berkarir di dunia pertambangan,” katanya.

Adapun hadiah OlympiAR ini menarik. Tim pemenang I berpotensi meraih uang Rp50 juta, tim pemenang II menyabet Rp30 juta, dan tim pemenang III bakal memperoleh Rp20 juta. “Tim pemenang I OlympiAR juga berkesempatan mengikuti program internship di Tambang Emas Martabe,” kata Rahmat.

Menggandeng Masyarakat Geologi Ekonomi Indonesia (MGEI), OlympiAR resmi dibuka di Institut Teknologi Bandung (ITB) di Kota Bandung, Jawa Barat, pada 17 Desember 2022. Sebelumnya, roadshow pertama digelar di Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, 3 Desember 2022.

Wakil Presiden Direktur PT Agincourt Resources, Ruli Tanio, sebelumnya mengatakan OlympiAR bertujuan mencetak generasi muda berprestasi yang berkontribusi dalam penerapan konsep pertambangan berkelanjutan untuk membangun negeri.

Ruli menjelaskan sejak kegiatan operasi tambang dimulai hingga kini, tujuan utama pengelolaan lingkungan di Tambang Emas Martabe tetap tidak berubah. Tujuan ini mencakup kegiatan rehabilitasi, pengelolaan tailings dan batuan sisa secara aman, pengelolaan air sisa proses secara aman, pengelolaan dan pengurangan emisi gas rumah kaca, perlindungan keanekaragaman hayati, dan penutupan pasca-tambang secara aman dan stabil.

Senior Manager Corporate Communications PT Agincourt Resources, Katarina Siburian Hardono, mengatakan OlympiAR menjadi ajang unjuk kemampuan antarmahasiswa, setelah pembekalan akademis dan rentetan diskusi praktis melalui ajang E-Coaching Jam (ECJ) sejak 2014.

“Selain menyebarkan semangat pertambangan berkelanjutan Tambang Emas Martabe, OlympiAR bertujuan membantu mahasiswa mengembangkan kompetensi, kesiapan dan kepercayaan diri untuk masuk ke angkatan kerja dan meniti karir di industri pertambangan,” ujar Katarina.

OlympiAR akan digelar selama 3 bulan ke depan dengan jadwal pendaftaran pada Desember 2022, dilanjutkan dengan Workshop dan Babak pertama penyisihan pada Januari 2023, Babak II Penyisihan pada Februari 2023, diakhiri dengan tahap akhir dan pengumunan pemenang pada Maret 2023.

Adapun daftar Universitas yang tim-nya sudah mendaftar: Institut Teknologi Bandung, Politeknik Energi dan Pertambangan Bandung, Institut Teknologi Nasional Yogyakarta, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Politeknik Negeri Malang, Universitas Brawijaya, Universitas Diponegoro, Universitas Gadjah Mada, Universitas Indonesia, Universitas Jenderal Soedirman, Universitas Pertamina, Universitas Trisakti, UPN Veteran Yogyakarta, Universitas Muhammadiyah Mataram, Universitas Hasanuddin-Sulawesi, Universitas Muslim Indonesia- Sulawesi, Universitas Sumatra Utara, Institut Teknologi Sumatra, Universitas Bangka Belitung, Universitas Jambi, Universitas Sriwijaya, Universitas Syiah Kuala, dan Universitas Papua. (mea/Habis)

Jika tidak ada temuan cadangan mineral baru, PT Agincourt Resources –pengelola Tambang Emas Martabe- di Batangtoru, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, mungkin akan tutup 6 tahun lagi (16 tahun). Prediksi umur ini lebih panjang dari perkiraan awal yang hanya 8 tahun (sejak beroperasi tahun 2012) dengan ditemukannya cadangan yang tersebar di beberapa area prospek. Lantas, bagaimana rencana menutup sebuah tambang?

“Segala yang dibuka, harus ditutup,” kata Mahmud Subagya, Environment Manager PTAR berselorohn

saat menjadi narasumber dalam talkshow OlympiAR yang digelar PT Agincourt Resources secara online, Sabtu (21/1/2023).

Umur tambang, kata Mahmud, rata-rata 5-10 tahun. Tapi bisa juga mencapai 5-40 tahun. Tergantung temuan cadangan di area prospek. Nah, setelah bertahun-tahun mengeruk sumber daya bumi, tentu perusahaan tidak boleh meninggalkan areal tambang dalam kondisi rusak.

“Sesuai konsep kegiatan tambang berkelanjutan, maka perusahaan bertanggung jawab mengembalikan bentang alam ke fungsi awal. Pengembalikan fungsi ini direncanakan dan disiapkan sejak awal,” kata Mahmud.

Mendukung pernyataan Puji Dr Puji Rianti, pembicara tamu dari Departemen Biologi FMIPA IPD, di awal talkshow OlympiAr, yang menyebutkan jika areal tambang tidak bisa dikembalikan 100 persen ke fungsi awal, maka minimal 70 persen, Mahmud mengatakan PT AR komit mengikuti peraturan pemerintah untuk menyiapkan reklamasi sejak perencanaan tambang.

Reklamasi, jelas Mahmud, adalah kegiatan yang dilakukan sepanjang tahapan usaha pertambangan untuk memulihkan dan memperbaiki kualitas lingkungan dan ekosistem agar dapat berfungsi kembali sesuai peruntukan.

Reklamasi ini dilakukan secara terencana, sistematis, dan berlanjut, setelah akhir sebagian atau seluruh kegiatan usaha pertambangan untuk memulihkan fungsi lingkungan alam dan social, menurut kondisi lokal di seluruh wilayah pertambangan.

“Jadi jangan takut. Reklamasi ini dijamin pemerintah. Ada biaya jaminan yang wajib disetor perusahaan ke pemerintah untuk disimpan. Jumlahnya disesuaikan dengan benefit perusahaan dan itu menjadi cost. Dana ini bisa dicairkan jika program reklamasi telah terpantau berjalan sesuai rencana,” katanya.

PTAR misalnya, mencicil reklamasi secara bertahap. Setiap kali ada kegiatan tambang yang selesai di suatu lokasi, divisi environment langsung melakukan aksi reklamasi. “Saat ini dari 560 hektare bukaan lahan tambang PTAR, seluas 40 hektare telah direklamasi. Bahkan tutupan tajuknya terlihat sangat bagus,” kata Mahmud.

Setiap kali membuka lahan, PTAR juga menyimpan dan menjaga top soil dengan hati-hati. Top soil ini nantinya akan dipakai kembali di atas lahan reklamasi, untuk menanam pepohonan. “Top soil ini sangat berharga. Maka dia diperlakukan dengan hati-hati. Penanaman pohon kan bukan peristiwa sim salambim. Dibutuhkan 6-7 tahun agar reklamasi berhasil 100 persen,” katanya.

PTAR melalui Divisi Environment secara berkala melakukan penanaman tanaman tertentu untuk mencegah erosi dan sedimentasi di atas bukaan lahan. Selanjutnya menanam tanaman fast growing, barulah menanam tanaman-tanaman lokal. Proses ini berlanjut hingga tambang ditutup, dan seluruh lahan direklamasi untuk diserahterimakan ke pemerintah.

Berbagai teknik pendukung reklamasi lahan yang dilakukan PTAR, lanjut Mahmud, antara lain sistem pengairan yang baik, kolam sedimen, rip-rap, cek dam, guludan, gabion, terasering, drop structur, saluran air permukaan, dan sebagainya.

Seluruh rencana reklamasi 5 tahunan senantiasa dilaporkan ke pemerintah. Dan pemerintah akan memantau pelaksanaan rencana itu.

Selain memelihara flora dan fauna, PTAR juga merancang pengelolaan batuan penutup. Untuk aktivitas ini, PTAR memilih metode berdasarkan data bebatuan, yang akan menentukan cara penempatannya.

“Misalnya, pencegahan air asam tambang. Batuan mengandung sulfide jangan sampai bereaksi dengan air dan udara. Untuk itu, batu disegel dengan menempatkannya di tengah-tengah lapisan tanah agar tidak membentuk air asam tambang. Metode ini mudah dikontrol dan diawasi,” katanya.

Pengelolaan batuan penutup ini juga sudah dicicil secara bertahap sesuai proses aktivitas tambang. Dengan demikian, cost operasional tambang terbagi selama proses, sehingga beban cost kegiatan pascatambang nantinya tidak menumpuk di akhir tambang.

“Biasanya kan di akhir tambang, produksi mineral juga semakin menurun. Artinya, pendapatan perusahaan menurun. Akan berat kalau seluruh beban reklamasi ditumpuk di akhir,” katanya.

“Komitmen PT Agincourt Resources dalam melakukan seluruh perencanaan dan mencicil proses reklamasi, menjadi bukti bahwa PTAR adalah perusahaan yang bertanggung jawab, ramah lingkungan, dan berkelanjutan,” tutup Mahmud.

OlympiAR Diikuti 59 Tim

Seluruh materi pembicara dalam talkshow yang digelar PTAR ini, dimaksudkan sebagai pembekalan bagi seluruh mahasiswa peserta Olympiade Agincourt Resources (OlympiAR) 2022 yang menyasar mahasiswa jurusan tambang,  geologi, dan teknik di Indonesia. Total ada 59 tim (setiap tim 3 orang) dari 23 universitas di Indonesia sudah mendaftar untuk mengikuti kompetisi olimpiade yang materinya fokus pada rencana tambang, proses tambang, dan pasca-tambang dengan tema “Mineral Discovery, Unearthing Sustainable Future.”

Manager Operasional PTAR, Rahmat Lubis, dalam sambutannya di awal talkshow mengatakan, pendidikan menjadi salahsatu elemen penting program Corporate Social Responsibility (CSR) PTAR. “Talkshow ini menjadi pembekalan bagi mahasiswa peserta OlympiAR untuk memperluas wawasan. Dengan OlympiAR, mahasiswa diharapkan mendapat pembelajaran yang sangat baik, sebagai referensi awal membangun kesiapan berkarir di dunia pertambangan,” katanya.

Adapun hadiah OlympiAR ini menarik. Tim pemenang I berpotensi meraih uang Rp50 juta, tim pemenang II menyabet Rp30 juta, dan tim pemenang III bakal memperoleh Rp20 juta. “Tim pemenang I OlympiAR juga berkesempatan mengikuti program internship di Tambang Emas Martabe,” kata Rahmat.

Menggandeng Masyarakat Geologi Ekonomi Indonesia (MGEI), OlympiAR resmi dibuka di Institut Teknologi Bandung (ITB) di Kota Bandung, Jawa Barat, pada 17 Desember 2022. Sebelumnya, roadshow pertama digelar di Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, 3 Desember 2022.

Wakil Presiden Direktur PT Agincourt Resources, Ruli Tanio, sebelumnya mengatakan OlympiAR bertujuan mencetak generasi muda berprestasi yang berkontribusi dalam penerapan konsep pertambangan berkelanjutan untuk membangun negeri.

Ruli menjelaskan sejak kegiatan operasi tambang dimulai hingga kini, tujuan utama pengelolaan lingkungan di Tambang Emas Martabe tetap tidak berubah. Tujuan ini mencakup kegiatan rehabilitasi, pengelolaan tailings dan batuan sisa secara aman, pengelolaan air sisa proses secara aman, pengelolaan dan pengurangan emisi gas rumah kaca, perlindungan keanekaragaman hayati, dan penutupan pasca-tambang secara aman dan stabil.

Senior Manager Corporate Communications PT Agincourt Resources, Katarina Siburian Hardono, mengatakan OlympiAR menjadi ajang unjuk kemampuan antarmahasiswa, setelah pembekalan akademis dan rentetan diskusi praktis melalui ajang E-Coaching Jam (ECJ) sejak 2014.

“Selain menyebarkan semangat pertambangan berkelanjutan Tambang Emas Martabe, OlympiAR bertujuan membantu mahasiswa mengembangkan kompetensi, kesiapan dan kepercayaan diri untuk masuk ke angkatan kerja dan meniti karir di industri pertambangan,” ujar Katarina.

OlympiAR akan digelar selama 3 bulan ke depan dengan jadwal pendaftaran pada Desember 2022, dilanjutkan dengan Workshop dan Babak pertama penyisihan pada Januari 2023, Babak II Penyisihan pada Februari 2023, diakhiri dengan tahap akhir dan pengumunan pemenang pada Maret 2023.

Adapun daftar Universitas yang tim-nya sudah mendaftar: Institut Teknologi Bandung, Politeknik Energi dan Pertambangan Bandung, Institut Teknologi Nasional Yogyakarta, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Politeknik Negeri Malang, Universitas Brawijaya, Universitas Diponegoro, Universitas Gadjah Mada, Universitas Indonesia, Universitas Jenderal Soedirman, Universitas Pertamina, Universitas Trisakti, UPN Veteran Yogyakarta, Universitas Muhammadiyah Mataram, Universitas Hasanuddin-Sulawesi, Universitas Muslim Indonesia- Sulawesi, Universitas Sumatra Utara, Institut Teknologi Sumatra, Universitas Bangka Belitung, Universitas Jambi, Universitas Sriwijaya, Universitas Syiah Kuala, dan Universitas Papua. (mea/Habis)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/